8. Transit

3.1K 507 41
                                    

Sementara kasih bacaan yang ringan dulu, yes?
Lapak yang lain masih dalam pengerjaan.
Khususnya, Russell.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

"Dasar tidak berperasaan! Raja tega!" umpat Eun-Hye sambil menghempaskan tubuh di ranjang.

Baru saja dia menyelesaikan untuk mencuci kamar mandi, membersihkan lantai, mengganti seprai ranjang, dan menyusun pakaian ke dalam lemari. Tentu saja hal itu dikerjakan di kamar pria sialan yang bernama Jin-Wook, bukan kamarnya.

Eun Hye tidak sanggup untuk mengerjakan pekerjaan rumah lagi, meski hanya sekedar untuk membuka kopernya. Dia lelah dan lapar. Tiba-tiba saja perasaan sedih itu kembali lagi. Berada di kamar yang bukan miliknya, jauh dari rumah, di negeri asing yang tidak pernah dikunjunginya, dan hanya tahu Indonesia sebagai negara yang paling sering menggelar konser K-Pop karena jumlah fangirl yang sangat banyak. Itu saja.

Berguling ke samping untuk meringkuk, berpikir untuk melepas rasa lelah yang semakin memberat, dan rasa kantuk yang tidak tertahankan. Setidaknya ada hal baik yang terjadi karena Eun-Hye berada di tempat yang layak dan bukan di rumah sewa yang hampir ditempatinya.

Berpikir bahwa pertemuan dengan Jin-Wook adalah pertolongan Tuhan yang tidak boleh lupa untuk tetap mengucap syukur. Apa jadinya jika dirinya tinggal di rumah sewa yang mengerikan itu? Sekelompok preman di sisi gang, pemilik rumah yang tampak seperti pria hidung belang, dan kondisi rumah yang memprihatinkan. Eun-Hye merasa bodoh karena tidak mengecek lebih lanjut soal tempat tinggalnya.

Memejamkan mata dan langsung terlelap begitu saja, Eun-Hye sampai tidak sadar jika Jin-Wook masuk ke dalam kamarnya dan membetulkan posisi tidurnya, lalu menyelimuti tubuh. Membuat Eun-Hye semakin lelap hingga mengeluarkan dengkuran halus di situ.

"Silly Girl," gumam Jin-Wook sambil menggelengkan kepala melihat Eun-Hye yang sudah terlelap, lalu keluar dari kamar itu dan meninggalkannya.

Tentu saja, Eun-Hye sampai bermimpi indah dan mendapatkan tidurnya yang cukup panjang. Hingga tidak terasa, hari sudah berganti malam dan Eun-Hye terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Itu pun karena perutnya yang sudah bergemuruh lapar dan sedikit gemetar karena kelaparan.

Bangun terduduk sambil mengucek mata, suasana kamar tampak gelap gulita dan Eun-Hye beranjak untuk meraba-raba sisi dinding untuk mencari saklar. Berada tepat di sisi pintu, Eun Hye berhasil menyalakan lampu dan langsung mengernyit karena kesilauan.

Tersenyum senang karena masih berada di kamar yang tenang dan nyaman itu, Eun-Hye mendesah lega. Segera keluar dari kamar untuk mencari makanan tapi yang didapatinya hanyalah apartemen yang kosong dan lengang. Dimana Jin-Wook Oppa? Tanyanya dalam hati.

Berjalan menuju ke dapur, membuka kulkas, dan melihat isi kulkas yang memprihatinkan. Hanya ada sebotol air mineral, dua buah apel, dan dua butir telur. Eun-Hye menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mendesah pelan ketika tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Perutnya lapar dan tidak mempunyai uang, dia juga tidak tahu berada dimana dan bagaimana mencari makanan.

Menarik napas panjang, Eun-Hye mengambil sebuah apel dan mencucinya, lalu segera menggigit untuk menghilangkan rasa lapar. Pandangannya mengarah ke sekeliling sambil berjalan untuk menyalakan lampu. Terus berjalan sampai tiba di depan kamar Jin-Wook, mengetuknya pelan, lalu menunggu respon tapi tidak ada. Kembali mengetuk dan berakhir dengan hal yang sama.

Memberanikan diri untuk membuka kenop pintu dan mendapati Jin-Wook yang ternyata sedang tidur sambil mendengkur. Eun-Hye mencibir gaya tidur Jin-Wook yang sama sekali tidak elegan. Dengan mulut terbuka, bahkan air liur menetes di sudut bibir, dan posisi tidur yang sangat berantakan. Bantal di kaki, selimut tergulung di kepala, lalu kedua tangan merentang lebar. Ya Lord, Eun-Hye mengusap dadanya sambil membatin agar jangan sampai mendapatkan lelaki yang hina seperti Jin-Wook.

From Incheon With Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now