Senyum Pertama

1.2K 121 20
                                    

Sempurna. Satu kata yang mendeskripsikan sebuah karya indah Tuhan berupa manusia sebaik kamu.


Matahari masih malu-malu untuk memancarkan sinarnya. Jam baru menunjukkan pukul 05.30. Gadis cantik bernama Pelangi itu baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Namun seketika matanya membulat. Ia mengingat akan hal penting yang belum ia selesaikan.

"Mamiiii," teriak Pelangi sangat kencang dari kamarnya.

Rani yang sedang menyiapkan sarapan pun segera pergi ke kamar anaknya itu. Ia takut terjadi sesuatu terhadap Pelangi.

"Kenapa La?" tanya Rani sesampainya di kamar Pelangi dengan wajah khawatir.

"Mam, tugas aku dimana? Kenapa nggak ada?" ucap Pelangi dengan panik.

"Bukannya semalam kamu mengerjakan bersama Laskara?" ujar Rani tenang.

"Laskara?" Pelangi mengerutkan keningnya.

Kemudian ia menepuk dahinya sendiri. Ia lupa kalau semalam Laskara datang ke rumahnya.

"Gawat. Pasti tugas aku udah dibuang. Gimana dong, Mam?" ujar Pelangi semakin panik.

Rani hanya mengernyit bingung.

"Pokoknya kalo nilai aku kosong semuanya salah Mami. Siapa suruh semalem Mami ngijinin Laskara masuk kamar aku," ujar Pelangi sambil cemberut.

"Laskara anaknya baik kok, La. Ramah orangnya. Ganteng lagi tuh," ucap Rani sambil tersenyum jahil.

Pelangi hanya terbengong ditempatnya. Laskara baik? Laskara ramah? Tidak.. Tidak, otak Maminya itu pasti sudah diracuni oleh Laskara.

"Mami nyebelin ih," ucap Pelangi masih cemberut.

"Udah-udah. Mending sekarang kamu mandi. Siap-siap ke sekolah," ucap Rani lembut.

Pelangi hanya diam menurut.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Pelangi sudah tiba di sekolah. Hari ini ia memang tidak membawa mobil. Seperti biasa, ia lebih suka berangkat bersama Papinya.

"Duh gimana dong?" gumam Pelangi kebingungan sendiri.

Saat ini ia sedang berada di depan ruang guru. Sejak tadi ia berada di sana sambil memainkan kukunya pertanda kalau ia sedang gugup. Sekali-kali ia mengintip ke dalam melihat ke arah meja Bu Meimei. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Pelangi, ngapain kamu?"

Pelangi terlonjak kaget dan langsung berbalik menghadap orang itu. Ia semakin takut saat mengetahui orang yang berada di hadapannya saat ini adalah Bu Meimei. Guru yang satu itu memang paling disiplin datang ke sekolah.

"E-eh Ibu. Pagi Bu," ucap Pelangi dengan tersenyum gugup.

"Pagi. Ngapain kamu?" tanya Bu Meimei dengan nada galaknya.

Pelangi langsung meneguk ludahnya mendengar nada seram dari Bu Meimei. "Emmm itu, Bu. Emmm tugasnya-"

Belum sampai Pelangi menyelesaikan ucapannya Bu Meimei sudah memotong.

"Ooh, tugas yang kemarin itu? Iya saya tahu. Bagus sekali Pelangi, kamu memang murid andalan SMA Wira Dharma. Dari awal saya tahu kalau kamu pasti bisa menyelesaikannya," ujar Bu Meimei tidak sejutek tadi.

"Haah?" ucap Pelangi dengan kagetnya.

"Duh, kamu nggak usah terkaget-kaget gitu. Biasa aja kalau dipuji sama Ibu mah," ujar Bu Meimei sambil mencubit pipi chubby milik Pelangi sambil tersenyum.

"Buset, guru gue jelmaan apaan sih? Gini banget dah. Tadi galak, sekarang main cubit pipi orang aja," ucap Pelangi dalam hati.

"Udah ah. Ibu mau ke toilet dulu," ucap Bu Meimei melepaskan cubitannya kemudian beranjak pergi ke toilet.

Pelangi hanya memegangi pipinya bekas cubitan Bu Meimei. Ia masih memikirkan tugasnya. Tentu saja ia merasa kalau hal ini sangat aneh.

"Kok bisa sih? Masa iya tugas gue jalan sendiri? Udah selesai semuanya lagi," gumamnya terheran-heran.

Ia masih berdiri di tempatnya. Tiba-tiba matanya memelotot ketika ia mengingat satu nama, "Laskara."

Suasana kantin masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang yang menyempatkan untuk sarapan sebelum bel pelajaran pertama berbunyi. Seperti yang dilakukan oleh Laskara. Ia sedang menikmati menu sarapannya.

"Woy curut," ucap seseorang mengagetkan Laskara.

"Ck! Kebiasaan lo, Dis."

Ya, orang itu adalah Dista. Siapa lagi yang berani berbuat seperti itu terhadap Laskara kalau bukan dia. Kecuali Angga dan Gibran tentunya.

"Lo kok berangkat pagi banget sih, Kar? Biasanya juga gue berangkat lo masih ngorok tuh," tanya Dista.

"Enak aja. Cogan nggak ngorok ya," bantah Laskara.

"Iyain aja biar seneng. Jadi kenapa nih?" tanya Dista.

"Nggak papa," jawabnya singkat.

"Laskara," panggil seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri mereka.

"Eh Pelangi, tumben banget. Ada apa nih?" tanya Dista.

Ya, gadis itu adalah Pelangi. Sedikit nekat memang. Namun rasa penasarannya lebih besar dan tak tertahan.

"Eh, hai Kak Dista," sapa Pelangi.

"Hai juga. Yaudah gue ke kelas dulu deh, bye." Dista yang mengerti suasana langsung pergi dari area kantin. Namun nanti ia pasti akan mencecar Laskara dengan berbagai pertanyaan. Katakanlah Dista sangat kepo.

Laskara masih diam di tempatnya. Ia masih fokus dengan coklat panas yang baru saja diteguknya.

Pelangi menarik napasnya pelan, mengurangi kegugupannya.
"Laskara?"

Laki-laki dihadapannya itu hanya menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Emm tugas gue, apa itu lo yang ngumpulin?" tanya Pelangi.

"Ya," jawab Laskara singkat.

Oke, satu fakta yang membuat Pelangi hampir terlonjak tidak percaya.

"Lo nyelesain semuanya?"

"Ya."

Pelangi diam sejenak. Ia benar-benar tidak mengerti dengan laki-laki dihadapannya ini. Bukankah laki-laki itu membencinya? Selalu jahat kepadanya? Pelangi segera menyingkirkan pertanyaan-pertanyaan itu terlebih dahulu.

"Terimakasih, Laskara." Pelangi tersenyum lebar. Senyum tulus yang selalu ia tunjukkan untuk banyak orang yang ada di dekatnya. Senyum yang selama ini tidak pernah ia tunjukkan untuk Laskara. Dan hari ini, untuk pertama kalinya Sang Pelangi tersenyum untuk seorang Laskara Bintang Samudra.

Laskara masih diam. Ia masih diam memandang apa yang sedang ada di hadapannya. Itu hanyalah sebuah senyuman. Seharusnya ia biasa saja akan hal itu.

Tunggu dulu, seharusnya? Lalu sebenarnya apa yang Laskara rasakan?






Thanks yg udh baca and vomment😉. Makasih yang masih suport aku sampai sekarang. Ikutin terus critanya yaa... Kasih kritik and sarannya jg ya, aku tunggu😉

JANJI PELANGIWhere stories live. Discover now