Yaampun Gre lo bodoh banget!
Sekuat tenaga dia menendang kerikil yang menghalangi jalannya. Pikirannya kalut, entah keberanian darimana dirinya berbuat hal seperti itu pada Shani.
Udara malam di Tumpang sangat dingin, mungkin mencapai titik terendah yang tubuh Gracio pernah rasakan namun hal itu sama sekali tidak mempengaruhinya.
Kenyataan bahwa dia baru saja menelanjangi kekasihnya dan meninggalkan Shani saat ini seorang diri di kamar terus terngiang.
He never initiates physical contact more than kissing and hugging ever. Bahkan Gracio sendiri tidak sadar hingga mendengar desahan Shani yang seakan menjatuhkannya kembali ke dunia dan memberi kesadaran bahwa gadis yang sedang dia nikmati tubuhnya adalah gadis yang selalu berusaha dia lindungi.
Shit, Ci Shani pasti marah banget sama gue
Gracio tidak henti-hentinya berjalan hilir mudik di depan hotel, tipisnya slipper hotel tak membuat dia menghentikan langkah saat pikirannya yang panik berusaha mencari cara untuk meminta maaf pada Shani.
Ga lucu dong di hari ulang tahunnya Shani malah minta putus?
Geblek emang lu Gre, susah susah deketin Ci Shani, buat dia mau noleh kearah lu, sekarang malah berani-beraninya berlaku ga sopan.
Arrrghhhhh
Lelaki itu berteriak frustasi.
"Maafin aku Ci Shani..."
***
"Dari mana aja kamu?" Akhirnya sosok yang Shani tunggu-tunggu sejak dua jam yang lalu kembali. Gracio terlihat takut-takut berdiri di dekat pintu toilet. Tak mampu bertatap dengan Shani yang penuh kemarahan.
"Dari mana aja kamu Ge!" Bentakan tegas Shani semakin membuat Gracio ketakutan, namun dengan perlahan dirinya mendongakan kepala. Mendapati Shani sudah tidak menggunakan bath robe namun telah berganti dengan piyama. Gracio mengamati lebih dari 3 tanda merah tercetak di leher dan dada Shani karena kelakuannya.
"Aku... aku tadi keluar. Cishan, maafin aku. Aku udah ga bertanggung jawab."
"Kamu emang sangat ga bertanggung jawab. Setelah apa yang kamu lakuin, menurutmu bertanggung jawab ga kamu yang ninggalin pacarmu dengan keadaan telanjang di kamar? And that's all because of you."
"Maafin aku Ci.." Gracio menundukkan kepalanya lemas. Dia tahu, kesalahan yang dia lakukan sangat fatal. Dia tidak hanya mengecewakan Shani, tapi juga prinsip dirinya sendiri.
"Sini."
Shani memerintahkan Gre untuk melangkah mendekat ke arahnya, yang saat ini tengah duduk di tepi tempat tidur. Namun Gre menggeleng.
"Sini Ge."
Gracio hanya melangkah dua langkah.
" Deketan sini sayang."
Begitu mendengar panggilan sayang dari Shani, Gracio tidak dapat menahan air matanya dan melangkah mendekat kearah Shani.
"Ci Shan maafin aku."
Gracio tiba-tiba berlutut dan memeluk kaki Shani. Pertahanannya runtuh, rasa bersalahnya teramat besar pada kekasihnya yang selama ini sangat baik pada dirinya.
"I know it might sound crazy, tapi entah kenapa aku ga bisa ngontrol pikiran aku. Tubuhku tiba-tiba panas dan hal yang ada dipikiranku saat itu cuma aku menginginkankanmu Ci. Kamu boleh pukul aku, kamu boleh tampar aku, hukum aku. Apapun. Tapi maafin aku Ci. Maaf aku ga bisa jaga kamu dari diri aku sendiri."
YOU ARE READING
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...