Limerence-05

1.2K 187 72
                                    

👑 Mentari yang tenggelam menarik tirai malam agar segera berpindah posisi dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑 Mentari yang tenggelam menarik tirai malam agar segera berpindah posisi dengannya. Semilir pawana senja berganti hawa beku kala langit lebih menggelap. Sisa-sisa korona baskara senja masih terpancar di batas bumi barat.

Helaan napas Hyunjin menyatu dengan angin yang berlari-lari di ruangan ini. Menembus atsmosfer canggung yang tercipta.

Mereka begitu dekat, sangat dekat. Saking dekatnya membuat Hyunjin ingin memeluk gadis berambut pirang ini. Hyunjin niat menggeram keras-keras dan meneriakkan segalanya. Tapi inginnya tinggal angan begitu aroma Felix amat menginvasi indera pembaunya. Gadis itu masih menunduk juga memalingkan wajah. Ia juga tidak menanggapi apa-apa. Keduanya punya sesuatu yang masing-masing harus sampaikan, Hyunjin menyadarinya. Tapi lelaki itu memutuskan untuk memejamkan mata, menahan.

"Aku tidak bisa pergi."

Itu yang Hyunjin katakan usai menaikkan dagu Felix hanya untuk meneliti wajah gadis itu. Mata keduanya terkunci di suasana remang. Untuk sesaat mereka membeku sembari mendengarkan detak jantung masing-masing. Entah sejak kapan netra Felix yang tajam seolah kehilangan kepercayaan dirinya sendiri, itu yang Hyunjin pikirkan. Mereka masih seindah ametis, tapi redup akan kilaunya.

Rongga dada Felix diketuk keras oleh jantungnya yang memalu. Rasanya hembusan napas Hyunjin begitu familiar, meniup ubun-ubunnya. Ia bahkan merinding dengan hanya mengingat suara rendah yang Hyunjin ciptakan.

"Kenapa?" respon Felix mengudara. Hyunjin belum membalas. Felix menatap lekat lelaki di hadapannya sembari menggigit bibir dengan ragu. Tapi ia dapat menangkap jika tatapan Hyunjin tidak mendefinisikan sesuatu yang berarti. Ia menolak segalanya, menepis tangan Hyunjin yang baru akan menyentuh kulit pipinya. Bagi gadis itu, semua yang terjadi adalah permainan dan dia benci dirinya yang telah kalah.

"Baiklah, menurutmu aku mungkin hanya satu di antara sekian gadis yang pernah mengisi harimu. Kau besar di kota sementara aku harus terkurung di sini selama ini. Kau kakakku tapi kau memperlakukanku dengan cara yang berbeda. Kita lama terpisah, kita harusnya masih menjadi orang asing mengingat kau yang baru kembali ke sini, tapi kenapa kau dengan mudahnya masuk ke dalam duniaku? Aku..." Felix memejamkan matanya resah. "Mungkin bagimu biasa saja, tapi berat untukku menjadi seperti ini. Kau menyentuhku tanpa alasan yang jelas dan itu membuatku merasakan sesuatu, bukan, aku telah merasakannya bahkan sebelum itu terjadi. Dan selama ini akulah yang salah mengartikan segalanya..." gadis itu mengambil napas pendek, menghembuskannya berat, tergugu. "Aku salah dengan terlanjur menilai diriku istimewa untukmu,"

Hyunjin memandangnya tanpa berkedip. Suasana yang temaram membuatnya hanya mengandalkan bantuan lentera yang terpasang pada dinding-dinding ruangan untuk menatap gadis itu. Felix baru saja mengutarakan apa saja yang dirasakannya tapi itu terdengar seperti penjabaran Hyunjin sebagai dalang dari semua dilema yang dia rasakan. Felix harusnya tahu, bahwa bukan hanya dia sendiri yang merasa begitu,

"Kau bicara seolah menyalahkanku untuk segalanya." wicara Hyunjin rendah, namun menusuk. Felix tak mendengarkan dan beralih mundur selangkah. Refleks begitu saja. Hyunjin juga bergestur mengambil langkah maju. Begitu seterusnya, satu langkah mundur Felix dibalas selangkah maju dari Hyunjin. Felix masih mempertahankan raut resahnya serta mata yang menyorot gelisah, dan Hyunjin menerima semua itu. Tatapan yang ia perlihatkan terasa begitu membius.

LIMERENCE; hyunjin ft. felix || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang