Petang berganti siang teramat cepat bagi Shani yang masih merasa kelelahan karena segala aktivitas selama seharian kemarin. Gracio masih tertidur lelap disebelahnya. Dia mengecek suhu tubuh Gracio. Masih hangat, namun tidak sepanas kemarin.
Shani membiarkan Gracio untuk tetap tidur sementara dia menyiapkan bubur untuk kekasihnya dan bersiap-siap untuk mengikuti kelas pagi. Sejujurnya Shani ingin membolos saja, namun mengingat hari ini ada presentasi, dia tidak mungkin lepas tanggung jawab hanya untuk menemani Gre.
Gracio terbangun beberapa menit setelahnya, mendapati Shani yang tengah merias diri di depan cermin besar dan telah rapi dalam balutan pakaian kuliah. Shani menyadari kekasihnya telah sadar melalui cermin yang ada didepannya segera berbalik dan memamerkan senyuman terbaiknya. Senyum yang hanya dia berikan pada Gracio.
"Cishan mau kemana?"
"Aku kuliah dulu ya Ge, kamu gapapa kan ditinggal?" Shani sudah berdiri di sebelah ranjang Gracio, memandang kekasihnya yang tiba-tiba duduk dan memeluk pinggang Shani, seakan enggan untuk melepas kepergiannya.
"Gamauu, nanti aku bosen sendirian Ci." Gracio mendongakkan kepalanya, memandang wajah Shani yang sedang menunduk dan mengelus rambutnya penuh sayang. Saat sakit seperti ini memang puncak manjanya seorang Gracio. Dan Shani harus sabar menghadapi Gracio yang pada hari biasa aja manjanya udah minta ampun, apalagi saat sakit.
"Bentar aja gapapa ya? Nanti siang aku udah balik kok."
Gracio mengangguk pelan, walau wajahnya masih murung. Sejujurnya dia bosan diam di tempat tidur terus menerus. Demamnya sudah mulai menurun dan kakinya pun sudah mulai bisa melangkah, namun Shani belum akan mengizinkan Gracio kuliah jika belum sembuh sepenuhnya.
"Jangan cemberut gitu ahh.. Makanya cepet sembuh Gee"
"Ini udah sembuh kok. Kalo gitu mainan Mavic boleh?" Dengan puppy eyesnya, Gracio memandang Shani penuh harap. Persis seperti anak anjing yang membuat Shani benar-benar gemes.
"Iya boleeh, tapi jangan lupa istirahat ya." Shani mengambil DJI mavic yang memang dia hadiahkan untuk Gracio. Ikut bahagia melihat kekasihnya yang terlihat sangat excited walaupun dengan wajah masih pucat.
"Bilang apa dulu?"
"Makasi Cishayang" Gracio memeluk tubuh Shani yang sudah duduk disebelahnya, satu tangannya merangkul Shani erat, sedangkan tangan yang lain menggenggam erat box drone incarannya.
"Peluk aja nih? Cium nya mana?" Shani memajukan pipinya yang langsung diserang ciuman bertubi-tubi oleh kekasihnya.
"Makasi Sayang, muah muah muahhh" Tawa tidak bisa berhenti keluar dari mulut Shani saat kekasihnya menciumnya tanpa henti.
"Jorok ih, nanti basah tauuu." Shani mendorong pelan wajah Gre agar menjauhinya, sebelum Gracio lebih ganas lagi.
"Cishan kok badannya anget? Ga sakit kan?"
Gracio mengecek suhu tubuh Shani. Sepertinya Shani sedikit demam.
"Engga ah, udah ya aku jalan dulu. Nanti buburnya jangan lupa dimakan. Bye Gendutt" Shani mencuri cium pada bibir Gracio dan mengacak rambut kekasihnya. Segera setelah itu dia mengambil tas dan bersiap untuk berangkat.
Shania yang menunggu Shani di lobby terheran melihat sahabatnya yang muncul dengan wajah kasmaran dan berbunga-bunga. Pasti ada apa-apa nih
"Kenapa lo kayak orang kelebihan gula gitu?" Interogasi dimulai.
"Gapapa yuk ah ntar telat." Shania hanya pasrah dan mengikuti langkah Shani yang sudah berjalan menuju mobilnya. Namun bukan Shania namanya jika tidak kepo dengan kehidupan orang.
BẠN ĐANG ĐỌC
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...