🧵- Delapan

752 151 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.




Jungmo membatalkan semua kelas dan rapatnya hari ini saat mendapat telpon dari Minhee.

Kekasihnya itu menangis di telpon tanpa mengatakan apapun dan Jungmo menyadari ada sesuatu yang tak beres telah terjadi.

Segera saja dia melajukan mobilnya ke apartemen tempatnya dan Minhee hidup bersama. Mendapati sang kekasih terisak keras sambil memukul dadanya.

"kamu kenapa? apa yang terjadi?" Jungmo memeluk Minhee panik. Sang kekasih tampak kesulitan bernafas karena tangisannya dan mengalami tremor pada tubuhnya. Jungmo menangkup wajah Minhee, mencoba menenangkannya.

Minhee tak mengucapkan satu katapun. Dia memilih memeluk Jungmo dan terus terisak di ceruk leher yang lebih tua.

Hampir setengah jam berlalu hingga Minhee lebih tenang. Air matanya telah kering, dan pelukannya pada Jungmo terasa lebih nyaman.

Minhee masih sesegukan saat Jungmo memberinya minum lalu membimbingnya menuju kamar mereka. Mengajak sang kekasih berbaring di kasur tempat mereka selalu berbagi kehangatan. Pelukan Minhee pada pinggang Jungmo kembali erat, sementara Jungmo terus mencium wajah Minhee.

"aku membatalkan semua kelasku hari ini karena tangisanmu. Para mahasiswa ku akan protes jika mereka tahu kelas batal hanya karena pacar sang dosen ingin bermanja."

"aku bukannya ingin bermanja saja kok," cebik Minhee dengan suaranya yang serak.

Jungmo terkekeh, mencubit hidung Minhee yang memerah.

"lalu sekarang ini apa?"

"aku kangen kamu."

"tuh, kan. semalam memang belum cukup."

Wajah Minhee semakin merah padam mengingat percintaan dan Jungmo semalam, begitu bergairah dan membahagiakan. Tak disangka saja pagi ini dia malah mendapatkan nasib buruk.

Minhee menundukkan wajah dan membenamkannya pada dada Jungmo. Dia menyukai suara debaran jantung Jungmo, berdebar cepat dan membuat perasaan Minhee nyaman. Jungmo memang obat mujarab ketika perasaan gelisah melanda. Pelukannya, kehangatan dan irama detak jantungnya adalah obat penenang bagi Minhee.

Minhee yang sudah tenang kemudian berpikir jika ia harus segera memberi tahu Jungmo tentang sumber gelisahnya. Berbisik teramat pelan namun masih dapat terdengar, Minhee berkata, "barusan aku bertemu dengan orang yang benang merahnya terhubung denganku."

Jantung Jungmo berdegup lebih kencang, dan Minhee merasakannya. Pelukan keduanya semakin erat.

Kali ini, Jungmo yang menangis.

🧵

Red String - 8

Red String | Hwangmini - MinimoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang