01. Kilasan Hitam

52 4 0
                                    

Perlu takdir untuk menemukan sebuah pertemuan, namun aku perlu pertemuan untuk menemukan takdirku

Takdirku, yang berarti dirimu

Suara dentuman lagu Kill This Love yang dilantunkan oleh girl group terkenal Blackpink mendominasi sebuah kamar milik Darka Samudra

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Suara dentuman lagu Kill This Love yang dilantunkan oleh girl group terkenal Blackpink mendominasi sebuah kamar milik Darka Samudra. Seorang pemuda 17 tahun yang kini sedang berada di kamar mandi. Kebiasaan anak muda. Mandi seolah-olah sedang mengadakan konser besar-besaran.

"Let's kill this love! Trek trektrek trek trektrek! Ram pampam pampampampam!"

Dia menjerit, dengan suara beratnya, di bawah shower yang menyala. Darka tampak menikmati, beda dengan Ibunya yang sudah frustasi untuk meneriaki anaknya itu.

"DARKA YA AMPUN, ANAK IBU! UDAH JAM TUJUH NIH, KESIANGAN KAMU, ADUH! AYO, JANGAN LAMA MAIN-MAIN DI KAMAR MANDI ! CEPET KELUAR!"

Darka berdecak kecil ketika samar-samar mendengar suara Ibunya di antara dentuman musik dan suara air mengalir. Akhirnya ia mematikan showernya dan memakai handuk.

"DARKAAAAAAAAAAA!"

"Buset," decak Darka terkesan saat mendengar lengkingan Ibunya ketika sedang menata rambutnya yang basah dengan sisir. "Semoga pita suaranya baik-baik aja," katanya santai, sambil memakai seragam sekolahnya.

Lima menit ia habiskan untuk berpakaian. Darka mematikan lagu yang masih menghentak kamarnya itu, kemudian keluar kamarnya setelah mengambil tas dan ponselnya.

Ketika ia menuruni tangga, Ibu telah menunggu di meja makan dengan tatapan tajam. Darka menyadari jika dirinya mendekati Ibu itu tidak baik, maka dari itu ia berbalik menuju pintu keluar.

"Heh, nggak ke sini, Ibu coret nama kamu di Kartu Keluarga," ancam Ibu dengan nada dingin. Tak habis pikir dengan sikap anaknya itu, telah dikhawatirkan telat, tapi justru langsung ngacir tanpa pamitan.

Darka berhenti melangkah, langsung memasang senyum lebar di wajah tanpa dosanya. "Takut telat, Bu-"

"Udah telat, nggak apa-apa nggak ikut upacara, sini sarapan dulu." Ibu memotong dengan sisa kemarahan yang tersisa. "Jangan kurang ajar. Cepet."

"Si-siap, Bu!" Darka langsung berlari, duduk di seberang Ibunya dan menyantap nasi goreng yang telah disediakan itu dengan gerakan cepat. Nasi goreng ini enak, seperti biasanya.

Ibu mengetok kepala Darka dengan sendok yang ada. "Baca doa dulu. Makannya pelan-pelan. Anak TK, bukan?"

"Hehe, aku lapar, Bu." Darka tersenyum bodoh, matanya ikut menyipit dan itu membuat Ibunya makin geram.

"Kalau lapar, kenapa tadi mau langsung pergi gitu aja?" tanya Ibu heran. Darka ini anaknya sendiri, tapi Ibu tak mampu membaca arah pikiran Darka.

"Takut, Ibu kayaknya marah," balas Darka, masih mempertahankan senyuman bodohnya.

Indah Dalam Kelam (Terbit)Onde histórias criam vida. Descubra agora