Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalo ada typo bilang ya!💖
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ryujin sempat terkejut ketika mendengarkan cerita dari sahabat sekaligus orang yang ia cintai.
“Jadi, selama ini lo kerja sama sama si ... Emm, Jiheon Jiheon itu buat ngancurin hubungan Arin sama Jeongin?!” tanyanya tak percaya.
Hyunjin yang sedang duduk di bawah tempat tidur mengangguk.
Wanita yang memiliki gelar dokter itu terkekeh tak percaya sembari menggelengkan kepalanya.
“Jahat lo, Jin. Jeje, 'kan adik kandung lo sendiri. Gak habis pikir gue, secinta itu lo sama Arin?”
Hyunjin kembali mengangguk. “Tapi itu kemarin-kemarin, Ryu. Sekarang gue udah bisa nerima Arin sebagai adik ipar,” lirihnya sembari menunduk.
Ryunjin menepuk bahu lebar Hyunjin di hadapannya. “Pilihan yang bagus, Jin.” ujarnya tersenyum.
Sebenarnya Hyunjin juga ingin menceritakan tentang kejadian yang tak disengaja sewaktu di hotel dengan Jiheon kepada Ryujin, tapi keberanian belum cukup besar.
“Lo masih marah sama gue?” tanya pria tampan itu sembari menatap netra hitam Ryujin.
Hampir saja Ryujin terlena dengan tatapan maut seorang Hyunjin Alvaro Gunawan.
“Gak kok, gue gak marah sama lo. Cuma ya kecewa dikit, gak tau kalo misalnya Arin atau Jeje tau. Kecewa berat pasti,” tuturnya diakhiri kekehan.
Entah dorongan dari mana Hyunjin tersenyum ketika melihat tawa Ryujin.
“Kalo gue boleh tau hal apa yang bikin lo sadar?” tanya Ryujin yang sedang menuangkan minuman ke dalam gelas.
“Lo.”
Preng.
Gelas kaca di tangan Ryujin jatuh ke lantai. Tangannya tiba-tiba lemas ketika mendengar satu kata singkat dari mulut Hyunjin.
