03. Namanya

16 3 0
                                    

Tak kenal maka tak sayang

Pribahasa itu memang benar

Lita perlahan membuka mata, meringis pelan sambil memegang kepalanya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Lita perlahan membuka mata, meringis pelan sambil memegang kepalanya. Gadis itu kemudian terduduk lemah, sampai akhirnya ia sadar bahwa ia tidak tahu berada dimana sekarang.

“Akhirnya sadar juga si eneng.”

Lita menoleh mendengar suara seorang pemuda. Pemuda yang beberapa kali ini memberikan efek luar biasa kepadanya.

Bahkan sampai pingsan begini. Pemuda yang luar biasa.

“Gue di mana?”

“Rumah gue.”

Lita tersentak pelan, namun berusaha tetap tenang. Ia harus pintar dalam mengatur ekspresi wajahnya, terlebih di depan orang yang tidak ia kenal.

Mendapati ekspresi Lita yang seperti menahan amarah, Darka dengan cepat mengatakan pada Lita situasi yang terjadi.

“Lo kan tadi pingsan. Nah, yang pas sama lo kan gue, ya—otomatis gue yang gendong lo sampai mobil. Kenapa gue bawa lo kesini? Jawabannya, karena gue gatau rumah lo dimana.”

Lita memperhatikan ekspresi Darka dalam diamnya. Berusaha mencari kebohongan dari wajah tampan itu.

Sayangnya, yang ia cari tidak ada. Pemuda itu benar-benar jujur terhadap ucapannya.

“Intinya gue gak macem-macem ama lo. Hanya berniat baik. Swear dah.” Kata Darka mengangkat dua jari membentuk tanda V.

“Nih, minum dulu,” Darka menyodorkan gelas berisi air dingin pada Lita. Lita hanya memandangi gelas itu beserta dengan si pemilik tangan.

“Selaw. Ini gak ada jampi-jampinya biar lo gak pingsan lihat gue.” Darka menggerakkan gelas itu lebih dekat pada Lita. “Buruan ih tangan gue pegel nih.”

“Letakin.”

“Hah?” tanya Darka bingung.

“Letakin di atas meja.”

Darka menelan ludah. Ini kedua kalinya ia mendengar gadis itu bicara. Darka jadi membayangkan ia sedang berbicara dengan Scared Riana, yang hantu-hantuan itu.

“Su—suaranya jangan serem-serem amat dong, Neng. Serem euy,” ucap Darka memegangi dadanya. Sementara Lita mengabaikan pemuda tampan itu sambil meminum air dingin tadi.

Pandangan Lita kemudian terarah pada setiap sudut rumah ini. Rumah yang cukup besar, namun banyak penghuninya. Mereka memandangi Lita dengan tatapan yang beragam. Ada yang sinis, ada yang senyum-senyum ramah, dan ada pula yang menatap dengan pandangan mengejek.

“Neng, kira-kira—"

“Nama gue bukan neng.”

Lagi-lagi Lita memotong ucapan Darka. Darka mengepalkan tangan. Merasa geram pada gadis di depannya ini. “Makanya, neng. Kita itu harus kenalan,” ucap Darka lembut. “Masih mending loh gue panggil, neng. Kalo gue panggil sayang, kan—,”

Indah Dalam Kelam (Terbit)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin