Bab 7 Hantu Kolam Renang

699 52 9
                                    

Hal yang tak pernah aku duga terjadi. Aku tak suka ketika hantu meneror dan meminta bantuanku. Mereka ingin urusan di dunia segera selesai.
Sekolah mengadakan kunjungan ke SD lain yang katanya bagus dalam sistem pembelajaran. Semua teman-teman sekelas terlihat senang, kecuali aku. Sebenarnya aku suka jalan-jalan tapi jika tempat itu berhantu tetap saja terasa menakutkan.

Kepala sekolah sempat memberikan foto sekolah yang akan kami datangi. Sekolah itu masih satu kota dengan sekolahku tapi bangunannya sangat sederhana dan berhantu. Aku melihat beberapa sosok di foto itu. Sosok yang penuh dengan darah dan tusukan di tubuh mereka. Entahlah, aku merasa terhubung dengan sosok-sosok itu dan mengusik batinku untuk mencari tahu lebih dalam.

"Icha, jangan coba-coba melihat lebih dalam. Kamu belum tahu "mereka" baik atau tidak." Om Musa menegurku. Aku terdiam. Muka sangar kucing besar ini terasa lebih mengerikan dari apapun.

"Iya, nggak kok Om Musa." Aku menjawab asal-asalan. Meyra yang melihat tingkahku tertawa geli. Meyra sudah terbiasa dengan tingkahku yang suka mengolok kucing besar ini.

Keesokan harinya semua siswa di kelas pergi mengunjungi SD itu. SD yang bangunannya lebih besar dari sekolahku. Aku terkesiap, tubuhku panas dingin melihat satu sosok yang berdiri mematung di ujung aula tempat seluruh siswa berdiri.

"Itu apa? Kenapa seperti tengkorak? Apa mereka hantu? Iblis? Setan?" Aku terus bergumam tak karuan karena takut dengan sosok kurus, seperti tengkorak hidup namun tubuhnya berwarna hitam. Aku merasa energi yang sangat gelap menyelimuti ruangan ini. Ya, aku mulai belajar membedakan energi dengan Meyra, oom gembul dan om Musa. Mereka bertiga mengajariku cara membedakan astral dan manusia.

Para siswa diminta berkeliling dan dipandu beberapa guru dari SD itu. Hal yang paling menarik perhatianku adalah perpustakaan. Perpustakaan di sekolah ini bukunya lebih lengkap dari sekolahku. Saat jam makan siang, para guru bercerita kalau sekolah ini dibangun diatas makam kuno tanpa nama. Semenjak sekolah ini didirikan, beberapa ruang kelas berhantu dan terasa menyeramkan. Aku terdiam. Berusaha memanggil Meyra namun gagal. Meyra tak muncul. Aku memanggil Om Musa lalu berinteraksi dengan batinku.

"Om, Meyra dimana?"
"Dia diusir orang sini. Hanya pribumi dan orang Indonesia yang boleh ke sekolah ini. Londo seperti ancaman untuk penghuni gaib di sekolah angker ini. Kamu hati-hati, jangan lengah. Aku selalu ada di sekitarmu dengan om gembul."

Aku mengangguk paham. Sedikit ada rasa takut didalam hatiku. Sekolah ini benar-benar membuatku merinding dan tak enak badan.
Setelah selesai mengunjungi sekolah itu, semua guru mengajak siswa pergi ke kolam renang besar untuk bermain. Inilah hal yang tak aku sukai. Kolam renang identik dengan hantu air. Om gembul biasa menyebutnya hantu banyu.

Kolam renang itu terletak di tengah kota sebagai pusat keramaian. Banyak pengunjung saat itu dan suasana sangat ramai. Semua teman-teman memilih berenang karena cuaca sangat panas dan aku lebih memilih duduk di bawah pohon sambil melihat keramaian. Sebenarnya aku tak pernah membenci keramaian tapi tidak suka jika tempat itu dulunya adalah bangunan angker dan dibangun tempat wisata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai sarana hiburan.

Aku memakan snack yang sempat diberikan Ibu sebelum berangkat dan beberapa wafer cokelat.

"Tadi aku diusir, gak dibolehin masuk oleh penghuni gaib di sekolah itu." Meyra muncul sambil memanyunkan bibir manisnya. Dia terlihat sangat kesal.

"Iya aku tahu, Meyra. Sudahlah jangan manyun, ntar gak cantik lagi." Aku berusaha menghiburnya. Meyra tersenyum lalu duduk di sampingku dan mulai bernyanyi.

Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali
Kiri-kanan kulihat saja
Banyak pohon cemara

"Kamu suka sekali bernyanyi, bisa lagu bahasa asing?' Aku bertanya serius kepada Meyra. Dia mengangguk.

London Bridge is falling down
Falling down, falling down
London Bridge is falling down
My fair lady

Build it up with iron bars
Iron bars, iron bars
Build it up with iron bars
My fair lady

Iron bars will bend and break
Bend and break, bend and break
Iron bars will bend and break
My fair lady...

" Stop Meyra. Aku merasa takut mendengar lagu ini." Belum selesai Meyra bernyanyi aku langsung menghentikannya. Meyra tertawa.

"Iya, ini lagu yang menyeramkan. Konon kata Nenekku sewaktu di Belanda, di jembatan besar dan panjang di London ada penampakan hantu berbaju hitam. Menyeramkan pokoknya."

Aku mengangguk paham. Entah kenapa aku tak menyukai lagu itu.
Aku berlari menuju kolam. Entah kenapa ada sesuatu yang menarikku untuk mendekat. Seperti ada energi masa lalu yang kuat.

Aku memerhatikan seisi kolam, awalnya tak ada yang aneh. Hanya terlihat orang-orang yang berenang dengan berbagai macam gaya. Namun, mataku menangkap sosok perempuan berwajah pucat pasi dengan rambut basah, menatapku dari dalam kolam. Matanya melotot lalu dia menyunggingkan senyuman penuh arti saat tahu aku bisa melihatnya.

"Jangan berinteraksi dengannya. Dia jahat!" Meyra berteriak nyaring lalu menghilang entah kemana.

Tak lama kemudian, terdengar teriakan minta tolong, seorang anak perempuan kecil tenggelam. Beberapa orang dewasa mencoba menolongnya namun naas. Nyawanya tak terselamatkan.
Aku menatap wanita di dalam air itu dengan kesal. Aku melihat tangannya mencengkeram kaki anak kecil tadi.

"Aku harus membuat perhitungan denganmu! Kamu mengganggu manusia!" Aku mulai marah. Mataku menatap Ibu sang anak yang menangis histeris saat melihat anaknya sudah tak bernyawa lagi.

"Anak kecil, kamu bisa apa?" Makhluk itu menantangku.

"Aku tidak bisa apa-apa. Tapi mereka berdua bisa membuat terbakar." Mataku melirik Om Musa dan om gembul yang bersiap mengusir serta membakar makhluk itu. Hatiku sudah cukup kesal hari ini.

Melihat situasi yang tak kondusif setelah ada korban yang meninggal. Semua guru mengajak kami pulang. Aku sangat benci ketika ada hantu menyiksa manusia. Aku menatap cemas ke arah Om gembul yang dari tadi mencengkeram dan memaksa makhluk itu ke luar dari kolam. Semoga dia baik-baik saja.
Semoga tak ada korban jiwa lagi, hanya itu harapanku setelah mengusir wanita itu.

AKU BUKAN INDIGO Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ