Perpisahan dan Pelepasan

51 1 0
                                    

Li tersenyum puas, sekali lagi memandang dirinya sendiri lewat pantulan cermin. Ia sedang menunggu Ki selesai dirias. Ya, hari ini adalah hari perpisahan sekaligus pelepasan siswa kelas dua belas. Acara kali ini memiliki dress code yaitu setelan jas untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan.

Lima belas menit kemudian, semua selesai dirias. Dengan mobil yang disediakan dari salon tempat mereka menyewa kebaya, mereka berangkat ke sekolah.

Di sekolah sudah ramai oleh para siswi yang terlihat anggun dengan kebaya masing-masing dan juga para siswa yang gagah dengan jas masing-masing.

Ketiga sahabat itu segera menuju lapangan bawah tempat acara dilaksanakan. Mereka menemukan Di dan An sedang menunggu di samping banner yang memasang wajah siswa lolos SNMPTN.

"Dih, ngapain berdiri di sini? Tau, lah, yang mukanya dipajang di sini," cibir Li pada An.

Keduanya menoleh dan mematung sejenak.

"Oi, kedip, oi! Segitu terpesonanya liat aku, ya?" kata Ki, terlalu percaya diri.

"Kalian siapa? Perasaan temenku buluk-buluk semua," ledek An, tertawa.

"Ya, lah, buat apa juga cantik setiap hari. Nanti di hari penting kayak gini kalian ngga terpesona lagi," ujar Li.

"Yuk, masuk barisan! Acara inti mau mulai," ajak Sa kemudian, dia baru sadar dari acara memandangi An. Mukanya memerah dengan segera.

Dua jam utama adalah acara pelepasan yang dibuat secara formal. Diisi dengan pidato dan penyampaian penghargaan pada murid berprestasi. Kemudian dilanjutkan dengan acara non formal yaitu berupa hiburan dari adik kelas.

Band kelas XI masih bermain di atas panggung saat An memberi kode untuk keluar tenda sebentar.

"Foto dulu, yuk! Sebelum make up  kalian luntur, kan?" ledek An.

An iseng menarik tangan anak kelas lain untuk mengambilkan foto mereka. An cengengesan melihat wajah protes anak itu.

"Sebentar aja, fotoin kami berlima," kata An.

Setelah puas foto bersama, mereka foto berpasangan.

"Li, sini, giliran aku sama kamu," kata An sambil menarik lengan Li.

"Iya, sebentar, An. Siapa nih yang mau fotoin?" kata Li.

"Aku aja," usul Ki, menerima kamera dari tangan Li.

"Ayo, bergaya!" Ki mengarahkan.

An segera saja meletakkan lengannya di pundak Li. Baru saja Li menoleh akan protes, Ki sudah menyalakan kamera.

"Ki, aku belum siap, ih!" protes Li manyun, "ga boleh rangkul-rangkul, ih!"

Yang lain tertawa. Ki menyuruh mereka bersiap lagi. Li melihat hasil fotonya dan An. Menemukan bahwa dia dan An bertatapan pada foto pertama. Li tersenyum entah karena apa.

"Ayo giliran An sama Sa, biar aku yang fotoin," kata Li.

"Ayo, Sa, jangan malu-malu, kesempatan ini lho," ledek Li.

"Nah, An, kalau ini boleh dirangkul." Li masih semangat meledek.

"Yuk, Li," ajak Di kemudian.

"Iya, sebentar!"

Beberapa saat kemudian, An sudah protes.

"Udah, ah. Lama amat sama Di," protes An.

Saat Li akan membalas kalimat An, tiba-tiba teman ekskul Sa mendekat, mengajak foto bersama. Sa pamit, menjauh dari mereka.

SQUAD OF CAT Where stories live. Discover now