Part 41

18.2K 762 23
                                    

Karen tersenyum melihat keakraban Danish dengan seorang pria tampan dihadapannya. Pria yang sudah berjasa dalam hidupnya. Mungkin jika tidak ada pria itu yang menolongnya saat dirinya terpuruk, maka Karen tak tahu lagi bagaimana nasibnya saat ini.

"Om, jangan menggoda Danish. Danish sudah besal" ucap bocah kecil itu seraya mengerucutkan bibir mungilnya.

"Kata siapa Danish sudah besar, buktinya Danish masih saja mengompol" ucap pria itu tak mau mengalah.

"Bunda......" rengek Danish.

"Sudahlah, Ndra. Kau itu selalu saja menggoda anakku" ucap Karen membela Danish.

"Dengalkan itu, Om. Om Dala dilarang mengganggu Danish lagi. Kalau tidak, telima saja balasan dari Danish" ucap Danish seraya bersedakap dada layaknya orang dewasa.

Karen dan juga Andra tertawa melihatnya. Ya, Andra Hilmawan. Sahabatnya yang selama ini berada di sampingnya. Sahabat yang selama ini selalu menjadi sandaran untuk Karen berkeluh kesah, selain Salma tentunya.

"Bukankah kamu seharusnya masih ada di Amerika, kenapa kau sudah kembali kesini, Ndra?"

"Urusanku sudah selesai di sana. Lagian aku tak tega meninggalkan istriku yang sedang mengandung Andra junior lama-lama. Maklum, ayah siaga" ucapnya dengan cengiran khasnya.

"Aku yakin jika Sarah lebih bahagia ketika kau tidak ada di sampingnya. Dia akan merasa sangat bebas tanpa dirimu..." ucap Karen mengejek Andra dan itu sukses membuat wajah Andra menjadi cemberut.

Danish yang melihat Andra mengerucutkan bibirnya langsung tertawa gemas.

"Hahaha..... bibil Om Dala sepelti bibil Donald Duck..."

"Hei, dasar anak kecil, berani-beraninya Danish mengatai Om ya... Terima akibatnya..." ucap Andra mengambil ancang-ancang untuk menggelitiki Danish.

Danish tertawa lepas ketika Andra berhasil menggelitiki perutnya. Ia meliuk-liukkan tubuhnya untuk menghindari tangan Andra.

Karen yang melihatnya tersenyum. Setidaknya dengan ini Danish melupakan rasa sakitnya untuk sementara waktu. Ia terus berdoa kepada Tuhan agar terus bisa melihat senyum di wajah putranya itu. Ia rela melakukan apapun untuk itu.

Tanpa disadari oleh mereka bertiga, ada sepasang mata yang mengawasi tingkah mereka bertiga sejak tadi. Ya, Regan sedang berdiri seraya memegang knop pintu disampingnya.

Regan iri melihat mereka bertiga. Harusnya ia yang berada di posisi pria itu. Bersenda gurau bersama dengan Karen dan putranya. Apa saja yang sudah dilewatkan Regan?

"Ayah...." ucap Danish mengalihkan perhatian Karen dan juga Andra.

"Hai anak ayah, apa kabar sayang? Boleh ayah masuk?"

"Tentu saja boleh, kenapa ayah tidak langsung masuk tadi. Danish sudah sangat lindu ayah. Kata Tante Salma, lindu itu belat Danish ngga akan kuat"

Karen menatap horor anaknya itu. Bagaimana bisa Salma mengajari anaknya itu untuk menjadi bucin seperti ini. Awas saja jika Karen bertemu Salma nanti.

Sementara Andra sudah tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan bocah kecil itu. Lain halnya dengan Regan yang hanya tersenyum manis.

"Apakah kedatanganku mengganggu kalian?" tanya Regan.

"Apa maksudmu, Re? Tentu saja tidak. Sejak tadi Danish selalu menanyakan dirimu" jawab Karen.

"Baiklah, sepertinya aku yang mengganggu disini. Aku pergi dulu, Karen. Istriku pasti sudah sangat merindukanku"

"Percaya diri sekali kau, bilang saja kalau kau yang merindukan istrimu. Jangan jadikan istrimu itu sebagai kambing hitam" ucap Karen yang hanya dibalas cengiran oleh Andra.

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Onde histórias criam vida. Descubra agora