03

635 68 6
                                    

chan berdiri didepan ruangan yang katanya biasa changbin pakai, felix menemaninya. sebenarnya felix mau melanjutkan pekerjaanya tapi chan menahannya. chan minta di temani.

chan itu mudah percaya, buktinya felix yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu disuruh ikut masuk juga.

chan masuk, felix mengikuti dibelakang chan.

"loh? ngapain lo sama dia?"

"dia yang nemenin gue kesini"

"oh, yaudah duduk deh" suruh changbin.

chan duduk, felix masih berdiri. dia ngerasa ga pantas ada di ruangan itu.

"chan, gue lanjut kerja aja ya" kata felix.

"hm yaudah deh. makasih udah nganter gue kesini"

"iya sama-sama" felix pergi keluar meninggalkan mereka bertiga.

"jadi? lo butuh bantuan apa?" tanya kirania yang dari tadi diam.

chan memperhatikan kirania yang di rangkul changbin.

"oh iya, panggil aja gue kiran"

chan mengangguk.

"jadi" ucap chan menggantung.

"gue pengen anak"

"hm ya terus?"

"lo mau kan jadi--"

"bentar, bentar, lo mau gue hamil gitu? ngandung anak lo?"
"terus habis gue kasih lo anak, gue dapat apa? lo buang gue?"

"enggak, lo mau berapa gue kasih"

kiran diam, lalu menoleh ke changbin kesal, changbin cuman cengegesan.

"bin.."

"semua di tangan lo ran, lo mau jalani apa enggak" kata changbin.

"apa kata tetangga gue" guman kiran.

"aelah lo begini aja udah di gosipin ran"

chan cuman nyimak percakapan dua orang didepannya ini.

"kiran, lo bisa tinggal dirumah gue. jadi gimana?" kata chan.

"gue ga bisa jawab sekarang"

chan mengangguk, dia mengerti. jika chan ada di posisi kiran pun dia pasti sulit menjawabnya.

"tapi, sebutin nominal yang lo mau sekarang"

"105jt"

"oke deal"

"kalau lo setuju, lo bisa hubungin gue. gue pamit dulu. dah bin, ran" chan berdiri lalu pergi keluar ruangan itu.

chan keluar dari club, waktu chan mau masuk kedalam mobilnya dia melihat felix yang baru saja keluar dari club dengan baju yang lebih santai.

"felix" panggil chan.

"oh elo, udah selesai urusannya?"

"hm ya, lo mau pulang?"

"iya, jam gue udah selesai"

"mau bareng?"

felix menatap heran chan, dia ga habis pikir sama cowok didepannya ini kenapa mudah banget percaya sama orang.

"emm chan, lo ga takut apa kalau gue orang jahat atau semacamnya?"

"lo jahat? jahat darimana muka lo lucu begitu"
"udahlah ayo ikut gue anter" chan masuk lebih dulu kedalam mobil.

felix mau ga mau harus masuk juga.

sepanjang jalan chan terus mengoceh dan felix cuman diam mendengarkan.

"pilihan gue salah gak lix?"

"gatau chan, gue bingung mau ngasih respon gimana"

hening, chan tidak lagi mengoceh dia fokus menyetir. felix juga diam dia hanya memandangi jalan didepannya.

"sudah chan didepan sini aja" kata felix. chan menurut, dia memberhentikan mobilnya.

"ga apa lix?"

"iya ga apa, udah lo balik gih ntar dicariin laki lo" kata felix.

"mau kontak lo dong" chan menyodorkan ponselnya ke felix.

felix memberikan kontaknya, lalu pergi keluar mobil.

"hati-hati chan" kata felix.

-----

chan ada didepan rumah, dia membuka pintu perlahan takut membangunkan woojin kalau woojin tidur.

chan melihat sekeliling, gelap. 'ah woojin sudah tidur' pikirnya. dia menutup pintu lalu pergi membersihkan badannya sebelum pergi kekamar.

chan berbaring di kasur pelan-pelan agar tak membangunkan woojin.

"kamu darimana? pergi ga bilang-bilang, hp kamu juga mati"

-----

yohhhh

ѕυrroɢαтe • woocнαɴWhere stories live. Discover now