Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Dyo bingung harus membujuk gimana lagi biar anak perawan orang ini mau balik ke istananya sendiri. Pulang kampus bukannya pulang ke rumah ini malah ke rumah orang.
"Na, serius kamu nggak mau pulang? Ini udah malem, lho. Kamu nggak mau mandi atau ganti baju?"
Karena memang dari tadi yang Nana lakuin di rumah Dyo cuma rebahan, makan, ngobrol, rebahan lagi.
"Kakak ngusir, nih?"
Bukan itu tujuan Dyo. Masalahnya, di rumah cuma ada mereka berdua. Orang rumahnya lagi pada keluar entah ke mana. Kalau saja ada setan lewat, bisa-bisa Dyo khilaf. Duh.
"Bukan gitu—gini deh, kamu masih marahan sama Baekhyun kan? Masalah itu biar aku yang ngomong sama Baekhyun. Sekarang kamu pulang, ya?"
Nana yang lagi rebahan di karpet ruang tengah langsung bangun terus berdecak.
"Aku cuma takut tetangga mikir yang enggak-enggak, Na. Kita cuma berduaan di rumah."
"Pikirin aja terus orang lain. Mikirin perasaan aku nggak pernah." Nana bergumam.
Masa bodoh, deh, Dyo mau mikir apa pun tentang Nana sekarang. Intinya dia nggak mau balik ke rumah untuk malam ini. Bendera perang dingin antara dia sama Baekhyun masih berkibar. Makanya dia nggak mau pulang apalagi ketemu Baekhyun.
Dan nggak tahu kenapa pulang dari kampus, Nana malah pengin ikut ke rumah Dyo nggak ke rumah Yuvin atau Ara kayak biasanya.
"Aku nginep aja di sini, ya, Kak?"
Mata bulat Dyo makin membola. Dia nggak begitu masalah, sih. Toh, dia juga ngggak bakal ngapa-ngapain Nana. Tapi, kakaknya itu, lho. Bisa-bisa Dyo di bacok kalau ketauan ngumpetin adeknya.
"Tunggu kita halal kalau mau nginep di sini."
"Hah?"
"Kamu denger."
Dyo sukses bikin sekujur tubuh Nana membeku. Dia mau halalin Nana, di nikahin gitu? Eh gimana sih? Nana pusing jadinya.
"Ya udah aku pulang." Nana buru-buru ngambil jaket sama tasnya di belakang tempat Dyo duduk.
Daripada pembicaraannya makin ke mana-mana kan?
"Mau dianterin nggak?"
"Nggak usah. Oh, ya, masakan kakak tadi enak banget. Makasih. Dah kakak!"
Abis itu Nana lari tunggang langgang sampai mau nabrak meja. Saking paniknya. Untung Dyo sigap buat megangin pinggang Nana, jadi dia nggak jadi jatuh.
"Hati-hati makanya."
Kaki Nana udah lemes. Udah kayak jeli, Jantungnya juga udah bergaduh banget berasa ada konser. Dan parahnya, bukannya dilepasin, Dyo malah natap Nana lekat banget terus mengikis jaraknya. Nana otomatis mejamin matanya erat.
