part - 11

26.4K 579 8
                                    

Jam menunjukan pukul 6 pagi secara perlahan vano membuka kedua kelopak matanya. Ketika ia membuka kedua maniknya, dengan cahaya sinar matahari didapatinya gadis cantik,yang terlelap dengan tenang di depanya.

Ah,ia lupa jika ia sudah menikah kemarin,ia harus membiasakan diri untuk melihat gadis yang sudah menjadi istrinya. Vano pun tersenyum menyunggingakan bibirnya menjajaki wajah istrinya yang sedang berusaha mengumpulkan kesadaran. Ia tidak menyangka jika gadis yang galak,angkuh dan jutek ini berubah begitu manis dan polos saat sedang tertidur.

Vano pun beranjak dari kasur,dan membuka gorden agar membebaskan cahaya matahari yang ingin menyinari ruanganya.

Vano pun menoleh dan melihat rachel masih tetap berkutat dengan bunga tidurnya, dia atas kasur.

"hei bangun!"

Mendengar ocehan vano, dipagi hari bukanlah hal yang ia harapkan, padahal ia sedang bermimpi sedang dinner berdua dengan d.o exo. Rachel pun menggeliat di dalam tidurnya,dan menenggelamkan wajahnya ke selimut.

"hei,kau tidak malu dengan matahari?" ucap vano sambil berdecak pinggang karena kesal,rachel tidak bangun.

Mendengar itu rachel pun menghela napas "5 menit lagi" ucapnya sambil memeluk guling.

"bangun atau kau pergi ke sekolah berjalan kaki" ucap vano sambil berjalan ke luar kamar.

Rachel pun membuka selimut,yang menutupi wajahnya dengan kasar.
"ish! Iya iya"

"argghh,dia menyebalkan sekali." rachel pun menendang selimut dan menuju kamar mandi.

Selama 30 puluh menit,rachel mempersiapkan diri,mengenakan seragam sekolahnya dengan rambut dikuncir kuda. Dia keluar kamar dengan mementeng tas biru mudanya.

Harum roti panggang dan juga aroma kopi menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Membuat kedua kaki yang berselimut kaos kaki panjang itu secara naluri keluar kamar.

Hanya wajah datar yang ia pamerkan kepada sosok laki laki yang tengah bersandar dengan segelas susu dan juga roti, dengan pandangan yang tidak kalah datar darinya.

Seharusnya pada jam ini, vano sudah rapi dengan seragam pilot kebanggaanya keluar kamar dengan parfum Balenciaga mengelilingi auranya,tapi ia mengambik cuti selama 3 hari karena pernikahanya.

Dia tidak menyangka jika menikah harus berbagi apa saja dengan istrinya.

Melelahkan.

"habiskan sarapanmu,aku akan bersiap-siap mengantarmu ke sekolah" tutur vano seraya beranjak dari meja makan dan hendak pergi ke dalam kamar.

Lawan bicaranya hanya melirik dari sudut mata mengikuti vano yang melintas di depanya. "aku bisa berangkat sendiri ke sekolah!" balas rachel menanggapi ucapan vano.

Vano pun terhenti jalanya dan sedikit menengok ke belakang "mulai sekarang kau sudah menjadi istriku, jadi turuti saja perkataanku"

Rachel pun tambah kesal dengan jawabanya vano, dan ia pun memakan roti dengan sedikit kasar.

Sejujurnya rachel tidak pernah kehilangan semangat di pagi hari,namun hari ini adalah pengecualian.

Namun inilah resikonya, ia sendiri yang juga mengambil keputusan untuk menikah. Mau tidak mau ia harus beradaptasi dengan keseharianya yang baru.

-------

Lalu lintas dijalan pagi lumayan ramai. Suara klakson mobil saling bertautan untuk meminta jalan.

Rachel sibuk mengerdarkan pandangannya mengamati jalan dan bangunan di kedua sisi. Sebenarnya ini adalah jalan yang dilaluinya setiap hari saat berangkat sekolah. Tidak ada yang berubah.

My Husband is PilotWo Geschichten leben. Entdecke jetzt