Terima Kasih - 26

23 1 0
                                    

"Makan dulu Gal," ucap Lea pada Gala begitu ia meletakkan semangkuk semur ayam panas di meja. Tak lupa ia juga meletakkan nasi, dua piring, dan teko air putih. Setelah dirasa cukup, Lea mendudukkan dirinya di depan Gala.

"Gal, makan," ucap Lea sekali lagi pada seseorang yang ada di depannya, yang tengah sibuk memainkan ponsel di kedua tangannya.

Berdecak, tanpa peduli orang di depannya lagi, Lea segera mengambil nasi dan lauk untuk dirinya sendiri. Biarkan saja Gala kelaparan, ia tidak peduli.

"Eh, apa Le?" Seakan baru tersadar ada orang lain di hadapannya, Gala segera meletakkan ponsel dan menatap Lea. Sedangkan Lea, ia tak peduli. Ia tetap makan dengan tenang seperti saat ia sendirian di rumah ini.

Sadar, tak mendapatkan respon dari sang lawan bicara, Gala langsung berseru, "wah, semur ayam," ucapnya kelewat antusias untuk menarik perhatian seseorang dihadapannya.

Tetapi, nihil. Lea diam saja dan tetap melanjutkan makannya dengan tenang.

Berpikir lagi, Gala mulai bertanya, "Le, biasanya cewek paling suka sama apa?"

Berhasil. Lea menghentikan gerakannya menyendok nasi lantas menatap Gala. Seakan Gala tengah berbicara bahasa asing kepadanya.

Berdeham, "maksudnya, kebanyakan cewek sukanya apa?" Gala bertanya kikuk, "bunga, coklat, atau," ucapnya menggantung.

"Cewek suka yang pasti," jawab Lea sekenanya. "Kalo emang gak bisa ngasih kepastian, mending jangan di deketi. Apalagi, kalau cuma buat dia sakit hati."

Rasa lapar Lea hilang seketika. Piring yang masih berisi setengah nasi itu diangkatnya dan hendak dibawa menuju bak cuci piring. Ia sudah lelah, ditambah tadi diabaikan oleh Gala, dan sekarang ia malah dipancing untuk membuka luka lamanya, lagi.

Sadar akan tingkah Lea, Gala langsung menyusul Lea dan menarik sepiring nasi yang hendak Lea buang.

"Kamu kenapa sih Le?" Tanya Gala. Karena baginya, pertanyaan Gala tak ada yang salah. Ia hanya bertanya kesukaan perempuan, tetapi kenapa jawaban Lea seakan memojokkan dirinya? Atau ini hanya perasaan Gala saja?

Lea urung meletakkan piringnya. Ia melihat ke arah Gala dengan mata yang sudah hampir berkaca-kaca. Tetapi, secepatnya Lea menggeleng. "Aku gak papa."

"Makan lagi Le, itu belum habis," lirik Gala sepiring nasi di tangan Lea.

"Aku kenyang," hanya itu ucapan Lea. Kemudian ia berlalu meninggalkan Gala yang masih memegang piringnya.

-

"Le, udah hampir malem," ketuknya pada pintu di hadapannya. Pintu kamar Lea.

Tadi Lea bilang akan mengajak Gala berbelanja kebutuhan dapur setelah makan siang. Tetapi, saat makan siang tadi, Lea tiba-tiba marah pada Gala, yang bahkan tidak Gala ketahui alasannya. Dan sekarang, sudah hampir malam, Lea tak kunjung keluar kamar.

"Le, jadi belanja kan?" Ketukan di pintu semakin keras. Mungkin saja Lea tertidur.

"Lea," panggilnya sekali lagi.

Apa Gala melakukan kesalahan tadi saat sedang makan bersama? Apakah Lea masih marah kepadanya hingga tak mau keluar kamar? Padahal tadi Gala bertanya wajar. Hal yang di sukai perempuan. Tetapi, mengapa pertanyaan begitu bisa sangat meluaki perasaan Lea. Gala menebaknya dari jawaban yang Lea lontarkan. Gala jadi bingung sendiri.

Sekali lagi ia mengetuk pintu. Tetapi, bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan suara rintihan dari dalam kamar Lea. "Le, kamu kenapa?" Tanyanya panik.

Gala ingin menerobos masuk ke kamar Lea, tetapi tidak mungkin jika sang pemilik tak mengijinkan. Gala hanya ingin memastikan jika Lea baik-baik saja. Tetapi, kembali lagi. Lea tak mengijinkan ia masuk. Padahal, Gala sudah yakin, bahwa pintu kamar Lea tak terkunci. Namun sayang, pintunya tertutup rapat. Jadi, ia tak bisa melihat keadaan di dalamnya.

Mondar mandir di depan kamar, Gala langsung teringat pada ponselnya. Ia berlari menuju kamarnya. Mengambil ponsel yang tadi sedang ia isi daya. Menyalakan ponselnya sembari berjalan kembali ke depan kamar Lea. Setelah ponsel menyala, beberapa pesan masuk ke dalamnya.

Namun, satu pesan masuk sekitar setengah jam yang lalu yang berhasil menarik perhatiannya. Cepat ia buka dan segera membacanya. Tanpa membalas, Gala langsung menerobos masuk kamar di depannya.

-

"Sakit Gal," rintih Lea pada Gala yang sudah duduk di depannya.

Lea meringkuk seperti bayi, sambil memeluk guling. Perutnya kram karena tamu bulannya. Mungkin juga, jawabannya tadi pada Gala sewaktu Gala bertanya adalah salah satu efek dari tamu bulanannya. Karena ia tiba-tiba marah dan ingin menangis tadi.

Begitu Lea kembali ke kamar, perutnya langsung terasa kaku. Lea kira itu hanya sakit perut biasa, ternyata bukan.

Sekali lagi Lea merintih sambil membenarkan posisi tidurnya yang sudah jelas tak akan nyaman.

Sedangkan Gala, yang sudah duduk di tepi ranjang Lea, hanya menatap Lea bingung. Setelah mendapatkan pesan dari Lea yang bertuliskan: perutku sakit, ia langsung masuk ke kamar Lea. Menatap Lea dengan pikiran bingung. Apa yang harus ia lakukan? Setahunya, dulu, perempuan-perempuan yang ada di rumahnya tak pernah seperti ini. Mengeluh kesakitan saat datang bulan. Apa mungkin Gala saja yang tidak tau?

Gala hendak menyentuh tangan Lea untuk menenangkan tetapi ia urungkan. Ia juga hendak bertanya, biasanya apa yang Lea lakukan jika sakit perut, juga ia urungkan.

"Aku ambilin air putih hangat ya Le," ucapnya kemudian keluar kamar. Mungkin saja, segelas air putih dapat meredakan sakitnya walau ia juga tak yakin.

Begitu kembali ke kamar Lea, ia menemukan Lea yang sudah terlelap sambil memeluk gulingnya erat. Napasnya teratur, sambil sesekali isakan kecil terdengar. Sepertinya, saat Gala keluar tadi, Lea menangis. Karena dengan jelas, Gala menemukan jejak air mata di pipi Lea.

Mendekat, Gala meletakkan segelas air di nakan samping tempat tidur Lea. Ia menunduk, mengambil selimut Lea dan mulai menutupi setengah tubuh Lea dengan selimut. Saat tubuhnya hangat, bisa saja perutnya tak lagi sakit. Setelah menyelimuti tubuh Lea, Gala mencari sakelar lampu dan mematikan lampu kamar Lea, agar Lea bisa beristirahat. Begitu lampu padam, Gala berjalan ke arah pintu. Sebelum benar-benar menutup pintu dengan rapat, ia melihat Lea yang terlelap sembari berkata, "apakah setiap hari kamu harus menangis terlebih dahulu sebelum benar-benar terlelap?"

Terima KasihWhere stories live. Discover now