Bab 12 Mendekati Kematian

438 24 8
                                    

Semenjak kejadian itu, Alvin, Mina dan Om selalu ada di sekitarku. Bahkan lebih dekat. Jika biasanya mereka menjaga jarak, namun itu tidak berlaku lagi sekarang. Jika aku sedang belajar di kelas, salah satu dari mereka akan mengawasi. Mereka beralasan tak ingin kecolongan lagi. Jika ada hantu atau sosok yang berenergi negatif yang mau mendekatiku, mereka akan langsung mengusirnya tanpa kuminta. Bisa dibilang mereka menjadi lebih protektif. Begitu juga dengan Meyra. Dia selalu mengikuti kemana pun aku pergi. Seolah ingin mengawasi dan menjagaku.

“Kemana pun kamu pergi, aku akan selalu ikut.” Meyra berceloteh ketika aku sedang duduk di kelas saat istirahat siang.

“Pasti ada yang menyuruhmu, iyakan?” Aku mengangkat satu alis sambil menatapnya dengan serius. Bocah londo itu hanya tersenyum simpul dan terlihat cengengesan.
“Tuh yang nyuruh Meyra buat selalu mengikuti dan mengawasimu.” Matanya menatap om, si kucing besar alias macan putih yang dari tadi berdiri di depan papan tulis. Om yang mendengar obrolan kami seolah pura-pura tak mendengar dan memilih berbaring santai. Suasana kelas memang sepi karena semua siswa kecuali aku sedang jajan di kantin. Sebenarnya aku tak pernah bermasalah jika berada di keramaian, namun terkadang aku lebih menyukai suasana yang sepi dan sunyi. Menurutku terasa lebih damai dan nyaman daripada harus berada di hiruk pikuk ramainya manusia.

“Meyra, kamu gak rindu orangtuamu?” Aku bertanya serius dengannya. Meyra terdiam. Memperlihatkan segurat sendu dan kesedihan mendalam di wajahnya.

“Rindu, tapi Meyra tak tahu mereka ada dimana.” teman londo kecilku ini menjawab dengan wajah polosnya.

“Suatu saat kamu pasti bertemu mereka. Jangan khawatir, harapan itu akan selalu ada untuk orang yang selalu berharap dan berusaha. Kamu percaya itu?” Aku berusaha menghiburnya.

“PERCAYA. Terima kasih, kamu teman manusia yang baik.” Meyra tersenyum sambil menatapku.

“Meyra, berjanjilah padaku jika kamu bertemu mereka nanti dan ingin pergi dariku. Bilanglah dulu, jangan pergi begitu saja. Setidaknya berpamitanlah padaku.”

“Aku berjanji.” Ucapnya sambil kembali tersenyum.

Aku mempercepat langkahku, cuaca sudah mulai mendung. langit mulai berwarna kelam diikuti dengan angina yang mulai bertiup kencang.

“Bocah cantik, ikut aku yuuuk. Jadi anakku saja. Aku suka sama kamu.” Seorang perempuan berambut urakan mendekatiku. Kakinya tak menapak tanah dan melayang, terbang lambat sembari berusaha mendekat.

“Eh wanita jelek, pergi sana. Jangan pernah mendekati Icha lagi. Kalau tidak kutebas kau biar mati dua kali.” Alvin muncul sambil memegang pedang panjang di tangan kanannya. Matanya menatap marah ke wanita jelek yang masih berusaha mendekatiku.

“Aku hitung sampai tiga. Jika kamu masih berusaha mengganggu Icha. TAMATLAH riwayatmu!” Alvin kembali mengancam. Si wanita jelek langsung pergi saat mendengar ancamannya. Meyra yang menyaksikan semua itu tertawa lepas. Dia seolah senang jika sosok wanita jelek takut dengan para penjagaku.

“Tidak usah takut. Aku selalu ada di sekitarmu. Panggil namaku jika kamu perlu bantuan.” Alvin tersenyum lalu pamit pergi. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
\
Aku memiliki cara tersendiri untuk berkomunikasi dengan para penjaga. Terkadang aku hanya perlu memanggil nama mereka dengan batin jika perlu bantuan. Caraku berkomunikasi dengan mereka pun hanya dengan batin. Aku hanya perlu bicara lewat hati, tanpa harus berbicara dengan mulut. Itu adalah satu-satunya cara agar aku tak dikira gila oleh orang-orang di sekitarku. Aku lebih suka disebut dan diperlakukan normal seperti anak lainnya.

Sepulang sekolah, tepatnya setelah makan siang aku selalu mengaji di salah satu TPA yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Jika hari hujan, ayah atau ibu yang akan menjemputku. Sebagai seorang muslim, aku diwajibkan khatam Al Quran. Ayah juga selalu menyuruhku salat lima waktu. Tidak peduli apapun yang terjadi. Selama dirimu masih bisa bergerak walaupun sakit, salat harus diutamakan. Itulah yang selalu dia tanamkan padaku sejak kecil.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AKU BUKAN INDIGO Where stories live. Discover now