Gangsal

1.2K 101 7
                                    

Rasya pov.

Hari ini aku kembali menuju cafe dimana tempat Dani bekerja, meski sempat menolak dan mengusirku akhirnya Dani membiarkan aku membantu di cafenya, ya siapa yang bisa melawan jika seorang Rasya punya kemauan, aku benar-benar menebalkan muka ku dihadapannya dan juga bersikap bodo amat dengan sikapnya yang acuh padaku.

Kali ini aku tidak diantar oleh Mang Hari, aku menyuruhnya pulang karena Lian meminta padaku untuk mengantarkanku, aku sempat menolak tapi dia sedikit memaksa, yasudahlah dari pada ribet aku meng-iyakan saja, dari jauh aku lihat Dani yang baru saja turun dari motornya disusul Yohanes dan Jessie, mengapa harus ada Jessie meskipun aku sangat tahu dia pacar dari Yohanes tetap saja aku merasakan iri yang luar biasa, karena dengan mudahnya dia bisa perduli dan juga memperhatikan Dani, seharusnya adalah aku, ya aku yang terhitung masih saudaranya meski ya hanya saudara tiri.

"Masuk dulu Lian, aku traktir minum, ya sebagai ucapan terima kasih udah mengantarku," tawarku pada Lian setelah sampai didepan cafe.

"Gak ah Sya, aku harus segera pulang mau ada acara," tolak Lian halus.

"Begitu ya, yaudah lain kali aja ya,"

"Iya, gampanglah Sya, aku jalan dulu ya," pamit Lian sambil mengacak rambutku.

"Oke, hati-hati,"

Setelah Lian tak terlihat aku masuk kedalam cafe yang suasananya sedikit ramai, maklum hari jumat dan sabtu anak-anak sekolah semua libur, ku lihat ada beberapa anak yang sama sekolahnya denganku dan beberapa dari sekolah lain, tak heran jika banyak anak sekolah mampir di cafe ini karena harganya yang terjangkau bagi kantong-kantong mereka tapi banyak pula pelanggan yang dari anak kuliahan dan juga orang kantoran mampir disini harga dan suasananya pas bagi semua kalangan, pintar juga si Dani.

Ku edarkan pandanganku mencari sosok Dani, tapi aku tak menemukannya atau mungkin dia ada di gazebo di belakang cafe, ah lebih baik aku cari disana, kulangkahkan kakiku melewati beberapa meja lalu sedikit memutar ke arah kiri, dan benar saja dia ada disana bersama kedua sahabatnya, Dani tetaplah Dani, saat yang lain sibuk dia memilih memejamkan mata dengan punggung bersandar pada dinding gazebo, tangannya bersedekap didada dan kedua telinganya dia sumpal dengan headset. Manusia super dingin tapi hangat bagi yang dekat dengannya, itulah menurutku, dia akan mudah tertawa jika berada disekitar Yohanes dan Jessie, oke fix aku semakin iri.

"Sayang, besok manusia es ini ulang tahun, kita kasih apa ?"

"Mana aku tahu, dia udah punya segalanya,"

"Pacar dia belum punya,"

"Yakali kita kado pacar,"

Obrolan antara Yohanes dan Jessie membuatku sedikit terkejut, bagaimana aku bisa lupa jika manusia angkuh itu besok berulang tahun, aku harus memberikannya sesuatu sebagai hadiah, segera aku menghubungi Mang Hari untuk menjemputku agar aku nanti tidak terlalu malam ketika sampai dirumah.

Setelah Mang Hari menjemputku dan sedikit lama diperjalanan karena macet aku sampai di sebuah mall yang cukup besar di kota ini, aku mengitari mall keluar-masuk toko tapi belum menemukan apa yang aku cari.

"Jam tangan, sepatu, jam tangan, sepatu," gumamku bingung.

Akhirnya langkahku menuntun kearah sepatu, aku melihat-lihat deretan rak sepatu yang menampilkan model-model terkini dengan berbagai warna dan merk-merk terkenal. Aku tertarik pada salah satu sepatu yang berlogo hewan buas yang sedang melompat, dengan warna yang didominasi warna hitam, sepertinya Dani suka warna-warna gelap karena aku lihat dari semua pakaian dan barang-barang miliknya didominasi dengan warna itu.

"Ada yang bisa saya bantu mbak ?" sapa karyawan dengan senyum ramah.

"Oh iya, saya mau sepatu ini," jawabku sambil menyodorkan sepatu pilihanku.

Benci Dan Cinta (Complete)Where stories live. Discover now