11. Over Baggage

3K 584 71
                                    

Notifku yang tadi nggak berarti aku bete atau marah 🤣

Tapi makasi banget uda kasih semangat.
Kalian tenang aja, aku bukan penulis baperan yang suka emosian cuma gegara komenan atau DM yang menyudutkan.

Sebab aku bisa membedakan, mana yang mengikuti dan mana yang hanya membaca tulisan dari part terakhir atau cuma sekelebatan aja.
Santai aja aku mah, yega?


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Jin-Wook merasa bersalah dan canggung setiap kali berhadapan dengan Eun-Hye sekarang. Wanita gila itu pun demikian. Insiden ciuman yang mengakibatkan Eun-Hye pingsan itu berakibat fatal bagi hubungan mereka yang semakin buruk saja. Sudah dua hari sejak kejadian itu, Eun-Hye menolak untuk berhadapan langsung dengannya.

Entah apa yang dilakukan wanita itu dengan mengurung diri di dalam kamar dan tidak mendapatkan makanan dengan benar, sebab bahan makanan yang disediakan di dalam kulkas masih terisi penuh dan tidak ada satu pun yang hilang. Itu berarti Eun-Hye belum makan sejak kemarin. Tidak tahan dengan sikap Eun-Hye yang seperti itu, Jin-Wook menerobos masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk.

"KYAAAA!!!"

Teriakan Eun-Hye diiringi dengan timpukan beberapa barang mengenai kepala Jin-Wook, ketika dia baru saja masuk ke dalam kamar itu. Eun-Hye yang sedang memakai atasan berteriak histeris di pagi hari. Sial! Untungnya, Jin-Wook sempat melihat bra berwarna pink muda yang membalut pas di tubuh Eun-Hye, meski harus meringis terkena timpukan sisir di kepala.

"Keluar! Keluar!" teriak Eun-Hye kalap.

"Aku tidak akan keluar sebelum kau makan!" balas Jin-Wook yang berusaha mengangkat kepala ketika tidak ada lagi timpukan, tapi ternyata sebuah tangan hendak melayang ke wajah dan Jin-Wook sudah lebih dulu menangkap tangan sialan itu.

"Kau sudah sering melakukan tindakan kekerasan, Yeodongsaeng," desis Jin-Wook geram.

"Dan kau sudah sering melakukan tindakan pelecehan!" balas Eun-Hye yang langsung memukul bahu Jin-Wook dengan satu tangannya yang bebas.

Dengan cepat, Jin-Wook menangkap satu tangan yang sedang memukul bahu dan mencengkeram kedua tangan Eun-Hye dengan erat. "Aku bisa marah jika kau terus melakukan hal seperti ini."

"Memangnya kau pikir aku sedang kesenangan? Kenapa kau tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu?" seru Eun-Hye kesal.

"Jika aku mengetuk, apa kau akan membiarkanku masuk?"

"Tidak! Aku pasti akan mengunci pintunya!"

"Bagus! Kau sudah mengetahui alasan kenapa aku tidak mengetuk pintu."

"Bukan berarti kau boleh main masuk di saat aku sedang memakai pakaianku!"

"Siapa suruh kau tidak mengunci pintu saat memakai pakaian, di saat kau tinggal berdua dengan seorang pria?"

"Karena aku yakin kau tidak akan masuk ke dalam kamarku!"

"Buktinya aku masuk!"

"Itu karena kau tidak tahu malu dan terus mencari kesempatan!"

"Kesempatan apa? Seperti dadamu besar saja, padahal ukuranmu tidak sampai sejengkal tanganku."

"Heh? Kau sudah keterlaluan! Jangan sembarangan bicara jika tidak tahu pasti!"

"Aku tidak perlu kepastian akan hal itu jika dari penglihatan saja sudah bisa menilai ukuranmu."

"OPPA!!!"

From Incheon With Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now