17

199 29 16
                                    

Berkat ucapan Jack, sukses Genta tidak bisa tidur. Genta masih dihantui dengan bayangan Gema berpacaran dengan cowok lain. Bermanja-manja, bersentuhan, berpelukan dan... akh! Genta memukul kepalanya sendiri dengan jam digital yang ada di atas nakas dekat tempat tidurnya. Seketika dia menjerit kesakitan.

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Tidak henti-hentinya Genta meneriaki dirinya bodoh. Iya, bodoh! Karena dia harus mengalami hal seperti ini. Masih terbayang-bayang bayangan mantan! Padahal dia dan Gema sudah putus cukup lama. Tapi Genta... masih dirundung masalah menyebalkan seperti ini.

Pintu Genta yang tidak terkunci tiba-tiba terbuka. Memunculkan seorang Garang yang kemudian berlari cepat ke ranjang Genta dan menjatuhkan tubuhnya.

"Oi, minggir lo!" seru Genta tidak suka pada kakaknya yang usianya terpaut 3 tahun darinya. Genta bahkan menendang pinggang Garang agar turun dari ranjangnya.

Garang tidak bergerak. Wajahnya dia telungkupkan ke bantal rapat-rapat.

"Minggir lo ah! Gue mau tidur!" seru Genta lagi kesal.

Tiba-tiba Garang mengangkat wajahnya. Genta terkejut melihat wajah Garang yang seperti kanebo kering. "Gue lagi sedih, Taaaaaa!!!!! Gita jadian sama Alangga! Huaaaa!!!!"

Genta melotot. Awalnya cukup terkejut, tapi detik berikutnya dia tertawa bahagia.

Yang kontan memicu protes sang kakak. "Oi, adik durhaka! Gue lagi berkabung! Napa lo ketawa, hah?!" Garang tidak segan menjitak kepala Genta dengan keras.

"Bodo amat!" cuek Genta.

"Sialan lo, Nyet! Peduli dikit kek, atau pura-pura juga nggak papa deh buat kesedihan gue."

"Bodo amat!" ulang Genta.

Garang berdecak, "Awas aja lo ya! Gue doain Gema punya pacar baru!

Genta melotot sejadinya. Sial! Genta jadi teringat lagi.

"Kalo saat itu tiba, sumpah, rasanya sakit banget. Lo kudu siap." Ujar Garang menasehati sang adik seraya menepuk-nepuk puncak kepalanya.

Genta menepis tangan Garang dengan cepat, kemudian tersenyum sinis, "Kenapa gue kudu sakit hati?"

Garang tersenyum penuh arti. "Alah, nggak usah sok tegar di depan gue. Gue tau kok, lo nggak bener-bener strong setelah putus dari Gema. Strong lo punya arti lain."

Genta mengerutkan keningnya.

"Strong... Stres Tak Tertolong!" Garang ngakak sejadinya. Terlebih setelah melihat wajah Genta yang mendadak mendung.

"Pergi lo!" usir Genta kemudian sambil membabi buta melempari Garang dengan bantalnya. Garang masih tertawa, senang sekali rasanya menggoda adiknya ini.

Micky mengampiri Genta yang sedang berjalan menuju kelasnya pagi ini. Cowok tersebut merangkul Genta sok akrab yang langsung Genta tepis.

"Ta, gue berencana mau ngajak Gema jalan nih! Kasih rekomen dong, bagusnya gue ajak Gema kemana?" tanya Micky dengan wajah berseri-seri.

Sontak Genta menghentikan langkahnya.

"Lo kan pasti tau lah, tempat kayak apa yang Gema suka. Ayolah, kasih tau gue." desak Micky.

Tiba-tiba Genta teringat pembicaraannya dengan Garang tadi malam. Apa-apaan ini?

"Ta, oi! Jawab, oi! Jangan bengong!" gugah Micky.

"Emang dia mau lo ajak jalan?" tanya Genta mencoba bersikap biasa saja.

GemaWhere stories live. Discover now