Diantara musibah terbesar adalah ; kamu jatuh cinta sedang dia tidak.
_____
Dengan berbekal senter dari ponsel. Aku menuruni tangga sambil membaca doa. Rumah mati lampu, sendirian, dan sekarang Arshaka datang ke rumah.
Tadi ia sempat menelfon saat rumahku tampak gelap dari luar. Dia kira, aku sedang tidak berada di rumah. Jadi aku katakan saja yang sebenarnya, kalau rumah memang sedang mati lampu.
Harus disyukuri saat momen paling tidak mengenakan ini datang, ada orang yang turut hadir menemaniku.
Aku tidak takut gelap. Hanya— sedikit ketar ketir saja.
Pintu terbuka, memperlihatkan sosok pria bersweater hitam berdiri di hadapanku.
"Sendirian?" tembak Arshaka langsung.
Aku mengangguk. "Pada belum pulang. Biasalah."
"Ya udah, gue temenin di depan." ucapnya sambil mengambil duduk di kursi teras.
Senyumku mengembang dan turut mengambil duduk di sebelah Arshaka. Langit hari ini belum gelap seutuhnya. Masih ada semburat ungu dan pink di sana.
Aku menoleh ke arah Arshaka. "Kamu kesini mau ngapain sebenernya?" tanyaku.
"Mau mampir aja." Arshaka mengeluarkan rokok elektriknya. "Eh, ini boleh gak gue ngerokok?"
Aku mengangguk samar. "Terserah," Walaupun sebenarnya aku sangat tidak menyukai aroma yang berkaitan dengan rokok.
Lalu mataku menangkap gerakan Arshaka yang kembali memasukan rokok elektrik tersebut ke dalam saku celana.
"Kenapa gak jadi?"
Kepalanya tergerak untuk menggeleng. "Gue tau lo gak ngizinin. Keliatan dari muka lo yang sebenarnya menolak tapi gak bisa bilang enggak."
Selama beberapa detik aku dibuat terdiam di tempat. Tercengang akan kalimat dari Arshaka. Pria ini— selain pintar berkata-kata, ternyata juga pandai membaca situasi.
Padahal keadaan di sini lumayan gelap. Namun matanya cukup jeli untuk menilai ekspresiku. Lalu, aku terkekeh halus. "Emang kebaca banget?"
Ia mengangguk lalu pandangannya mengedari halaman rumah. "Kalau memang gak suka, tinggal bilang gak suka, Yas,"
"Ya gak enaklah."
"Emang kalau lo bohong, ada benefitnya buat diri lo?" kini Arshaka menatapku.
Sontak aku langsung menggeleng pelan.
"See? Ke depannya tolong prioritasin diri sendiri dulu,"
"Iya deh iya,"
"Jangan iya-iya doang. Tapi beneran diterapin,"
YOU ARE READING
Love at First Sight
Teen FictionWho wants to live side by side with the past? Tidak ada. Namun apa yang terjadi jika garis takdir justru mempertemukan ia kembali dengan seseorang dari masa lalu tanpa direncanakan sama sekali? Seseorang yang sempat merebut hatinya sekaligus yang me...