Limerence-01

2.5K 292 59
                                    

👑 Ruangan ini tenang, terkesan damai meski pencahayaannya agak temaram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑 Ruangan ini tenang, terkesan damai meski pencahayaannya agak temaram. Aroma lembut tercium di segala penjuru ruangan menambah efek nyata keindahan. Meski begitu, Hyunjin berdiri canggung di tengah-tengah ruangan. Sama sekali tak terbuai akan keelokan itu. Ia masih berpakaian kasual —kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku— berikut sebilah pedang yang menggantung di pinggang. Hyunjin mengakui jika perasaannya tak setenang suasana di ruangan ini. Tiga belas tahun berlalu dan ini pertemuan pertamanya kembali dengan Putra Mahkota Amethyst.

Lelaki yang berjarak sekitar lima belas langkah di hadapannya tampak tampan dan rapi, juga tenang. Memang ada sedikit raut wajah duka, tapi ia bahkan terlihat tak sebegitu terluka dibanding beberapa pelayan yang dijumpainya ketika dalam perjalanan menuju ruangan kakaknya ini. Mungkin seorang calon pemimpin memang telah dilatih untuk selalu berhati-hati dalam bersikap, bahkan hanya untuk sekedar menampilkan ekspresi.

Hyunjin menjaga air mukanya agar tetap stabil. Ia pun tidak boleh kalah tenang. Kedua lengannya jatuh di sisi tubuh. Maniknya nyalang menghadap ke depan. Posturnya tegap namun hormat, tidak menantang sama sekali. Tapi degup jantung Hyunjin yang bertabuh keras tak bisa dikontrol oleh dirinya sendiri. Belum lagi tatapan lelaki yang duduk di balik meja di depannya terasa begitu lurus enggan berpindah dari matanya.

"Selamat datang kembali, Sam."

Agak dramatis memang, tapi Hyunjin sungguhan merasa jika suara itu terlalu menggema di ruangan ini. Masuk ke telinganya dan terserap begitu saja ke dalam pikirannya. Hyunjin mengangguk singkat sebagai respon.

"Aku kembali, kak Chris."

Lain halnya dengan Hyunjin yang kelihatan agak tertekan, Chan malah terkekeh ringan. Lelaki itu kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Tampak lebih santai.

Chan tersenyum, "banyak yang berubah, ya? Kau bahkan memanggilku kakak seperti tengah membaca naskah di depan matamu."

Mendengar tuturan dari lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya itu, Hyunjin buru-buru menundukkan sedikit kepalanya, meminta maaf non-verbal, "maafkan aku. Aku tidak bermaksud—"

"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku senang kau kembali." Chan memotong.

Hyunjin menghembuskan nafasnya yang tadi tanpa sadar ia tahan, membungkuk lebih dalam sesaat. Ketika kepalanya kembali pada posisinya semula, tatapan Chan kembali menguncinya. Hyunjin tersenyum canggung dan mengucapkan terima kasih setelah itu.

"Kalau begitu, segara bersiap-siap di kamarmu. Upacara pemakamannya akan dimulai pukul sembilan tepat." Chan berujar lugas. Hyunjin mengangguk dan berniat segera berbalik setelah membungkuk hormat. Tapi panggilan Chan lebih dulu menahannya,

"Oi, Sam, kau tidak lupa dimana letak kamarmu, kan?"

Hyunjin tersenyum miring, menangkap adanya nada gurau dari perkataan kakaknya itu. Hyunjin sendiri tidak bisa percaya bahwa dia akan sebegini mudahnya akrab kembali dengan sang kakak. Tidak peduli betapa dekatnya mereka saat masih anak-anak, tapi telah banyak yang terjadi, dan rasa kebersamaan itu kian terkikis selang waktu ia terus tumbuh besar. Tapi memang Chan yang dulu dan yang kini bisa Hyunjin asumsikan sebagai orang yang sama hangatnya.

LIMERENCE; hyunjin ft. felix || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang