8

218 24 9
                                    

Sabila sudah pulang. Begitu pula Guruh yang kemarin sempat pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan. Satu-satunya yang belum pulang adalah Gesang. Absennya Gesang yang begitu lama, mengusik Gema. Sebenarnya kemana Gesang pergi? Apa benar menginap di rumah temannya? Selama ini? Ingin dia tanyakan sekali lagi pada kedua orang tuanya sekarang ini. Namun dia urungkan niat tersebut karena sepertinya kedua orang tuanya kelihatan lelah. Mungkin karena pekerjaan mereka.

Selain itu juga yah, karena sedari tadi pagi, Shakeela sudah mencuri perhatian mereka, khususnya Sabila.

"Sayang, kalo kamu sakit, kamu nggak usah berangkat ke sekolah. Istirahat aja di rumah ya?" tidak henti-hentinya Sabila mengatakan hal itu pada Shakeela yang terlihat pucat. Sambil terus memegangi tangan Shakeela dan sesekali mengusap lembut rambut Shakeela yang panjang lurus seperti model iklan shampoo.

Entah hatinya yang sedang sensitif atau bagaimana, Gema menilai perlakuan Mamanya sedikit berlebihan pada Shakeela. Ah, Mama kan emang orang yang lembut! Wajarlah begitu! Gema menghibur dirinya sendiri.

"Kalo begitu gini aja. Gema tolong jaga Shakeela baik-baik di sekolah ya? Kalo ada apa-apa, langsung kabarin Mama." Cetus Sabila.

"Oh, iya, Ma. Siap, ndan!"

Baru Sabila terlihat lega membiarkan Shakeela berangkat ke sekolah.

Benar. Kondisi Shakeela makin buruk kalau Gema lihat dari samping di dalam mobil. "Lo kayaknya kudu ke rumah sakit deh, bukan ke sekolah."

Shakeela menggeleng. "Nggak papa kok."

"Lo pernah nonton World War Z nggak? Itu salah satu film favorit gue karena ada Om Brad Pitt. Tapi bukan Brad Pitt yang mau gue bahas. Zombie-nya! Iya, lo udah mirip banget sama zombie! Beneran deh!"

Ucapan Gema memicu tawa Shakeela. "Masa sih?"

"Paman, punya kaca nggak? Pinjemin Shasha kaca deh!" kata Gema pada Rusman.

"Nggak punya, Neng. Ada kaca spion."

"Gih, sono ngaca pake kaca spion deh! Daripada nggak ada kaca! Iya, nggak, Paman?" Gema menyuruh Shakeela bercermin menggunakan kaca spion. Tentunya Shakeela menolak, sambil terkekeh geli dan kembali mengatakan kalau dia tidak apa-apa.

Memenuhi perintah Sabila, Gema benar-benar menjaga Shakeela. Cewek itu mengantar Shakeela hingga ke kelas. Sampai ke tempat duduknya.

Awalnya Gema merasa kurang enak masuk ke kelas 11 IPA 1. Tapi setelah dilihatnya kelas itu kosong, dia jadi bisa bernafas lega. "Lo kalo ada apa-apa, tinggal WA gue. Atau DM gue juga bisa."

Shakeela tersenyum. "Iya."

"Udah save nomor WA gue kan?"

"Udah."

"Follow instagram gue?"

"Udah."

"Bagus." Ujar Gema mengacungkan jari jempolnya. "Kalo gitu gue balik ke kandang ye, eh maksud gue kelas. Bye!" Gema membalikkan tubuhnya dan sontak kaget melihat siapa yang barusan masuk ke kelas.

Shakeela menyaksikan kedua orang itu saling melempar dalam diam. Shakeela benar-benar tidak mengerti ada apa di antara teman sekelasnya itu dengan Gema.

Gema berdehem sekilas sebelum akhirnya pergi meninggalkan kelas itu.

Tinggalah Shakeela dan teman sekelasnya, Genta.

"Pagi, Genta." Sapa Shakeela seperti biasanya. Siapapun yang dia temui di pagi hari, pasti Shakelaa sapa.

"Ya." Sahut Genta sambil berjalan menuju bangkunya. Cowok itu langsung duduk di tempat. Tetapi kemudian dia tiba-tiba menoleh pada Shakeela yang kepalanya terkulai di meja. "Lo kenal sama tuh anak tadi?" pertanyaan Genta membuat kepala Shakeela terangkat.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang