01 - TODAY + TOMORROW

40.4K 3K 288
                                    

 Jangan lupa tinggalkan jejak💜

🌙🌙🌙

      
        Sang pengantin wanita terbangun dengan raut wajah penat. Rasanya tubuh wanita itu ingin remuk. Mengingat bahwa semalaman wanita itu membiarkan tubuhnya terbaring di atas sebuah sofa, hingga sebagian tubuhnya tidak dapat mendapatkan posisi yang nyaman. Hal itu menimbulkan masalah pagi ini. Sebagian tubuhnya pegal-pegal.
 
       Liana, nama pengantin wanita itu. Wanita yang menurutnya tidak mendapat keberuntungan sama sekali dalam masa depannya karena harus terjebak di dalam status yang sakral namun berisi kepalsuan dan sandiwara belaka.

      Dengan helaan nafas kasar, Liana memaksakan tubuhnya bangkit. Dan matanya menemukan sosok pria yang telah resmi menjadi suaminya berdiri di depan sebuah cermin besar. Pria itu menata rambutnya yang masih basah. Sungguh, pria itu terlihat sangat sempurna dan sama sekali tidak pantas jika di bandingkan dengan Liana yang seperti ini. Bukankah itu sudah jelas, maksudnya kejelasan mengapa pria itu sama sekali tidak mau menerima kehadiran Liana.

       Pria itu melirik Liana dari cermin besar dengan sorotan mata dinginnya. Hanya begitu saja dan Liana sudah merasa kaku dengan seluruh tubuhnya. Kemudian pria itu bergegas meninggalkan kamar dan keluar entah kemana. Mungkin, pria itu akan bergegas untuk turun dan sarapan.

       Untungnya cerita pernikahan konyol ini tidak seperti di dalam sebuah buku atau cerita di Wattpad. Si pria tidak mengatakan hal kasar, atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan fisik kepada si wanita.

       Di situlah Liana sadar. Bahwa kehidupan nyata benar-benar tidak akan mengikuti alur dalam cerita tulisan tangan manusia. Yang endingnya bisa di tulis sesuai dengan keinginan hati. Kali ini, cerita hidupnya benar-benar berwana abu.

       Memikirkan itu semua membuat Liana lelah sendiri. Dengan langkah sempoyongan Liana masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan shower. Tidak terlalu lama Liana mandi, mengingat orang rumah pasti menunggunya untuk sarapan bersama di bawah.

        Saat keluar dari kamar mandi, Liana sudah rapi dengan pakaiannya. Kemeja putih dan rok hitam yang menjuntai hingga lutut. Rambutnya yang masih setengah basah langsung ia keringkan dengan cepat. Kemudian dengan langkah tergesa ia turun dan hendak ke ruang makan. Tapi langkahnya terhenti di akhir tangga saat mendengar suara teriakan dari seorang pria yang kini sudah berstatus sebagai suaminya.

        "Apa ayah puas melihat ku menikah dengan wanita asing itu?"

        "Jaga bicaramu, Taehyung. Wanita itu sudah menjadi istrimu sekarang."

       Taehyung tersenyum remeh. Akibat ulah ayahnya semua keinginannya menjadi hancur. Menikah dengan wanita asing? Bukankah itu sangat keterlaluan.

      "Sampai kapan pun, wanita itu tetap akan menjadi orang asing dalam hidup ku." tatapan mata Taehyung memberikan sorotan tajam pada sosok ayahnya. "Karena, aku sama sekali tidak pernah menginginkan ini semua. Dan ayah sendiri tahu, jika aku memiliki seorang kekasih. Lantas kenapa ayah bersikap tidak adil seperti ini kepada ku." lanjut Taehyung dengan suara yang sedikit bergetar. Tentu saja pria itu merasa kecewa dengan keputusan ayahnya.

       "Kekasih? Sudahkah kau menyadari bahwa kekasih mu sudah tiada. Kenapa sampai sekarang kau masih menganggap bahwa dia masih ada."

      Dada Taehyung seketika sesak. Tidak, orang-orang hanya tahu jika wanita yang ia cintai telah tiada karena mereka tidak menemukan keberadaan wanita itu setelah mobil wanita itu terjatuh ke dalam sebuah jurang. Dan wanita itu di duga tewas dalam kecelakaan. Mobil terbakar, dan membuat tubuh wanita itu juga ikut terbakar. Namun, di sini Taehyung yang merasakan semuanya. Hatinya yakin jika wanita itu berada di suatu tempat dan ia masih hidup.

        "Tidak, dia masih hidup."

        "Kalau begitu, apa kau bisa membawanya kemari? Apa kau bisa memperlihatkan jika wanita itu masih baik-baik saja setelah kecelakaan itu?"

         Tangan Taehyung mengepal kuat. Emosinya tiba-tiba menguap. "Baik. Kalau aku bisa membawa wanita ku kembali di hadapan ayah. Maka, biarkan aku menceraikan wanita asing itu dan menikahi orang yang aku cintai."

         "Kau sudah gila? Kau pikir pernikahan adalah sebuah permainan. Harusnya kau tahu jika ini adalah sesuatu yang sangat sakral."

         "Tapi, aku tidak bisa hidup dengan wanita yang tidak ku kenali. Aku ingin hidup dengan wanita pilihan ku."

         "Kalian hanya perlu waktu. Berbagi dan saling mengenal. Itu adalah kuncinya."

         "Tidak, aku akan menemukan kekasih ku dan segera menceraikan wanita asing itu."

          Meski melihat kilatan amarah dari bola mata sang ayah. Taehyung tetap bersikeras untuk mempertahankan keinginannya. Bukan karena ia tidak menghargai pernikannya. Hanya saja, keadaan lah yang membuatnya menjadi egois seperti ini.

        "Tiga bulan." ucap pria paruh baya itu dengan tegas. "Jika sampai tiga bulan, kau masih belum bisa membuktikan jika kekasih mu itu masih hidup. Maka kau harus benar-benar menghormati pernikahan ini dan bersikaplah layaknya seorang suami yang bertanggung jawab kepada istri mu."

         Taehyung berpikir, bahwa tiga bulan bukan waktu yang lama. Tapi, bukan pula waktu yang singkat. Dengan kekuasaan dan uang, Taehyung yakin bisa menemukan kekasihnya dengan cepat.

         Setelah itu maka semuanya akan berakhir. Tidak ada lagi pernikahan konyol seperti yang ia jalani hari ini bersama wanita asing itu.

         Seakan tersadar dengan sosok lain, pria paruh baya itu sontak terkaget karena menemukan Liana yang tengah berdiri di tangga terakhir sambil menunduk.

         "Kau sudah datang, sejak kapan?" tanya pria paruh baya itu dengan sedikit canggung. Namun, senyumnya yang hangat membuat Liana ikut tersenyum ringan.

         "Baru saja." Liana berbohong, padahal ia sudah datang sejak tadi dan mendengar semuanya.

          Ayah mertuanya terlihat menarik nafas lega. Hatinya mungkin terasa sedikit tenang karena ia berpikir bahwa Liana benar-benar tidak mendengar semua. Namun, yang sebenarnya Liana sudah tahu akan semua yang mereka bicarakan dan tentang kesepakatan mereka.

          Mata Liana bergerak menatap ibu mertuanya yang sedari tadi diam. Tapi kali ini wanita paruh baya itu ikut menatap Liana dengan tatapan tajam. Mengisyaratkan sebuah kebencian, yang entah mengapa semakin membuat Liana merasa bersalah akan sesuatu hal yang sama sekali tidak ia lakukan.

         "Ayo sini, kita sarapan bersama."

         Liana berjalan mendekat dan duduk di sebelah Taehyung. Namun, dengan cepat pria itu bangkit dan pergi tanpa mengucapkan apa-apa. Wajahnya terlihat memerah, seperti seorang yang menahan amarah.

         "Makanlah yang banyak. Jangan kau hiraukan tingkah Taehyung. Akhir-akhir ini moodnya memang kurang baik."

         Liana mengangguk pelan. Ia makan seperlunya. Pikirannya melayang kemana-mana. Untung saja ada satu orang yang memperlakukannya layaknya manusia di keluarga ini. Di antara yang lain, ayah mertuanya lah yang sangat bersikap hangat kepadanya.

         Untuk itu, Liana merasa patut untuk bersyukur.

🌙🌙🌙

Singularity [ TERBIT ]Where stories live. Discover now