48

224 29 10
                                    

Di tengah kebingungan Guruh karena permasalahannya yang tak kunjung menemukan jalan keluar, ada secercah harapan ketika salah 1 anaknya yang telah lama kabur akhirnya menghubunginya dan mengajaknya bertemu.

Dan sekarang, di resto ini Guruh sedang menunggu kedatangan anaknya dengan dada yang berdebar.

"Hai, Pa!" sapa Gesang pada Papanya setelah sekian lama tidak bertemu.

Guruh sampai berdiri mematung, tidak percaya kalau Gesang tengah berdiri di depannya saat ini.

"Duduk, Pa." Gesang duduk dengan santai, diikuti Guruh yang masih tidak percaya.

Mata Guruh berkaca karena akhirnya dia bisa kembali melihat putranya, "Kamu... Benar-benar Gesang?"

"Kalo kloningan, nggak mungkin seganteng ini." canda Gesang yang membuat bibir Guruh sedikit terkembang.

"Kamu apa kabar, Nak? Kemana saja kamu selama ini? Apa kamu tidak tau Gema mencari-cari kamu?"

"Gesang udah ketemu sama Gema, Pa." ucapan Gesang melenyapkan senyuman di wajah Guruh. "Papa juga kan, udah ketemu? Kemarin?" lanjut Gesang yang tau karena Gema yang memberitahukannya.

Guruh mengangguk.

"Gimana, Pa? Gema kurus kan? Pipinya yang dulu lumayan chubby karena sering Gesan cubitin sekarang jadi sekurus itu. Gesang sampe pangling." Kata Gesang sedikit lebay. Akan tetapi Guruh membenarkan. Jika dibanding terakhir Guruh melihatnya, Gema memang terlihat lebih kurus.

"Oya, kamu mau membicarakan apa?" tanya Guruh kemudian.

"Gesang sama Gema udah bikin kesepakatan. Kami bersedia pulang, Pa. Tapi..."

Wajah Guruh senang bukan main sebelum terdengar kata tapi.

"Tapi pastiin dulu anak itu nggak ada di rumah." Lanjut Gesang.

Guruh tidak begitu terkejut. Sebab keinginannya sama persis dengan keinginan Gesang dan Gema.

"Papa bisa kan?" Gesang menaikkan satu alisnya.

Guruh terdiam. Sudah pernah dia coba kan, tapi Sabila tidak bersedia. Bahkan kemarin setelah pulang dari rumah Genta, mereka kembali ribut.

"Papa... nggak mau Gesang sama Gema tinggal di rumah lagi kayak dulu? Atau... Papa juga kayak Mama? Lebih sayang sama anak itu ketimbang Gesang dan Gema?"

"Tidak. Papa sayang sama kalian. Gesang dan Gema anak-anak Papa." Ujar Guruh cepat.

"Terus apa yang bikin Papa mikir panjang?" Gesang menatap kedua mata Guruh lurus-lurus. Seolah tidak membiarkan mata Guruh lepas darinya barang sedetik saja.

"Itu... karena Mama kamu mengancam akan cerai jika sampai Papa memulangkan Shakeela kembali ke Semarang."

Gesang berdecak, "Kenapa Mama jadi orang selicik itu,"

"Mama kamu terlalu sayang sama Shakeela."

"Ya, saking sayangnya sampe tega membuang Gesang sama Gema yang selama ini hidup bersama!" mendadak Gesang kesal sambil menggebrak meja.

"Gesang, tahan emosi kamu..." ujar Guruh mengingatkan.

"Kalo gitu, sekarang tinggal keputusan Papa aja. Mau milih Gesang dan Gema, atau istri Papa dan anak haram itu?"

Kini Guruh dihadapkan pada pilihan yang sulit.

Genap 1 minggu, akhirnya Gema kembali ke sekolah. Setelah Minggu siang Guruh berkunjung ke rumah Genta, malamnya Guruh kembali ke rumah Genta dengan membawakan baju seragam Gema lengkap dengan alat sekolahnya. Untuk itu, per hari ini Gema telah kembali ke sekolah.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang