27

282K 32.3K 2.9K
                                    

Ocha berjalan perlahan menuju ke atas panggung kecil di pojok kafe, band yang sering manggung berhalangan untuk hadir jadi ia kembali ditugaskan untuk mengisi kekosongan malam itu. Tangannya meraih ganggang gitar yang bersandar manis di sudut panggung lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.

Jemari lentiknya mulai memetik satu persatu senar gitar menimbulkan melody indah yang siap menyapa telinga para pengunjung.

Dear diary
Kuingin cerita kepadamu
Tentangnya
Yang dulu singgah di hatiku

Semenjak itu
Hidupku jadi bahagia
Karena dia selalu ada di hidupku

Tapi kini dia menghilang
Dan tak tahu entah di mana
Diaryku 'ku merindukannya
Pujaanku, engkau ada di mana?

Telah habis air mata
Dan segenap kata-kata
Telah kucurahkan
Haruskah aku berlari
Sampai ke ujung dunia
Untuk mencarinya

Tapi kini dia menghilang
Dan tak tahu entah di mana
Diaryku 'ku merindukannya
Pujaanku, engkau ada di mana?

Tapi kini dia menghilang
Dan tak tahu entah berada di mana
Pujaanku
Pujaanku
Engkau ada di mana

Terdengar suara tepuk tangan dari beberapa pengunjung kafe ketika Ocha mengakhiri lagunya. Gadis itu tersenyum manis sebelum akhirnya turun dari panggung kecil itu.

"Apa rencanamu selanjutnya?"

Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Ryan saat Ocha baru saja mendudukkan tubuhnya di kursi sebelah Windy yang berhadapan langsung dengan Ryan.

Ocha menatap Ryan sejenak, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Entahlah Ian."

"Lagu tadi untuk Langit kan?" tanya Ryan memastikan.

Ocha bergeming, ia tak berniat menjawab pertanyaan Ryan. Windy pun terlihat hanya diam dan memilih mendengar percakapan mereka.

"Cha." panggil Ryan, membuat Ocha kembali menatap wajahnya.

"Kalau kamu suka. Kejar dia, buat ingatan dia kembali."

Ocha menggelengkan kepalanya perlahan. "Semua nggak segampang itu Ian, gimana aku bisa kejar dia sedangkan Kak Violet 24 jam selalu ada di samping dia."

"Bisa Cha, aku yakin kamu bisa," ucap Ryan, pria itu terlihat menghela nafas panjang.

"Urusan Vio serahin ke aku," tandas pria itu.

Sejenak ada binar cerah di mata Ocha, sebelum akhirnya sebuah suara menuntutnya untuk kembali bekerja dan meninggalkan teman-temannya. Setelah meminta izin ke Ryan dan Windy, Ocha pun beranjak pergi dan kembali bekerja.

Selepas kepergian Ocha, Ryan terlihat menghela napas gusar sebelum akhirnya mengambil secangkir kopi di hadapannya lalu meminumnya hingga tandas.

Terdengar kekehan kecil keluar dari mulut Windy, Ryan yang melihatnya langsung menaikkan satu alisnya.

"Kenapa lo?" tanya pria itu ketika gadis di hadapannya tak kunjung menyelesaikan kekehannya.

"Ian Ian..." panggil Windy membuat dahi Ryan semakin berkerut.

Terlihat Ryan mendecak kesal setelah mendengar perkataan yang keluar dari mulut manis Windy.

"Kalau lo suka, kejar dia."

°°°

"Gimana? Aman?" bisik gadis itu pada ponselnya yang sedang terhubung dengan seseorang yang jauh beberapa ratus meter darinya.

SEREINWhere stories live. Discover now