EPISODE 19

10.3K 181 0
                                    

Pagi pun tiba..
"Reina" ibu mengetuk pintu ku dan masuk, lalu menggoyangkan badan ku agar bangun
.
"Hmm iya bu.." aku pun terbangun
.
"Ayo sarapan, bangunkan Joshua juga, sudah jam 8 pagi" ucap ibu sambil mengusap rambutku
.
"Iya.." balas ku dan duduk di pinggir ranjang, ibu pun langsung keluar kamar ku
Saat aku hendak berdiri, pinggang ku sakit..
Tetapi aku tidak merasakan ngilu dan nyeri yang hebat lagi
.
"Sayang bangun" aku menggerakan badannya yang sedang tertidur di ranjang yang berbeda
"Sayang.."
.
"Hmm" dia membuka matanya dengan beberapa kali berkedip
.
"Ayo bangun sarapan, kita pergi berkumpul di ladang" aku berjalan dan membuka gorden, ku lihat ayah dan yang lainnya sedang berkumpul di bawah pohon apel sembari menyiapkan sarapan
"Hehe" aku pun tertawa sendiri, karena sudah lama tidak sarapan bersama di ladang
.
Kemudian aku membereskan tempat tidur, Lian langsung memelukku
"Aku mau beberes sayang, kita di tunggu" dia pun melepas pakaiannya dan langsung mencuci muka..
.
.
Kemudian aku keluar rumah bersamanya..
"Kita kemana?" Tanyanya
.
"Kita akan sarapan di bawah pohon apel diluar rumah"
.
"Begitu"
Aku pun menggandeng tangannya untuk keluar
Ibu ku sedikit tertawa..
Melihat rambut Lian seperti nanas saat bangun tidur..
Aku pun merapikannya sebentar.
.
"Jadi ini pacarmu" ayah menatapnya biasa
.
"Iya" jawab ku santai saja
.
"Siapa namanya?" Tanya ayah
.
"Perkenalkan nama saya Joshua Phelian" Lian menjawab dan  menundukkan kepalanya
.
"Phelian??" Ayah pun langsung bertanya-tanya
"Sepertinya ayah pernah mendengar nama itu"
.
"Ayah jangan bilang.." aku pun terkejut, begitu pun Lian yang langsung terdiam
.
"Kamu anaknya Rowanson Phelian?" Ayah menebak yang ternyata itu memang ayahnya Lian
.
"Ii.. itu ayah saya.." dia pun langsung memasang wajah kagetnya
.
"Kenapa ekspresimu begitu" ayah sedikit heran
.
"Ah.. ti.. tidak.. saya hanya lama tidak bertemu beliau" dia mengepalkan tangannya dan menahan emosinya
.
"Duduklah dulu nak, dan sarapan"
Aku pun menuntunnya untuk duduk dia pun gemetar
"Sayang.. kita nanti cari dia" aku mulai menenangkan dia dan mengusap dadanya, debaran jantungnya pun mulai ku rasakan
Dia hanya mengangguk lalu tersenyum kepadaku
Ibu memberikan roti selai apel dan kroket ayam kepadaku untuk di berikan kepada Lian..
"Makan dulu, jangan terlalu dipikirkan" ucapku sambil manarik pipinya
.
"Iya, terima kasih" dia tersenyum, sambil menahan emosinya
.
"Ayah tau ceritanya, ayah akan memberikan alamatnya nanti, kamu bisa pakai mobil dan pergi mencarinya" ayah berbicara padaku dengan bahasa Italia agar Lian tidak mengetahuinya
.
"Ya ayah" aku mengangguk paham
Kakak dan Hendy pun hanya terdiam, tidak ingin ikut campur..
.
.
Setelah aku sarapan aku menemui Lian di kamar..
"Sayang.." aku membuka pintu kamar ku
Aku melihatnya yang sedang duduk dikasur sambil memandang keluar jendela..
Dan mendekatinya, berdiri di depannya, dan menyenderkan kepalanya diperutku..
"Jangan di tahan, keluarkan saja" dia pun memelukku dan menangis..
Aku juga menahan emosi ku, aku tahu perasaannya bagaimana ditinggalkan oleh sang ayah yang harus menjadi tanggung jawab dalam keluarga, dan Lian lah yang menjadi tanggung jawab mengurus dan menjaga adik-adiknya sekarang, tetapi aku masih berfikir, Lian memang harus menjadi tanggung jawab walau berat.

Aku pun mengusap rambutnya, menepuk punggungnya dengan pelan
.
"Lian.." panggilku
.
"Hm..?" Dia menjawab.
.
"Kuatkan hatimu, kita akan pergi mencarinya" aku memberinya semangat.
.
"Ya.." dia menjawab singkat, dia tidak mau melepaskan pelukannya.
Aku baru tau dia memiliki sisi seperti ini juga
.
"Lian.." panggilku lagi
.
"Apa?" Dia masih memelukku
.
"Jangan menangis, nanti aku.." aku menyeguk diriku sendiri
.
Dia melepaskan pelukannya "jangan, cukup aku saja" dia berdiri dan mengelus pipi ku lalu memelukku lagi
.
Aku melihat ibu di pintu ku
Dan aku langsung menggerakan jari telunjukku dan menempelkannya di bibirku mengisyaratkan untuk diam sejenak, dan mengisyaratkan lagi kepada ibu untuk menunggu.
Ibu mengangguk dan tersenyum lalu pergi meninggalkan kami

Dia menenangkan hatinya cukup lama juga..
Tak lama ayah mendatangi kita berdua
"Hei nak" ayah memanggil Lian
.
"Ya ayah" dia merespon sembari melepas pelukannya dan mengusap wajahnya dengan bajunya
.
"Ayo pergi bersenang-senang" ayah mengajak Lian untuk pergi bersenang-senang di ladang
.
Aku pun menariknya untuk pergi keluar..
"Ayah akan mengajarimu skill memanen yang bagus"
.
"Aku ikut.." senang ku
.
"Eitsss tidak bisa, masih ingat, kita bertiga masih menjadi musuh bebuyutan" kakak tiba-tiba muncul di sela-sela pintu
.
"apa sih kak, sudah umur 26 tahun juga, sana cari pacar, masa kalah dengan adiknya" ledekku
.
"Wah wah, pacar kakak sebentar lagi kesini kok" bangga sang kakak dengan mengangkat pundaknya
.
"Adrian Alige De Semure, lelaki 26 tahun bermimpi di siang hari" ledekku dengan membalas mengangkat pundak juga, yang berarti percaya diri
.
"Hehehe jangan lupa aku juga musuhnya" Hendy adikku pun merangkul kakakku
Kami bertiga pun langsung keluar ke halaman rumah, menyalakan kran air dan langsung bermain air dengan bebas, saling menyemprot satu sama lain
.
.
.
Joshua Phelian POV
.
Aku sedikit terkejut saat ayah Reina mengetahui sosok ayahku berada dimana, dan merenung sejenak di kamar Reina.
Tak lama kemudian Reina pun mendatangi ku dan memeluk ku, dia pun menyuruh ku mengeluarkan emosi ku..
Aku pun menangis di pelukannya..
Aku menghentikan air mataku saat dia ingin menangis juga...
Dan memeluknya balik..

Ayah Reina pun mengajak ku pergi memanen, aku langsung mengganti baju..
Dan langsung menuju ladang..
Dari kejauhan aku melihat Reina bersama saudaranya saling bermain satu sama lain..
Aku pun tersenyum..

Selesai memanen aku dan ayah Reina beristirahat sebentar, hari pun semakin sore
Ku lihat juga Reina dan Ibunya sedang menyiapkan makan sore.
.
"Bagaimana nak, capek?" Ayahnya tertawa
.
"Lelah, tetapi seru" aku tertawa juga seakan melupakan ayahku
.
"Nak.." panggil ayahnya
.
"Ya ayah?" Aku membalas panggilannya
.
"Alamatnya sudah ada di Reina, pergilah lusa ini, karena selasa kalian sudah harus kembali ke london kan, ayah harap kamu benar-benar bisa membebaskan ayahmu dan berusaha membujuknya, dia merasa menyesal meninggalkan kalian, dia berusaha untuk kembali ke sana, tapi belum bisa, dia bekerja sampingan yang belum tentu menjadi tetap dan selalu berpindah"

aku yang mendengarnya sedikit merasakan sakit hati yang mendalam, mungkin karena aku seorang anak yang sudah lama tidak melihat sosok pemimpin yang seharusnya ada dirumah..
.
"Nak, berjanjilah juga pada ayah, jagalah Reina, jangan pernah meninggalkannya, karena dia anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, sebenarnya ayah tidak mengizinkannya bersamamu, tetapi setelah ayah diceritakan bagaimana kepedulianmu terhadap Reina ayah jadi berubah pikiran, ayah percayakan Reina padamu.."
.
"Terimakasih sudah percaya pada saya ayah, saya akan menjaganya sebaik mungkin" kami berdua pun sama-sama melihat Reina yang masih membantu ibunya
.
Dia melihatku juga
"Apaaa liat-liat, mau aku lempar buah" teriaknya dari kejauhan
Aku hanya tertawa kecil
'Anak itu benar-benar orang yang aneh' batinku
.
.
.
Jum'at pun tiba, yang dimana kita harus berkeliling kota prancis untuk mencari ayahku..
Tapi hasilnya nihil, hanya capek yang di dapat..
Kami pun kembali ke italia, rencana awal yang ingin jalan-jalan pun tidak jadi, Reina lebih mementingkan diriku dari pada jalan..
Benar-benar wanita yang pengertian, tetapi dilubuk hatinya masih ada rasa ingin berjalan-jalan

Aku kembali menerima info dari ayah Reina bahwa, ayahku sedang berada di Roma, aku bersama Reina langsung bergegas setelah mendapatkan alamatnya..

Sesampainya disana aku langsung turun dari mobil, dan langsung mencari sosok ayahku..
.
.
.
Joshua Phelian POV end

Dia berlari mencari ayahnya..
Aku pun mengikutinya dengan perlahan..
Hingga ke gang-gang kecil dan aku melihatnya berhenti, aku pun melambatkan langkahku dan terdiam
Kulihat dia dari jarak sedikit jauh, yang mulai mau meraih pundak ayahnya tapi ragu-ragu..
Tempat bekerja ayahnya adalah sampingan sebagai pelayanan masyarakat seperti buruh, tempat yang lusuh dan kotor membuatku menahan emosi juga
.
Aku mulai mendekatinya lagi secara perlahan
Hingga benar-benar di belakang Lian
"A.. a.. ayah.." Lian memanggil ayahnya dengan suara bergetar
Lalu lelaki tua itu membalikkan badannya..
Menjatuhkan palunya yang dia pegang..
Dengan matanya yang berkaca-kaca tak percaya, sang anak tertua ada di hadapannya..
Mencarinya.. tatapan penyesalan terpancar dari manik mata sang ayah.

Aku yang melihatnya penuh dengan emosi dan mulai meneteskan air mata..
Ku lihat lagi ayahnya yang ragu-ragu untuk menyentuh anaknya
"Joshua.."
.
"Ayah" Lian langsung memeluk sang ayahnya dan menangis..
Momen haru itu benar-benar membuat ku tersentuh..
"Kembalilah, pulanglah, kami menunggu mu" dia berbicara sambil terisak, seperti seseorang yang sulit mengeluarkan suaranya, perasaan rindu seorang anak kepada ayahnya yang tulus itu benar-benar membuatku meneteskan air mata bahagia.

Semua orang mulai melihat mereka berdua..
Tapi mereka berdua pun tak peduli..
sang ayah menepuk-nepuk punggung anaknya, tak sadar bahwa anaknya semakin dewasa..

Lian pun melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya, "ayo pulang.." dia tersenyum
.
"Tapi.. ayah masih ada kerja" ayahnya menunjuk ke sebuah bangunan yang sedang ia bangun
.
"Berhentilah, ayo pulang" Lian memaksanya
"Bawa aku ke pimpinannya jika ayah tidak mau menurutiku" Lian mengatakannya dengan tegas
Akhirnya ayahnya pun menurut..
Aku menunggunya di mobil sembari ayahnya dan dirinya menuju ke pimpinan kerjaan..

1 jam berlalu dan mereka berdua kembali..
Aku melihat dari kejauhan Lian yang berlari sangat panik..
Dia langsung membuka pintu mobil
.
"Reiiiiiii" nafasnya tersengal-sengal
"Syukurlah, aku.. lupaa kalau kamu ikut" dia berbicara dengan terbata-bata akibat lelah berlari
Dan dia memegang pipiku
"Kamu habis menangis ya?" Dia tersenyum, aku pun mengangguk "maaf Rei, mau kah kamu ikut dengan ku ke amerika sebentar saja?" Dia mengajakku dengan meminta izin..
.
"Aku harus izin dengan orang tua ku dulu" ucapku dengan senyuman
.
"Baiklah tunggu sebentar" Lian menutup pintu mobil lagi dan pergi menemui ayahnya
Dan beberapa menit kemudian kembali lagi bersama ayahnya dan langsung menyalakan mesin mobil..
.
"Kita kembali kerumahmu, aku yang akan meminta izin pada orang tua mu.."
.
"Iya.." aku tersenyum
.
.
.
.
TBC

REINA!! (18+)  COMPLETEDWhere stories live. Discover now