37

191 24 10
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang karena terkendala macet, akhirnya ke-8 remaja itu sampai di tempat tujuan. Yaitu sebuah villa di daerah puncak milik ayah Micky.

Keberadaan villa yang cukup besar di daerah pegunungan nan hijau itu terlihat sangat mencolok. Karena di sekitar daerah itu tidak ada bangunan sebesar villa milik ayah Micky.

Satu persatu remaja itu keluar dari mobil. Mereka bersorak senang sebab untuk kurang lebih 3 hari ke depan, mereka akan menghabiskan waktu bersama di villa ini, jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta.

"Ayo, guys!" ajak Micky pada teman-temannya untuk memasuki villa.

Sambutan rasa senang sekaligus kagum tergambar jelas di wajah teman-teman Micky. Malah Ganesha dan Gagas saking senangnya langsung berlari-lari kesana kemari untuk melihat-lihat setiap detail ruangan di villa.

"Oi, ini kamar gue ya!" Gagas berteriak dari lantai 2 sambil menunjuk sebuah ruangan yang bisa dipastikan sebagai sebuah kamar.

"Kalo gue kasih saran, lantai 2 mending buat kamar cewek-cewek, Gas." Kata Gerald kalem yang disetujui oleh semuanya.

Gagas langsung lesu, turun dari lantai 2 dengan bibir maju yang membuat Ganesha tertawa girang.

"Gema, kita sekamar!" Giza langsung mengamit lengan Gema.

"Duh, posesif bener sih lo." Ujar Gema geleng-geleng.

Dengan gerakan tiba-tiba, Ganesha muncul di antara kedua gadis itu. Merangkul keduanya sekaligus, "Gue juga! Gue juga! Gue juga!"

Tentu saja tindakannya membuat Micky dan Genta melotot.

"Nggak boleh! Cewek cowok kudu dipisah!" tegas Micky.

Mendengar ucapan Micky, Shakeela yang sedari tadi hanya diam langsung melirik Genta.

"Lo sekamar sama gue." Genta berjalan tegas menghampiri Ganesha, lalu menarik baju bagian belakang lehernya agar menjauh dari Gema dan Giza.

"Hah? Gue sama lo? Nggak salah?" Ganesha melotot seketika.

Tanpa memedulikan Ganesha yang keberatan, Genta langsung menyeret cowok itu untuk segera memasuki kamar yang paling dekat dengan posisinya saat ini.

Akhirnya Micky bisa bernafas dengan lega. Genta telah menyelamatkannya.

"Ya udah, gue sama lo ya, Ger!" Gagas langsung mengajak Gerald untuk berbagi kamar.

"Gema, let's go!!" pun Giza yang langsung menyeret Gema untuk menuju kamar di lantai 2 yang sebelumnya Gagas inginkan.

Tersisalah Micky dan Shakeela saja di ruangan itu. Kebingungan dengan kamar yang hanya tersisa 1 ruangan.

Sebelum memasuki kamarnya, Gagas sempat mengatakan, "Udah, kalian sekamar aja."

"Ya udah, Sha. Lo naik aja ke lantai 2. Biar gue gabung sama Gerald atau Genta ntar deh, gampang. Lo nggak papa kan sendirian?" Micky mengambil keputusan yang menurutnya paling tepat.

Dengan berat hati, Shakeela mengangguk. Jujur saja, sebetulnya dia ingin selalu dekat dengan Genta.

"Lepasin gue, woy! Lo pikir gue kocheng?!" seru Ganesha kesal dengan ulah Genta yang memperlakukannya seperti memperlakukan seekor kucing. Ganesha menarik tubuhnya hingga terlepas dari cekalan Genta sambil misuh-misuh. "Dasar pengganggu kesenengan orang aja lo! Gue kan pengennya sama Gema, bukan sama lo, terong!"

"Lo masih punya otak kan?" desis Genta tidak suka.

"Masih lah! Mau liat?" Ganesha mendekatkan kepalanya pada Genta, nyaris menyeruduknya seperti kerbau ngamuk.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang