Bukan Untuk Laskara

1.6K 195 86
                                    

Pelangi menyebrangi jalan raya dan harus berjalan hanya beberapa langkah saja untuk sampai di salah satu minimarket terdekat yang ada disekitar taman.

Pelangi memasuki minimarket dan membeli roti, susu, dan juga air mineral yang cukup banyak untuk anak jalanan tadi.

Setelah membayar dikasir ia bergegas keluar dari minimarket dengan tergesa. Ia yakin anak itu pasti sudah menunggunya.

Saat Pelangi sudah didepan minimarket ia terkejut melihat seseorang yang saat ini sangat tidak ingin dilihatnya. Pelangi hanya melihatnya dengan tatapan ketakutan. Jarak mereka memang cukup dekat. Laki-laki dengan celana olahraga hitam dan berjaket biru dongker itu baru turun dari motor sportnya. Sederhana, namun seorang Laskara selalu tampak menawan. Ya, laki-laki itu adalah Laskara. Ia pun menyadari kehadiran Pelangi dan hanya menatapnya datar.

Dengan wajah ketakutan Pelangi berjalan cepat pergi dari minimarket. Sedangkan Laskara hanya menatap Pelangi dengan tatapan yang sulit diartikan.

Pelangi menghampiri anak jalanan tadi yang sekarang masih duduk ditempatnya. Lauren juga masih ada disana. Ia duduk didepan anak itu sambil tertawa. Mungkin Lauren sedang bercanda untuk menghibur anak itu.

"Hai, maaf ya lama," ucap Pelangi yang baru sampai.

Pelangi ikut duduk dihadapan anak itu.

"Ini buat kamu." Pelangi memberikan satu kantung kresek besar makanan dan minuman yang ia beli tadi.

"Wahh, makasih ya kak. Banyak banget. Ini bisa aku makan sampai besok deh. Kak Pelangi emang baik." Anak itu terlihat sangat senang.

"Kamu tau nama kakak?" tanya Pelangi.

"Tau. Kak Lauren yang ngasih tau aku, kak. Kalau nama aku Dio." Anak itu tersenyum senang.

Pelangi pun hanya tersenyum melihat anak kecil dihadapannya itu.

"Yaudah La, pulang yuk," ajak Lauren.

Pelangi hanya mengangguk.

"Kakak pulang dulu Dio, kamu baik-baik ya," ucap Pelangi dengan lembut.

"Iya kak. Dahh." Dio melambaikan tangannya.

"Daah," balas Pelangi dan Lauren sambil beranjak pulang.

Lauren tidak jadi mampir dan sarapan bersama di rumah Pelangi. Ia harus mengantar ibunya berbelanja.

Sesampainya dirumah, Pelangi langsung membersihkan dirinya. Setelah itu ia sarapan. Ia hanya sarapan sendirian. Karena jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tentunya orangtua Pelangi sudah sarapan sejak tadi.

Setelah itu, Pelangi menghabiskan weekendnya dengan bermalas-malasan dikamarnya. Mungkin ia akan menghabiskan waktunya untuk menonton drama Korea, bermain sosial media, dan tidur. Mungkin hari Minggu besok ia juga akan menghabiskan waktunya dirumah. Ia tidak punya rencana apa-apa untuk besok.

Hari senin pun telah tiba. Hari yang kebanyakan sangat dibenci oleh semua siswa. Pelangi berangkat sekolah seperti biasa. Ia berangkat bersama ayahnya. Setelah turun dari mobil ayahnya, ia langsung bergegas menuju kelas karena jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang seperempat. Artinya upacara bendera akan dimulai 15 menit lagi.

Pelangi selalu tersenyum ramah setiap bertemu teman-temannya yang berpapasan di sepanjang perjalanan menuju ke kelasnya. Senyuman gadis cantik itu seakan tidak akan pernah pudar dari bibirnya.

"La, lo kemana aja sih? Tumben baru berangkat. Bentar lagi upacaranya mau dimulai La." cerocos Lauren saat Pelangi baru memasuki kelas.

"Tadi gue emg agak kesiangan, Ren. Yaudah sih yang penting sekarang gue udah ada disini." Pelangi meletakkan tas di bangkunya yang satu meja dengan Lauren.

"Serah lo aja deh. Ayo cepet ke lapangan, upacara udah mau dimulai," ajak Lauren.

"Iya-iya sabar."

Setelah itu Pelangi dan Lauren keluar kelas menuju lapangan upacara bendera. Upacara belum dimulai, mungkin 10 menit lagi. Para siswa masih banyak yang berada di pinggiran lapangan. Masih enggan untuk membentuk barisan karena pagi ini mentari memang bersinar dengan teriknya.

Pelangi dan Lauren juga masih berada di pinggiran lapangan. Pelangi hanya berdiri diam sambil mengamati sekitar. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan mata Laskara yang kebetulan juga berada di sekitar sana. Pelangi segera mengalihkan pandangannya dan menunduk. Sedangkan Laskara masih menatap datar Pelangi.

"Lo kenapa La?" tanya Lauren yang menyadari perubahan sikap sahabatnya itu.

"Nggak papa kok Ren." Pelangi mengangkat kepalanya yang menunduk.

Lauren hanya menghela napasnya. Sebenarnya ia tahu Pelangi tiba-tiba menunduk karena Laskara. Lauren juga melihat keberadaan Laskara disana. Lauren mengerti, Pelangi pasti masih trauma dengan kejadian dua hari yang lalu. Sampai sekarang pun Lauren tidak pernah bertanya kepada Pelangi mengenai kejadian itu. Ia hanya diam dan bersikap seperti biasa.

Ia mengenal sahabatnya itu. Pelangi gadis yang terbilang sangat manja. Ia tidak pernah diperlakukan kasar sedikitpun oleh orang-orang disekitarnya, apalagi keluarganya. Ia selalu mendapatkan kasih sayang dan kelembutan. Diperlakukan seperti itu oleh Laskara sudah pasti membuatnya takut. Laskara lah orang pertama yang berbuat kasar kepada Pelangi.

"Ke barisan yuk, La. Ntar keburu diomelin Pak Yunus." Lauren menunjuk Pak Yunus, guru BK nya yang super killer itu.

Pelangi hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Lauren. Kemudian mereka berdua memasuki lapangan dan membentuk barisan bersama teman-teman sekelas mereka lainnya. Upacara bendera akan dimulai.

Setelah upacara bendera, Pelangi dan Lauren segera pergi ke kelas mereka. Mata pelajaran pertama kelasnya adalah Matematika. Mereka tidak mau terlambat masuk dan diomeli oleh Bu Eri, guru matematikanya yanh super disiplin itu.

Bel istirahat berbunyi. Membebaskan siswa kelas 11 IPA 1 dari pelajaran matematika yang mencekam. Pelangi dan Lauren keluar kelas menuju kantin. Kelas mereka memang kelas yang terdekat dengan kantin. Saat mereka baru saja keluar kelas, mereka melihat ada Laskara dihadapan mereka berdua. Laskara menatap Pelangi. Sedangkan Pelangi yang menyadari Laskara ada dihadapannya dan sedang menatapnya, Pelangi hanya menunduk.

Baru saja Laskara membuka mulutnya ingin berbicara, Pelangi sudah lebih dulu pergi dari hadapannya. Ia berjalan cepat menuju kantin sambil menunduk. Sampai-sampai ia tidak sengaja menabrak adik kelas. Ia segera meminta maaf dan memberikan senyum andalannya. Senyum yang mustahil ia tunjukkan untuk Laskara.

Lauren sudah menyusul dan berada di samping Pelangi. Laskara hanya melihat Pelangi dari kejauhan. Melihat Pelangi senyum seperti itu membuatnya merasa aneh. Senyum Pelangi yang menciptakan kehangatan untuk siapa saja. Namun senyum itu tentu tidak ditunjukkan untuknya.

Tunggu dulu, apakah Laskara mengharapkan senyum Pelangi? Tidak.. Tidak.. Gadis itu pernah mengusiknya. Bagaimana bisa seorang Laskara mengharapkan hal seperti itu. Namun dalam hati kecil Laskara bertanya,

Setakut itukah Pelangi kepada dirinya?





Thanks ya yg udh baca... Ikuti terus kisah PELANGI dan LASKARA yaa... JANJI PELANGI selalu rajin up kok😉. Kasih vote and commentnya jg yaa.. Setiap vomment kalian bikin aku semakin semangat😉

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang