Songo

1.1K 86 0
                                    

Rasya menghentakan kakinya kesal bagaimana tidak ini hari ke empat manusia es batu itu pergi dan hari ke dua tanpa mengiriminya kabar, sudah tak terhitung lagi tangannya menslide layar ponselnya berharap ada sederet kalimat yang menjelaskan kondisi manusia es batu itu tapi tetap saja tak ada kabar apapun, saat ponselnya berbunyi dengan tergesa Rasya kembali mengslide layarnya namun nihil bukan kabar dari Dani melainkan operator yang sangat rajin mengiriminya kabar meski tanpa diminta sekalipun.

"Operator aja rajin ya ngirim pesan ke aku, sedangkan manusia laknat itu, astagaaaa, jika dia pulang akan ku cubit dia sampe biru, aaarrrggh," omelnya frustasi lalu menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur.

"Udah macam istri tentara habis dinikahi ditinggal dinas malah sekarang gak ada kabar, hiks," gerutu Rasya dan tak terasa air matanya turun begitu saja, akhir-akhir ini dia menjadi lebih cengeng.

Rindu, ya Rasya sedang galau karena rindu, rindu yang dengan kurang ajarnya menerjang setiap relung-relung tubuhnya hingga membuatnya lumpuh tapi tidak mati, rindu yang menuntut untuk segera dipertemukan dengan obatnya, yaitu Dani.

"Ih, baru empat hari loh masa udah seperti ini, gimana nanti dia perginya lama, iiihh sialan," Rasya uring-uringan sendiri.

Rasya bangun dia menengok jam yang menempel didinding yang menunjukan pukul 5 tepat dia segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, setelah semua segala macam persiapan dia lakukan kini dia siap untuk pergi.

Sore ini dia janji bertemu dengan Jessie dan juga Anita, mereka akan berbelanja sepuasnya memanjakan diri sejenak dari segala rutinitas sekolah yang memusingkan ditambah minggu depan mereka semua akan menghadapi ujian kenaikan kelas.

Saat berjalan melewati sebuah toko mata Rasya terpaku dengan sebuah blazer pria semi formal yang terpajang di sebuah manequin, dia membayangkan jika blazer itu dipakai oleh Dani pasti akan terlihat lebih cakep, seketika dia tersenyum sendiri tidak sadar jika kedua sahabatnya sudah memperhatikan dengan tatapan aneh.

Plaaakk

"Aw," pekik Rasya dan langsung menatap sang pelaku yang menggeplak kepalanya dengan tatapan horor.

"Apa! Mau protes!" balas Jessie sambil bersedekap seketika Rasya kicep.

"Lagian ya kamu ngapain senyum-senyum sendiri, dipanggil juga budhek," omel Anita.

"Hehe, gapapa, hehe," cengir Rasya.

"Yaudah kalo gak apa-apa jangan gila," balas Anita.

"Yodah ayuk jalan lagi aku laper loh," seloroh Jessie sedikit manyun.

Bagaimana tidak lapar jika mereka mengelilingi mall besar semua lantai di jelajahi kesana-kemari hingga menghabiskan waktu dua jam, dan yang mereka tenteng masing-masing memegang dua paper bag, hanya dua paper bag dan itu dua jam.

"Wait, aku mau beli itu," cegah Rasya saat mereka mulai berjalan.

"Itukan buat cowok Sya," protes Anita.

"Itu buat...," jelas Rasya terpotong.

"Jangan-jangan kamu udah punya cowok dan gak ngasih tahu aku, jahat sekali kelakuan anda nona," omel Anita lagi.

Rasya menggaruk keningnya yang tak gatal sama sekali dia bingung mau dari mana menjelaskan pada Anita, sedangkan Jessie sudah mengulum senyum.

"Ah bodo ah, tunggu aku mau beli itu,"

Rasya segera berjalan cepat memasuki toko itu dan berbicara pada karyawan disana, setelah mendapatkan apa yang diinginkan dia segera membayarnya setelah selesai dia kembali pada kedua sahabatnya.

Benci Dan Cinta (Complete)Where stories live. Discover now