4

376K 40.2K 2.9K
                                    

Jam menunjukkan pukul 1 malam. Udara malam berhembus dengan dingin, para pengemudi yang lembur sedang susah payah menahan kantuk di dalam kendaraan yang mengantar mereka pulang.

Dan pada jam itu pula Ocha berjalan pelan di atas aspal yang dingin sambil menyeret kopernya menuju ke ....

kemana? saat ini ia berjalan tak tentu arah.

Beberapa jam yang lalu ia baru saja diusir oleh pemilik kontrakan yang sudah berkali-kali menagihnya namun tak kunjung ia bayar.

Gadis itu sadar berdiam diri di depan kostnya tidak akan membuat dirinya kembali masuk ke dalam kost itu. Jadi ia memutuskan untuk pergi, tanpa arah.

Sekarang apa yang harus ia lakukan? Pergi ke rumah keluarganya yang penuh kehangatan? Jangan bodoh. Kehangatan itu tak tersedia untuknya.

Lalu apakah ia harus menelpon Langit? sepertinya tidak, ia tak mau lagi membuat Langit terbebani lebih banyak. Sudah cukup Langit ikut terbebani dengan keluh kesahnya.

Bangunan-bangunan tinggi berubah gelap, bahkan toko-toko di pinggir jalan sudah tutup semua, tinggal minimarket open 24 hours yang buka dengan penerangan remang-remang.

Kaki Ocha sudah mati rasa karena dinginnya malam. Tubuhnya yang lemah membuat dirinya sangat mudah letih dan bisa pingsan kapan saja.

Dimana ini?

Gadis itu sepertinya berjalan cukup jauh sehingga tak mengenali jalan yang ia tapak saat ini.

Tiba-tiba gerimis turun, membuat gadis itu berlari mencari tempat berteduh. Ocha tanpa sadar memasuki sebuah lorong kecil yang membuatnya masuk lebih dalam menuju ke area yang tak terjangkau.

Perasaan aneh muncul di dalam dirinya saat melihat ada seorang pria mabuk sedang berdiri di ujung lorong lalu berjalan mendekat kearahnya.

Dengan panik ia memutar arah untuk berjalan menjauh dari orang itu, namun hal yang ditakutkan malah terjadi, dari sisi lorong yang satunya ada pria lain yang juga mendekat kearahnya dengan kondisi yang sama dengan pria yang satunya.

Tak butuh waktu yang lama kedua orang itu sudah berada diantara Ocha, membuat gadis itu ketakutan.

"Mau kemana sih?" tanya salah satu dari mereka.

"Sendirian aja? mau kita temenin gak?" tanya yang lain, Ocha refleks menggelengkan kepalanya.

"Tolong jangan sakitin saya," ucapnya lalu berusaha lari, namun tangannya langsung ditahan oleh dua orang itu.

"Jangan pegang saya!" bentak Ocha berusaha melepaskan cengkeraman kedua orang itu. Namun tentu saja kedua orang itu lebih kuat dari dirinya.

"Lepasin!" teriaknya ketika wajahnya mulai di sentuh oleh para penjahat itu. Air matanya mulai berjatuhan.

"Udah diam aja dan lihat permainan kita," ucap salah satu pria itu sambil mencoba menarik tangan Ocha.

"Toloong!" teriak gadis itu saat merasa dirinya betul-betul dalam keadaan yang sangat berbahaya sekarang. Ia ditarik semakin jauh masuk ke dalam lorong.

"Tolooong-"

Suara gadis itu seketika terhenti saat salah satu dari dua orang penjahat itu tiba-tiba tertarik ke belakang dan langsung mendapat tonjokkan dari seseorang yang tiba-tiba saja datang menolongnya.

Sontak kedua penjahat itu melepas pegangannya dari tangan Ocha, gadis yang tengah ketakutan itu mundur beberapa langkah dan bersandar ke tembok sambil menutup wajahnya.

Setelah berlangsung lama satu pukulan di layangkan orang itu dan membuat penjahat yang terakhir berlari menjauh dan menjadi akhir dari perkelahian itu.

Pria itu mengatur napasnya setelah berhasil mengalahkan kedua penjahat itu, ia memandangi kedua penjahat yang berlari menjauh dan hilang di ujung lorong, sebelum akhirnya ia mengalihkan perhatiannya ke gadis yang baru saja ia tolong.

"Kamu nggak kenapa-kenapa?" tanyanya membuat gadis itu menganggukkan kepalanya yang tertunduk. Menyadari sesuatu gadis itu langsung mengangkat kepalanya.

"Langit?" Ternyata pria yang menolongnya adalah Langit, ia baru sadar kalau itu Langit setelah mendengar suaranya.

Ocha masih syok dengan apa yang baru saja terjadi, gadis itu menangis lalu kembali menundukkan kepalanya, tubuh gadis itu bergetar menahan takut. Dinginnya hujan dan malam membuat dirinya tak berdaya lalu terjatuh.

"He-" Dengan sigap Langit mendekap tubuh gadis yang limbung kedepan itu. Memeluknya, menahan tubuh yang lebih pendek darinya itu, agar tidak terjatuh.

"Eh! pingsan!"

°°°

15 menit sebelumnya ....

Pria itu mengendarai mobil membelah jalanan sepi sambil mengeluarkan sumpah serapah untuk papa dan adik tercintanya.

Baru saja ia akan tertidur di kasurnya yang nyaman setelah pulang dari nongkrong bersama Violet dan teman temannya yang lain, namun tiba-tiba ia mendapatkan tugas untuk membeli pembalut dan obat pereda nyeri datang bulan untuk Qila-adik satu-satunya.

Padahal jiwanya sudah mulai berceceran tetapi rengekan bocah dan bujukan papanya mampu membuat dirinya mengumpulkan kembali jiwa-jiwa itu dan pergi ke toko terdekat untuk membeli barang yang diminta.

Langit segera menepikan mobilnya ketika sampai di depan minimarket open 24 hours yang tak jauh dari rumahnya.

Tes ....

Satu titik air hinggap di kaca depan mobil pria itu sebelum titik-titik air yang lain menyusul.

Ia langsung keluar dari mobil, dan berjalan sesegera menuju ke dalam mini market, ketika hendak masuk ke toko itu dia tiba-tiba mendengar suara jeritan perempuan meminta tolong dari lorong samping mini market, membuat dirinya bergegas berlari ke arah lorong itu.

Pria itu menajamkan penglihatannya sebelum akhirnya matanya membulat lebar.

Ocha?

Ia dengan cepat berlari ke arah dua orang pria yang sedang mengganggu gadis itu dan langsung melayangkan tinjunya.

°°°

Pria itu menggendong tubuh mungil itu masuk ke dalam rumahnya dan membuat satu rumah heboh.

"Kak Ocha kenapa?" tanya Qila sesaat setelah Langit membaringkan Ocha di kasur kamarnya.

"Ga usah tanya-tanya dulu, sekarang kamu bantu ganti baju dia." Tanpa banyak basa basi Langit langsung keluar kamar.

"Ocha kenapa?" tanya Papa Langit yang menunggu di depan kamar.

Langit menghela napas panjang sebelum mulai bercerita. Setelah menceritakan tentang kejadian tadi, Fredi-Papa Langit-langsung menyuruh Langit untuk bersih-bersih dan segera beristirahat.

"Ya udah sekarang bersihin badan kamu baru istirahat," ucap Fredi melihat Langit yang mulai kedinginan karena pakaiannya yang basah.

"Makasih pa," ucap Langit.

"Sekarang kamu tidur di kamar Qila, biarin Qila nemenin Ocha di kamar kamu."

Langit mengangguk patuh dan langsung bergegas ke kamar Qila.

°°°
tbc.

Follow instagram mereka yah ❤❤

@ameyliafalensia

@ameysiaa

@ochatuleshova

@langitdiorsvh

@cakrawalawrtma

@violetprisccania

Jangan lupa juga untuk vote, komen, dan share cerita ini ke teman-teman kalian. Terima kasih ❤❤

SEREINWhere stories live. Discover now