Part 36

18.7K 901 51
                                    

Seorang bocah berusia tiga tahun sedang asik dengan kegiatannya menonton animasi kesukaannya. Tak jarang ia bahkan juga meloncat kegirangan.

Karen hanya menatap putra semata wayangnya itu dengan tatapan iba. Bocah yang baru mengenal dunia harus dihadapkan dengan keadaan sulit. Karen menghampiri putranya dengan membawa sebuah nampan yang berisi air dan beberapa butir obat yang harus ditelan oleh kerongkongan kecil Danis.

"Danis sayang, sekarang waktunya minum obat. Setelah itu, Danis harus istirahat"

Danis menghampiri sang bunda dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya.

"Ayeye...Kapten" ucapnya dengan gerakan seolah memberikan hormat.

Karen tersenyum melihat tingkah laku anaknya. Karen membantu Danis untuk meminum obatnya. Dirinya sebenarnya merasa kasihan dengan anaknya itu. Bagaimana tidak, setiap hari Danis dipaksa oleh keadaan untuk menenggak beberapa butir obat.

"Selesai, kapten.." ucap Danis setelah meminum obatnya.

"Anak bunda pintar banget sih. Anak siapa sih ini? Hmm..." ucap Karen seraya menggelitiki perut Danis. Danis yang merasa geli tertawa terbahak-bahak.

"Ampun bunda, Danis geli"

Karen menghentikan aksinya, begitupun dengan Danis yang berhenti tertawa. Wajahnya kini terlihat murung.Karen yang menyadari raut wajah putranya yang berubah.

"Anak bunda kenapa murung gini sih?" ucapnya seraya menarik Danis ke dalam pangkuannya.

Danis menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa sayang? Danis ingin sesuatu, hmm..."

Lagi-lagi Danis menggelengkan kepalanya. Karen mengerutkan keningnya terlihat bingung.

"Danis cerita dong sama bunda, Danis ingin sesuatu"

"Tapi bunda jangan malah ya..." Karen menganggukkan kepalanya.

"Plomise..." ucap Danis seraya mengacungkan jari telunjuknya. Karen segera menautkan jari kelingkingnya di jari mungil putranya.

"Besok Danis ada lomba menyanyi di sekolah. Danis halus menyanyi di depan kelas"

"Baiklah, terus kenapa Danis sedih? Itu kabar yang bagus sayang"

"Danis harus bawa bunda sama ayah, bun. Danis tidak punya ayah. Ayah Danis dimana bun?" ucapnya seraya menundukkan kepala.

Karen merasakan sesuatu menusuk hatinya. Inilah yang ia takutkan selama ini. Danis yang menanyakan keberadaan ayahnya, Regan. Karen sadar, sekuat apapun ia menjadi sosok ibu sekaligus ayah bagi Danis ia tak akan pernah bisa. Danis butuh ayahnya.

Tanpa sadar Karen meneteskan air mata. Dengan cepat ia menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Ia harus kuat demi Danis. Haruskah Danis mengetahui siapa ayahnya. Selama ini Karen hanya mengatakan jika ayah Danis sedang pergi jauh. Danis harus jadi anak yang baik jika Danis ingin ayah pulang.

"Danis bandel ya bun, makanya ayah ngga pulang. Danis ingin sepelti teman-teman Danis yang belmain bola sama ayah, Danis ingin diajak jalan-jalan sama ayah. Danis janji ngga akan bandel lagi, Danis janji akan jadi anak yang baik, Danis janji akan jadi anak yang nulut. Tapi ayah halus pulang. Danis kangen ayah bun... hiks...hiks.."

Hati Karen seakan diremas ketika mendengar pengakuan anaknya. Ternyata selama ini Danis sangat merindukan sosok ayah dalam hidupnya. Apakah Karen egois dengan memisahkan anak dan ayah. Bukankah ini semua keinginan Regan?

Tapi apa salah Danis. Ia bahkan tidak tahu permasalahan orang tuanya. Ia hanya menginginkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Apakah itu salah?

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now