LITD 5 - Di Balik Permohonan

11.7K 2.3K 340
                                    

LITD 5. Di Balik Permohonan

Bagi rejeki dengan pencet bintang sebelum baca apa susahnya, sehhh? Ku lelah mikir nulis LITD. Berat cuyyy.... jadi, tolong dibantu yakkk biar semangat ngetiknya. Hehehehe

🍁🍁🍁
Ada banyak cerita di bentala.
Yang hadir lewat kuasa Sang Maha Raja.
Seperti kisah indah bernama cinta.
Aku, kamu, dan semesta.
-Maryam Zayaan Al-Ahmar.


Maryam mengerutkan dahi saat merasakan kepalanya seolah berputar, gadis dua puluh lima tahun itu mencoba tenang sebelum membuka mata. Tangan kanannya terangkat untuk mengusap dahi bertepatan dengan sesuatu aneh yang terasa di tangan sebelah kiri. Seperti jarum yang menusuk, menyebabkan netra biru yang sejak tadi tertutup akhirnya terbuka secara perlahan.

Silau. Sinar dari jendela yang menyambut Maryam pertama kali. Mata indah itu memindai ruangan bercat putih tersebut seraya menerka di mana keberadaannya kini. Sesaat pikiran Maryam ter-distraksi dengan kejadian semalam, sebelum matanya terarah pada kaki yang dibalut perban. Maryam mengerti bahwa di rumah sakitlah dirinya kini.

Lalu, di mana orang yang menolongku?

Ada sunyi yang menepi, membiarkan embusan napas Maryam terdengar lirih. Sedikit dzikir terlantun sebelum teralihkan saat suara pintu terbuka terdengar. Gadis itu menegak salivanya pelan dan mengembuskan napas yang tertahan kala seorang pria berambut pirang memasuki ruangan. Pria yang sama sekali tak ia kenali itu tersenyum lebar di balik mata biru mudanya.

"Anda sudah sadar, Nona?" tanya Luis seraya mengambil duduk di sebelah brankar Maryam. Memberi sedikit jarak agar gadis berbalut penutup kepala hitam itu tak risih akan keberadaannya.

Maryam mengangguk, "Anda ... yang menyelamatkan saya?" balasnya.

Pria itu masih tersenyum lebar, belum menjawab pertanyaan Maryam karena lebih memilih menekan tombol di sebelah brankar. Tak lama satu orang dokter dan perawat memasuki ruangan.

Maryam memilih diam ketika dokter perempuan itu memeriksa keadaannya kembali. Mendengar dengan seksama apa saja yang dokter itu katakan pada pria di dekatnya.

"Nona Maryam tidak mengalami benturan hebat akibat kecelakaan semalam. Hanya saja perlu waktu beberapa hari untuk mengeringkan luka di kakinya. Selain itu, tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi, Tuan." Dokter tersebut menjelaskan dengan ramah pada Luis. Maryam sendiri menggumamkan terima kasih saat dokter dan perawat tersebut meninggalkan ruangan. Setelah berpesan agar Maryam memakan obatnya secara teratur tentunya.

"Boleh saya tahu nama Anda?" Kali ini Maryam bertanya saat Luis sudah kembali ke tempat duduknya.

"Luis. Anda bisa memanggil saya Luis," ujar pria itu seraya mengangguk kecil tanpa mengulurkan tangannya.

Hal yang membuat Maryam sedikit mengernyit karena pria itu seolah tahu bahwa ia tidak akan menyambut uluran tangan jika saja Luis melakukannya.

"Tidak perlu merasa aneh. Saya sempat membaca artikel mengenai wanita muslim. Di sana dijelaskan bahwa aturan agama kalian tidak memperbolehkan untuk berjabat tangan terhadap pria non ..." Wajah Luis terlihat lucu saat mencoba mengingat satu kalimat yang sejak tadi pagi dihafalkannya. Namun, kalimat itu seperti tidak bersahabat baik dengan pria Spencer tersebut. Membuatnya kembali membuka ponsel untuk mengatakannya pada Maryam.

Gadis di depannya itu mengulum senyum kecil. Sedikit terhibur melihat tingkah lucu seseorang yang menyelamatkannya ini. "Mahram," ucapnya membuat mata biru muda Luis berbinar.

"That's right. Mahram. Ah ... kenapa otakku lama sekali memproses kalimat itu," keluhnya disambut senyum Maryam yang mencoba maklum. Bahkan kalimat pria itu sudah tak seformal sebelumnya membuat Maryam tak begitu kaku untuk mencoba berbicara.

Love in The Darkness ✔️ [TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant