p r o l o g

75 5 2
                                    

Apakah kau percaya dengan adanya kekuatan?

Apakah kau ingin tinggal di dunia fantasi?

Jika jawabannya, iya, maka kau harus mengenal seorang Lita.

Terlahir normal secara fisik, namun ada yang membuat Lita berbeda dari manusia biasanya. Tidak, bukan hanya Lita, tapi para  pendahulunya juga. Ibunya, Neneknya, Buyutnya dan orang-orang yang hidup sebelum dirinya.

Kekuatan ini turun temurun. Tak bisa dihindari, tak bisa dihilangkan juga. Mau tak mau, Lita harus menerimanya seraya menjalani hidupnya.

"Kak, wortelnya lima ribu ya," kata Lita pada seorang lelaki yang lebih tua darinya, sekitar 16 tahun.

"Oke," balas lelaki itu.

Lita diberi kepercayaan untuk membeli wortel oleh Ibunya. Ia pergi ke sebuah toko yang telah menjadi langganannya. Biasanya Bu Ima yang melayani di toko ini, namun kali ini berbeda, mungkin Bu Ima sedang ada urusan.

"Nih," kata lelaki itu seraya menyodorkan kantung kresek berisi wortel di hadapan Lita.

Karena Lita takut, ia mengambilnya tanpa menimbulkan kontak fisik dengan laki-laki itu. Ketika ia hendak membayar, menyodorkan uangnya, tangannya tanpa sengaja disentuh oleh lelaki itu hingga dirinya bisa membaca.

Lita memejamkan matanya, ketika kekuatannya mulai bekerja.

Dalam sebuah ruangan gelap yang seperti tak berpenghuni dan tak terurus, terlihat siulet seorang laki-laki yang sedang memegang sapu ijuk. Dia memukul-mukul seorang anak kecil yang terus menjerit kesakitan, Lita mengernyit ngeri.

Sebab waktunya kontak fisik hanya beberapa detik, bayangan tentang kejadian mengerikan itu hilang bersamaan saat kontak fisik tersebut berakhir.

Lita menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha kuat dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa, tak mengetahui apa-apa. Ketika akhirnya laki-laki itu menyodorkan kembaliannya, Lita buru-buru melangkah pergi setelah mengambilnya. Lelaki itu melihatnya heran, namun tak berpikir lama-lama tentang Lita.

Sesampainya di jalanan menuju rumahnya, keringat mulai keluar dari tubuhnya. Tangannya memutih dan ketika sampai rumah, Ibu khawatir melihat anaknya yang begitu pucat.

Ibu langsung menangkup wajah Lita dengan tangan hangatnya, menatapnya khawatir. "Kamu kenapa, Lita?"

"Ibu..." Mata Lita mulai mengabur, ketika ia mengerjap, cairan hangat mengalir di pipinya. Ia menangis. Kemudian langsung terisak saat Ibu memeluknya dengan erat.

"Semuanya baik-baik aja, Lita. Ada Ibu, Nak. Ada Ibu." Ibu mengelus rambut anaknya yang baru berusia delapan tahun itu dengan sayang.

"Ibu ... kakak yang ada di toko Bu Ima jahat. Dia mukulin anak kecil, Bu. Lita takut," cerita Lita disela tangisnya. Suaranya amat pelan dan sarat akan ketakutan.

Mata Ibunya melebar. Bagaimana bisa anak yang masih kecilnya ini sudah menyaksikan aksi kejam orang lain? Ibu merasakan, ia juga punya kelebihan seperti anaknya. Betapa menderitanya, betapa susahnya, betapa tertekannya diri ini untuk bersikap biasa saja ketika kita telah mengetahui keburukan orang lain.

"Kekuatan ini, memang bikin kamu takut, bikin kamu sedih, bikin kamu sulit." Ibu melepas pelukannya dan menatap Lita dengan senyuman lebar yang menyejukkan. Tangan lembut Ibu menghapus air mata Lita hingga anaknya itu berhenti menangis dan sesegukan. "Tapi kamu harus meyakini, kekuatan kamu ini ada waktunya bisa berguna. Kamu bisa berbuat kebaikan dengan kekuatan ini."

Lita mengernyit tak percaya. "Bener, Bu?"

Ibu mengangguk seraya tertawa renyah. "Ibu yakin."

Akhirnya, seulas senyum cerah terbit di wajah Lita. Anak itu mengangguk senang dan memeluk Ibunya dengan erat seolah tak ingin kehilangan.

"Kalau sama Ibu, Lita jadi nggak takut lagi." Lita memejamkan matanya, bersungguh-sungguh atas ucapannya. "Lita harap Ibu nggak pernah pergi."

Ibu tertawa merasa lucu. Ia membalas pelukan anaknya sama eratnya, menyalurkan rasa sayangnya yang sungguh-sungguh.

"Ibu nggak akan tinggalin kamu, Lita."

Bohong.

Kata-kata itu pada akhirnya lebur tak bersisa. Amat menyakitkan bagi Lita, ketika pada akhirnya, 6 tahun kemudian, Ibu meninggalkannya. Benar-benar meninggalkannya. Ibu tak akan pernah kembali.

Ia telah dijemput oleh pencipta-Nya.

Hingga tersisalah perjalanan hidup yang penuh ketakutan untuk Lita jalani.

***

[Re-publish]

Catatan penulis:

Sesuai janji, ya

Bagaimana, nih? Baru prolog yap


Sabtu, 6 Juli 2019
|20.00| WIB

Indah Dalam Kelam (Terbit)Where stories live. Discover now