26

292K 31.8K 2.4K
                                    

Flashback on

Brakk..

Terlihat Windy yang baru saja membuka pintu kelas dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang keras, membuat suasana kelas yang tadi lumayan ribut kini menjadi hening seketika.

Semua mata tertuju ke arah Windy, tak terkecuali Ocha dan Ryan yang sedari tadi sedang membahas soal-soal untuk ulangan besok.

"Ocha!" Gadis itu terlihat berjalan menuju ke arah bangku Ocha lalu ketika sudah sampai di sana ia segera mendekatkan wajahnya ke telinga Ocha, berbisik di sana. Beberapa siswa berdecak kesal karena tak bisa ikut mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Windy membuat jarak ketika telah menyelesaikan perkataannya, sementara orang yang dibisiki hanya bisa bergeming di tempat duduknya.

"Cha!" panggil Windy ketika gadis itu tak kunjung merespon bisikannya. Namun gadis itu tetap diam.

"Cha! Back to earth!" panggil Windy kali ini ditambah guncangan di bahu Ocha, membuat gadis itu langsung sadar dan menatap wajah Windy.

"Serius?" tanya gadis itu ragu-ragu.

"Duarius," ucap Windy mantap.

Tanpa aba-aba Ocha berlari kecil keluar kelas lalu segera berjalan menuju ke kantin.

'Cha, tadi aku liat Langit dan Violet di kantin.'

Kata-kata Windy terngiang-ngiang di otak Ocha selama perjalanannya menuju ke kantin.

Langit dan Violet kini telah kembali, sejak beberapa bulan tak menunjukkan eksistensinya.

Kenapa 'dan Violet'? Yah memang, setelah mendapat info dari adik Langit—Qila, akhirnya Ocha tahu ternyata Violet ikut dengan keluarga Langit keluar kota untuk pergi berobat.

Sedikit—ahh tidak, banyak, banyak rasa cemburu yang tersimpan di dalam diri gadis itu. Kenapa keadaan pacarnya sendiri harus disembunyikan dari dirinya, sementara Violet dapat dengan mudahnya tahu bahkan ikut dengan keluarga Langit untuk pergi menemani Langit disana.

Salahkan Ocha, karena dirinya tidak disukai oleh Nadia—mama Langit, sehingga seluruh aksesnya untuk menghubungi Langit maupun Qila diputuskan secara sepihak oleh wanita tua itu..

Qila selalu berusaha mencari cara untuk menghubungi Ocha mengingat nomor gadis itu sudah dipatahkan oleh mamanya, Qila kesulitan mendapatkan kembali nomor pacar kakaknya itu.

Belum lagi kehadiran Violet semakin membuat Nadia membenci Ocha, tiap hari gadis licik itu tak henti mendoktrin Nadia dengan mengatakan bahwa Ocha ingin membunuh putra kesayangannya itu. Entah dengan menggunakan kata atau kalimat apa, tapi Nadia begitu mempercayai Violet.

Semua itu telah diceritakan oleh Qila, namun tepat satu bulan yang lalu, gadis itu berhenti mengabari Ocha tentang keadaan Langit, membuat Ocha kembali tak bisa beraktivitas dengan tenang.

Tapi hari ini Windy membawa kabar baik untuk dirinya, Langitnya kini kembali sehat dan sudah bersekolah seperti biasanya. Namun satu pertanyaan hingga di otak gadis itu, kalau memang Langit sudah sadar dan sudah sehat, kenapa pria itu sama sekali tak pernah mengabarinya?

Saat ini gadis itu sudah berada di depan pintu kantin,  mata gadis itu mulai memanas melihat Langit yang kini sudah berada di depan matanya. Walau hanya punggung pria itu yang terlihat, tapi gadis itu tak pernah lupa dengan punggung kokoh yang selalu melindunginya.

Pria itu terlihat sedang makan dengan Violet di sampingnya. Ocha maju beberapa langkah, sekitar dua meter di belakang mereka gadis itu berhenti.

Gadis itu terlihat menghela nafas sebelum akhirnya bersuara.

"Langit?" panggil gadis itu membuat dua orang yang sedang makan menoleh secara bersamaan, bertepatan dengan itu kini mata Ocha kembali berair, ingin rasanya ia berlari dan segera memeluk pria yang kini sangat ia rindukan. Pria di depannya benar-benar Langit, pria yang sudah dua bulan ia tak temui dan tak dengar kabarnya.

Namun Langit terlihat menaikkan satu alisnya lalu menatap Violet dengan tatapan bertanya. Violet terlihat tersenyum puas sebelum akhirnya meminum es tehnya lalu berdiri dan berjalan menuju ke arah Ocha.

Ocha hanya bisa mundur satu langkah ketika melihat Violet mendekat ke arahnya.
"Kak—" Belum sempat berbicara Violet lebih dahulu sudah mengisyaratkan gadis itu untuk diam.

"Shht... Diam, diam, diam," bisik gadis itu tepat di telinga Ocha. Perintah gadis itu seolah-olah mutlak dan tak dapat dibantah oleh adiknya.

Violet langsung menggenggam tangan Ocha dan membawa gadis itu ke depan Langit yang masih terlihat kebingungan.

Masih dengan senyum yang mengembang Violet menyodorkan tangan kanan Ocha ke depan.

Violet mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Ocha melebarkan matanya.

"Jadi Lang, kenalin ini Ocha, adik gue." Gadis itu menatap manis ke arah Langit.

Lalu tatapannya beralih ke arah Ocha. "Dan Cha, ini Langit..."

"...Pacar gue."

Flashback off
.
.
.

"Buat ingatan dia kembali Ryan."

Ocha menatap nanar pemandangan di luar sana, terlihat Violet yang membawakan handuk dan juga botol minuman untuk Langit yang telah menyelesaikan permainannya. Langit mendekat ke arah gadis itu lalu memerima botol minuman yang disodorkan oleh Violet, pria itu sibuk dengan minumannya sedangkan Violet dengan telaten mengusap keringat yang berada di dahi pria itu. Beberapa sorakan dan siulan dari temannya sampai di telinga Ocha, membuat gadis itu kembali merasakan sakit hati yang luar biasa.

Ocha hanya bisa menatap kosong kedepan sana, membuat hati Ryan kembali ikut teriris.

"Ocha?" panggil Ryan lirih. Ia menuntun kepala Ocha untuk menghadap ke arahnya dan tak melihat pemandangan menyakitkan di luar sana.

Ocha tak melawan, Ia hanya diam dan diam. Ryan membawa kedua tangan Ocha ke dalam genggamannya. Satu tetes air mata jatuh dari mata Ocha.

Pertahanan Ryan runtuh, dibawanya gadis itu ke dalam pelukannya. Membuat tangis gadis itu pecah disana. Untuk pertama kalinya Ocha menangis hebat sejak Langit datang kembali ke kehidupannya.

Gadis itu menyembunyikan kepalanya di lekukan leher Ryan mencoba mencari tempat teraman dan ternyaman untuk menumpahkan segala emosinya. Pria dan gadis itu berpelukan dengan sangat erat, dengan nafas memburu yang gadis itu coba tahan.

Usapan tangan Ryan di punggungnya begitu cepat, berharap bisa membuat Ocha baikan.

"Ryan," ucap Ocha begitu parau.

Ryan mengusap kepala Ocha lalu menepuk bahu gadis itu. "Hey..." katanya melerai pelukan.

"Sakit sekali," lirih Ocha menatap mata Ryan.

"Rasanya sakit sekali, Ryan." Ocha menepuk dadanya dengan tarikan nafas berat.

°°°
tbc.

Sampai bertemu beberapa hari kedepan.

SEREINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang