06 - WORRIED

22.8K 2.2K 36
                                    

 Jangan lupa tinggalkan jejak yah💜

🌙🌙🌙

        Semenjak kejadian semalam. Kini keadaan rumah semakin dingin. Dari pihak Liana atau Taehyung tidak ada yang memulai pembicaraan, meski mengenai hal-hal kecil sekalipun.

         Hari ini hari sabtu, Liana libur sekolah dan Taehyung libur di kantornya. Meski begitu, pria itu masih terlihat sibuk membawa laptop kerjanya ke sana kemari. Tidak lupa kacamata yang melengkapi wajahnya kali ini. Ah, sungguh pria itu terlihat sangat sempurna.

        Tapi yang membuat Liana merasa risih karena pria itu membawa diri dan laptopnya untuk duduk di meja makan dapur. Sementara Liana juga ada di sana, menyiapkan sarapan yang tidak kunjung selesai.

         Seketika ingatan Liana membawanya  ke waktu di saat mereka terbangun dan mereka menyadari bahwa mereka berdua tertidur di dalam ruang yang sama dengan tangan yang saling bertautan. Meski jika di lihat dengan jelas, Taehyung yang menggenggam tangan kecil Liana.

        Taehyung terbangun lebih cepat dari Liana dan mendapati kejadian seperti itu. Taehyung tidak merespons apa-apa. Matanya hanya sibuk meneliti wajah Liana yang terlihat sangat damai ketika tertidur.

        Sekelebat rasa bersalah berdatangan. Sebenarnya ia tidak ingin membenci Liana dengan cara seperti ini. Biar bagaimana pun, Liana juga tidak menginginkan kejadian ini. Tapi apa mau di kata, kesal rasanya ketika Liana tidak berani menolak.

        Hingga kedua mata Liana terbuka, objek yang paling pertama Liana lihat adalah wajah tampan Taehyung yang terpampang jelas di depannya.

         Taehyung mengangkat tangan mereka yang saling bertautan. Kemudian dia mengucapkan sesuatu yang membuat Liana merasa terbawa oleh suasana. Entah itu bahagia atau malah sebaliknya.

          Suara ponsel yang menggema di dalam dapur membuat lamunan terpecah. Liana berbalik dan menatap Taehyung yang masih bertahan menatap laptopnya.

           Liana baru saja ingin mengatakann bahwa ponsel pria itu berbunyi, tapi pria itu sudah menyadari dan menggapai ponselnya dengan cepat.

           Dari raut wajah pria itu yang terlihat dingin seketika berubah menjadi seperti orang yang menahan amarah dan kekhawatiran yang tidak bisa ia atasi sendiri.

           Urat leher pria itu terlihat jelas. Dengan telapak tangan yang mengepal dengan keras. Sebelum ucapan terakhir yang Liana hanya bisa dengar dengan jelas. Dengan tergesa Liana juga berlari mengikuti pria itu keluar dari rumah. Pria itu meninggalkan laptopnya yang masih menyala di atas meja makan. Sementara Liana, meninggalkan masakannya yang belum selesai begitu saja. Untung saja Liana tidak kehilangan akal untuk meninggalkan dapur tanpa mematikan kompor.

🌙🌙🌙

          Hujan lebat yang mengguyur kota, membuat manusia memilih mendekam di dalam rumah. Mungkin saja dengan menyesap minuman hangat atau berlindung di balik selimut tebal.

         Tapi,

          Sungguh berbeda dengan 2 manusia yang tengah terjebak di dalam keheningan. Pikiran mereka sama-sama di penuhi dengan kekhawatiran.

           Liana mencekram ujung bajunya dengan keras. Hingga meninggalkan bekas kusut di sana. Tidak ada yang bisa Liana katakan untuk menenangkan perasaan pria yang ada di sampingnya.

           Itu karena memang Liana tidak patut untuk ikut campur dengan pria itu. Tapi rasanya tidak adil jika ia tidak memberikan kata atau kalimat penenang kepada pria itu.

Singularity [ TERBIT ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora