Sekawan

1.3K 100 0
                                    

Pagi yang mendung, semoga tidak turun hujan hari ini, setelah semua siap aku melangkah keluar dari kamarku dan menuruni tangga, ku arahkan langkahku menuju ruang makan, aku melirik sekilas masih seperti biasanya mereka bertiga sarapan pagi dengan begitu hangat seperti keluarga harmonis lainnya, aku pun sempat menangkap tatapan sendu dari Rasya seolah berbicara padaku untuk mengajakku sarapan namun apa pedulinya, aku terus melangkahkan kaki ku menuju tempatku biasanya mengisi perut di neraka ini.

"Pagi Mas Dan," begitulah sapaan dari Bi Minah padaku dan aku tak memusingkannya.

"Pagi," balasku singkat.

"Mau sarapan apa Mas Dan ?" tanya Mbok Minah.

"Gak usah Bi, aku minum susu aja, aku harus buru-buru ke sekolah," balasku.

"Loh kan Mas Dan baru sembuh harus banyak makan," tegur Bi Minah khawatir, seketika hatiku menghangat.

"Bekelin aja Bi, aku makan nanti sambil mengerjakan tugas," pintaku pada Bi Minah.

Bi Minah segera membuatkan ku roti isi selai kacang favoritku, menambahkan beberapa buah-buahan yang sudah dipotong-potong, aku hanya menatapnya sambil tersenyum, lalu aku pusatkan pandangan pada layar ponsel yang berada di tanganku, mengecek beberapa e-mail masuk laporan dari perusahaan mendiang kakek.

"Eummm, Dan," panggil suara memecah kesibukanku, Rasya, ada apa dia ?"

"Hhmm," jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari layar ponsel.

"Boleh aku bareng ke sekolah, papa gak bisa antar," jelasnya sedikit ragu dan terbata.

Aku hanya diam membiarkannya, lama menunngu ku yang tak kunjung menjawab dia pergi meninggalkan ku dengan sedikit kesal karena aku mengabaikannya.

"Ini Mas Dan bekalnya," ucap Bi Minah seraya memberikan kotak makan yang langsung aku suruh memasukan ke dalam tas.

"Aku berangkat Bi, makasih bekalnya," pamitku seraya menyalami dan mencium tangannya.

Dengan langkah cepat aku menuju garasi dimana motor kesayanganku terparkir dengan gagahnya, pagi ini aku akan mengendarai si Bimo nama yang aku berikan pada motorsport dengan merk BMW yang baru saja aku beli dua minggu lalu.

Jika kalian mengira aku pergi kesekolah memakai rok kalian salah besar, aku memakai celana seperti murid laki-laki, aku meminta lebih tepatnya memohon pada Jessie untuk memberikan aku dispensasi, jujur ku katakan aku tak bisa memakai rok dan bagaimana mungkin aku memakai rok jika style ku saja seperti ini, beruntung Jessie mengerti akan diriku.

Ku pacu si Bimo mengeluari area pekarangan neraka, aku melihat Rasya duduk di pos satpam dengan wajah ditekuk, dia belum berangkat rupanya, baiklah untuk kali ini saja.

"WOY!" panggilku, seketika kepalanya mendongak menatapku.

"Aku punya nama, Dan," tegurnya pelan.

"Naik," aku tidak perduli dengan ocehannya.

Rasya tidak segera beranjak dari duduknya dia terlihat ragu atau dia takut mengendarai motor model seperti ini.

"Naik atau tidak sekolah!" ancam ku ketus.

"I-iya Dan,"

Dia segera menghampiriku, namun aku tak kunjung merasakan dia naik keatas motorku, aku menolehnyadan melihat wajahnya yang seakan kebingunggan.

"Bisa lebih cepat!" Tegurku yang mulai kesal.

"I-ini na-naiknya gimana Dan,"

Oke fix, aku ingin tertawa sekarang namun aku tahan, astaga apa dia belum pernah naik motorsport seperti ini walau hanya sekedar di bonceng, oh ayolah ini tahun berapa sampai dia kampungan seperti itu.

Benci Dan Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang