44

199 24 2
                                    

Gendis menyudahi ceritanya pada Genta dan Garang dengan helaan nafas panjang. Baru saja dia menceritakan apa yang Gema ceritakan padanya siang tadi. Tentang apa yang terjadi di malam itu—dengan meng-skip part Genta—dan tentang fakta mengejutkan yang sebenarnya tentang dirinya.

"Bunda ikut sedih dengan apa yang menimpa dia. Anak seceria dia kok bisa bernasib seperti itu." Gendis mengelap air matanya yang siap terjun.

"Adopsi aja jadi anak Bunda. Jadi ntar Garang punya 3 adik, deh." Saran Garang enteng yang langsung mendapat pelototan Genta. "Gue salah omong ya? Oh, atau kalo misal Bunda adopsi Gema, lo khawatir nggak bisa pacarin dia lagi?" lanjut Garang menyebalkan.

Padahal Genta sedang larut dalam suasana cerita Bunda. Tapi Garang malah berulah. Dasar tidak tau diri!

"Kalo Kakak Genta keberatan, ya udah, Bunda jadiin Gema menantu aja ya?"

"Buuuuuun!!!" seru Genta.

Gema tidak bisa tidur. Dia gelisah karena jiwanya masih tergoncang dengan fakta kalau dia bukan anak kandung Sabila. Diapun akhirnya terduduk, sambil memegangi kepalanya yang terasa berat. Berat karena terlalu memikirkan masalahnya.

Menyerah, Gema menyerah. Sekeras apapun dia berusaha untuk tidur, hasilnya tetap sama. Dia tidak bisa!

Gema memutuskan untuk keluar dari kamar. Dia ingin menghirup udara bebas malam ini.

"Mau kemana?" pertanyaan Genta membuat Gema terlonjak kaget. Dia pikir semua orang di rumah ini sudah tidur.

"Gue mau... mau keluar sebentar."

"Kemana?" tanya Genta cepat.

"Ke..." Gema bingung mencari-cari alasan.

"Tunggu disini. Jangan kemana-mana." Potong Genta. Dengan kening berkerut, Gema menuruti permintaan Genta. Menunggu cowok itu pergi ke kamarnya sebentar untuk mengambil kunci mobilnya. "Ayo," ajak Genta begitu kembali.

Gantian Gema yang bertanya, "Kemana?"

"Lo mau keluar sebentar kan?"

Genta mengajak keluar Gema menggunakan mobilnya. Setelah sekian lama, akhirnya Genta bisa merasakan berduaan dengan Gema di mobil seperti ini.

"Kemana?" tanya Gema lagi karena belum juga mendapat jawaban.

Pertanyaan Gema terjawab ketika Genta menghentikan mobilnya di sebuah resto yang buka 24 jam.

"Gue cuma mau keluar, bukan pengen makan."

"Gue pengen makan, sekalian keluar."

Dengan berat hati, Gema terpaksa ikut turun dari mobil, mengikuti cowok itu masuk ke resto yang masih ramai oleh pengunjung muda.

Genta memesan 1 kotak pizza ukuran large dan 1 lagi ukuran regular lengkap dengan minumannya.

"Lo yakin bakal habis sebanyak itu?" Gema terkejut, sebab setau dia, makan Genta tidak banyak. Tidak sebanyak dirinya.

"Kan ada lo yang bisa ngabisin."

"Lo pikir gue tempat sampah lo?" dengus Gema kesal.

"Iya." Jawab Genta enteng lagi-lagi yang sontak membuat Gema makin kesal. "Lo tempat sampah gue, sedangkan gue sampahnya lo." lanjut Genta seolah menyindir Gema. Darimana Genta tau kalau Gema pernah menganggap Genta adalah sampah? Shakeela kah?

Genta mulai memakan pizza nya yang regular. Sedangkan pizza ukura large-nya dia sodorkan untuk gadis di depannya. Gema mengernyit seketika. "Gue nggak mau dikiranya lo di rumah gue nggak dikasih makan sampe tambah kurus."

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang