Shani
Memberi kebebasan Gre, berarti harus siap menahan perasaan menyesakkan yang muncul setiap kali dia bersama dengan perempuan lain. Aku tidak mempermasalahkan kepolosannya yang memang terkadang membangkitkan emosi, namun yang aku pertanyakan adalah selera orang-orang. Apa sekarang jaman telah berubah hingga menyukai cowok yang lucu dan 'baby mode' adalah hal yang sedang trend?
Pertemuan terakhir kami kemarin, memang tidak menghasilkan apa-apa. Hanya sebuah penekanan jika aku masih memberinya kebebasan untuk memilih, namun tidak akan menyerah untuk berjuang.
...
"Lo disini ternyata" Shania muncul dan langsung mendudukkan tubuhnya di kursi kafe yang ada di depan Shani.
"Ada apa lo nyari gue?"
"Gapapa, tumbenan ketemu. Gimana magangnya?"
"Ya seperti biasanya, sibuk nerima tamu perwakilan dari Vietnam. Lo gimana di McKinsey, sibuk banget dong ya?"
"Ya lumayan lah, simulasi kerja beneran. Ini aja gue beruntung banget dikasi cabut buat bimbingan proposal. Lo udahan kan? Keluar yuk? Bosen banget gue di dalam ruangan"
Begitu mendengar ajakan Shania, Shani langsung merapikan barang-barangnya dan menyusul Shania yang sudah berdiri di pintu cafe.
"Girls time yuk! Kayaknya udah lama banget kita ga jalan berdua. Nona Shani Indira belakangan ini sibuk bangettt"
"Lo kali yang sibuk, gue ada terus kok"
"Duduk di pinggir danau mau ga? Gue denger proposal lo udah di ACC, proposal gue juga. Jadi anggap kita mau ngerayain satu step dalam hidup yang udah terlewati"
Mereka berjalan beriringan di pinggir danau. Rasanya memang sangat jarang dua gadis itu menghabiskan waktu bersama seperti ini. Mengobrol layaknya seorang teman.
"Nju, maaf ya?"
Shania yang sedang meluruskan kakinya di undakan jalan menuju danau seketika menoleh.
"Maaf buat apa?"
"Maaf karena selama ini sepertinya gue terlalu sibuk sama hidup gue, gue terlalu sibuk dengan Gracio. Gue baru nyadar, udah jarang banget kita jalan berdua kaya gini. Lo pasti kesel banget ya sama gue?"
"Shan, denger ya.. Gue emang ngerasa kehilangan saat lo tiba-tiba sibuk sama bocah itu. Tapi gue juga ngerti, kalo dia juga punya hak atas waktu lo. Yang ada gue yang harusnya minta maaf. Maaf karena hari itu gue milih buat nyusul Gracio, daripada nenangin lo. Gue nyesel banget setelah itu"
"Gapapa, gue rasa wajar jika lo nyusul Gracio"
"Keberatan ga buat lo ceritain apa yang terjadi waktu lo magang?"
Shani menoleh ke arah Shania yang saat ini sedang menatapnya, sebelum kembali memandang hamparan danau di depan perpustakaan. Sejujurnya Shani sangat ingin membuang semua kenangan itu jauh-jauh. Toh jika diulas kembali tidak akan merubah apapun kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...