LITD 2 - Trixie Bar

12.5K 1.6K 211
                                    

LITD 2 . Trixie Bar

🍁🍁🍁
Sungguh ujian kita tidaklah ada apa-apanya.
Dibandingkan para wanita solehah di luar sana.
Yang dalam keadaan hampir mati pun,
Tetap mengingat Rabb-nya.
-Maryam Zayaan Al-Ahmar.


Maryam tak mendengar suara pintu terbuka. Sehingga gadis itu tetap pada tempatnya, duduk tanpa bergeser satu inci pun di sudut ruangan yang gulita. Menyirami lisannya dengan zikir lirih yang ia bisa, menenangkan hatinya yang sedang teriris luka tak kasat mata. Namun, tak ada satu pun keluhan bahwa ia menyesali hidupnya. Maryam mengerti bahwa jalan ini adalah ujian untuk ketakwaannya.

Kesabarannya masih kalah jauh dibanding Khadijah binti Khuwailid, istri sang Baginda. Ketika beliau mendampingi Rasulullah disaat masa terpuruk tanpa banyak bicara. Ketegarannya masih kalah terukur dibandingkan Asiyah binti Muzahim kala menghadapi raja tersombong di dunia. Penyiksaan yang diterima tak mengurangi sedikit pun rasa cinta mereka pada Yang Maha Mulia. Membayangkan semua itu, air mata mengalir di kedua sudut matanya. Dalam tunduk Maryam mengalunkan surat Muhammad untuk menumpahkan rindunya pada suri tauladan umat manusia.

Bagaimana aku masih bisa mengeluh? Jika ujian hidupku tak sesakit pada saudara di Bumi Syam sana. Aku masih Engkau berikan waktu untuk bernapas, masih Engkau sisihkan detik untuk meminta. Sedangkan mereka kini sudah bersiap untuk bertemu Engkau di hari esoknya. Rabbi, mohon ampunkan setiap keluhan yang terurai dari lisan ini. Sungguh, Engkau Maha Mengetahui bahwa hamba bukanlah wanita setegar para bidadari surga-Mu, Ilahi.

Tak lama suara langkah kembali tertangkap telinganya. Pintu yang sejak tadi tertutup kemudian terbuka. Kelam yang sejak tadi menemani digantikan terang sinar lampu yang telah kembali.

Seorang gadis berambut almond berdiri dengan angkuh di dekat saklar lampu, bersedekap dengan dress merah darah ketat yang membungkus tubuh semampainya. Heels berwarna senada pun menutupi kaki jenjangnya. Evelyn Martinez menatapnya dengan sebelah alis terangkat dan tatapan angkuh di sana. Membuat Maryam tanpa sadar menelan salivanya seolah membuktikan bahwa apa yang dikatakan para gadis di sini benar adanya. Evelyn itu seperti boneka, rambut cokelat almondnya dibiarkan tergerai indah dipunggungnya. Bukan hal yang tak mungkin bahwa tidak ada seorang pun akan menolak pesonanya.

"Bawa dia, Thomas!" Hanya itu perintah yang Evelyn katakan pada pria berbadan tegap di belakangnya. Setelahnya perempuan itu berbalik dengan menunggu di dekat pintu ruangan.

Maryam sedikit terseret saat Thomas menarik lengannya yang tertutupi gamis panjang. Ada decakan samar dari pria itu kala Maryam mengelak agar tak disentuh terlalu lama. Gadis itu menunduk setibanya berdiri di depan Evelyn, menelurkan dengkusan sinis dari perempuan yang dijuluki ratu tersebut.

"Bawa dia ke dapur. Mereka membutuhkannya di sana untuk nanti malam." Evelyn kembali mengeluarkan perintahnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Maryam bersama pria bernama Thomas tadi.

"Come on!" Suara Thomas menyentak Maryam. Gadis itu melangkah cepat dibelakang pria Spanyol beralis tebal dan kepala plontos tersebut.

Berjalan menuju ujung selasar, menuruni tangga sehingga membuatnya sempat bertabrakan dengan wanita-wanita berpakaian minim di sana. Para wanita penghuni rumah bordil yang sedang melakukan tugasnya. Menemani para tamu dengan menjajakan tubuh mereka.

"Ke sana!" Thomas menunjuk sebuah ruangan membuat Maryam mengangguk dan kembali mengikutinya. Mengabaikan tatapan beberapa pria yang menatapnya aneh sebelum kembali asyik pada dunia malam mereka.

Maryam memasuki sebuah ruangan yang juga terletak paling sudut, menuruni sebuah tangga lagi, hingga sampai di sebuah dapur tertutup dengan beberapa wanita tua yang sedang sibuk di sana. Maryam tertegun di tempatnya.

Love in The Darkness ✔️ [TERBIT]Where stories live. Discover now