Part 54

18.6K 758 39
                                    

Karen sedang berkutat dengan laptop miliknya. Dirinya sedang mengecek e-mail yang masuk dari orang kepercayaannya di restaurant miliknya. Meskipun ia tak terjun langsung dalam mengelola restaurant miliknya, Karen mempunyai tanggung jawab untuk mengetahui perkembangan usahanya tersebut. Terbukti karena bulan lalu ia baru saja meresmikan cabang restaurant miliknya di daerah Bandung.

Terhitung sudah dua bulan sejak pesta pernikahannya ia menjalani kehidupan rumah tangganya. Memang benar jika dalam rumah tangga pasti ada kerikil-kerikil yang membumbui di dalamnya. Pertengkaran kecil antara dirinya dan Regan sering kali terjadi karena perbedaan pendapat. Tapi mereka berdua berhasil melewatinya dengan sangat apik karena komunikasi di antara keduanya. Pengalaman pahit di masa lalu dijadikan sebagai pembelajaran agar mereka tak salah dalam mengambil langkah. Bukankah memang harus seperti itu?

"Bunda..." suara anak kecil memecahkan fokus Karen dari laptop di depannya kemudian menutup benda persegi panjang itu.

Karen melihat ke arah pintu dan mendapati suaminya, Regan sedang merangkak dan sebuah mahkota kecil yang diketahui milik putrinya itu sudah terpasang di kepala Regan. Karen sempat terkejut kemudian meledaklah tawanya karena melihat penampilan Regan saat ini.

Pria yang biasanya terlihat macho itu kini berubah menjadi seorang barbie yang menggemaskan. Baru satu jam ditinggal olehnya, alat make up nya sudah menjadi korban oleh ketiga orang tersebut.

"Ya ampun.... kenapa ayah dan abang pakai lipstick sama blush on bunda?"

"Ayah sama abang cantik kan, Bun?" tanya seorang gadis yang sedang duduk di punggung Regan.

"Abang cantik ngga bun?" tanya bocah tampan yang juga berpenampilan mirip dengan Regan seraya mengedipkan kedua matanya secara berulang. Jangan lupakan kedua tangannya yang menyangga dagunya persis seperti posisi salah satu girlsband yang pernah nge-hitz di jamannya.

"Ayah sama abang tadi kalah main ular tangga sama Ale, sebagai hukumannya, Ale mendandani mereka seperti barbie milikku" jelas Aleya dan membuat tawa Karen meledak.

"Bunda jangan tertawa, sepertinya ayah ngga boleh istirahat" ucap Regan mengerucutkan bibirnya.

"Aleya jangan seperti itu, Nak. Kasihan ayah, Sayang. Ayah kan baru pulang tadi sore, kenapa malah ditunggangi seperti itu?" ucap Karen lalu mengambil tubuh Aleya dari punggung Regan. Regan segera berdiri lalu mengurut punggungnya pelan karena encok akibat merangkak dan ditunggangi putrinya itu. Maklum, faktor usia mungkin.

Memang benar, Regan baru sampai di Jakarta tadi sore karena baru pulang dari perjalanan bisnis dari Kalimantan. Namun, rasa lelahnya tak membuatnya melewatkan waktu bermain dengan kedua anaknya yang ditinggalnya selama tiga hari.

"Dengarkan Aleya, bunda jadi marahkan"

Aleya hanya menampilkan tampang tak berdosa miliknya. Ia malah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Karen.

"Siapa yang marah? Bunda hanya ingetin mereka. Jangan mengada-ada, Ayah" ucap Karen membela diri. Sementara Regan hanya menyengir.

Sesaat kemudian, Regan berjalan menuju kamar mandi dengan menggandeng tangan Danish.

Karen mengajak Aleya untuk naik ke atas ranjang. Ia membaringkan tubuh mungil Aleya lalu mengusap lembut rambut Aleya. Putrinya itu mulai memejamkan matanya karena mengantuk. Efek kelelahan dan jam dinding juga sudah menunjukkan waktu tidur membuat Aleya tak butuh waktu lama untu masuk ke dalam dunia mimpi.

Regan keluar dari kamar mandi dengan Danish di gendongannya. Wajah menggemaskan mereka sudah berganti menjadi tampan seperti biasanya. Percaya diri sekali mereka, tapi itulah kenyataannya.

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang