Takdir Pertama

88 7 4
                                    

*Happy Reading*

*Jangan lupa vote and comen*

○○○


        Hari yang sangat tidak dinantikan akan tiba. Besok tepat pernikahan Kila dan Arkan akan digelar di sebuah hotel ternama di Korea Selatan. Pernikahan ini mengharuskan Nata membuat senyuman palsu yang membungkus apik rasa sakit hatinya. Dia jauh-jauh dari Bandung datang ke Jakarta agar bisa berangkat bersama rombongan itu. Seperti takdir yang tidak menginginkan ia lebih patah hati maka takdir meminta semesta agar Nata melupakan tiket keberangkatannya.

"Maaf Ki. Tiketku tertinggal di Bandung. Nanti aku akan menyusul," ucapnya pada Kila.

"Dasar pelupa! Ya udah nggak papa. Tapi janji ya bakal nyusul?"

"Iya janji Ki."

Kila tersenyum hangat dan Nata masih berusaha menutupi rasa sakit hatinya. Nata sada jika dirinya dan Kila hanya sebatas sahabat. Dan Arkan adalah orang yang dicintai Kila. Rombongan itu meninggalkan Nata dan menuju pesawat yang akan berangkat 5 menit lagi.

"Bro jangan lupa menyusul!" teriak Arkan tiba-tiba yang membuat Nata melupakan lamunannya.

Dia memberi tanda jempol pada Arkan dan sedikit senyuman menghiasi bibir tipisnya. Setelah mereka menghilang dari pandangannya ia berbalik. Membeli tiket kembali dan menunggu keberangkatannya setelah isya' nanti. Nata kembali ke sebuah bangku yang tak jauh dari tempatnya tadi. Masih empat jam lagi lalu apa yang harus dia lakukan untuk mengusir kejenuhan ini? Meratapi patah hati?

Ia membuka buku Distilasi Alkena karya Wira Nagara yang ia pinjam dari temannya. Mungkin buku ini bisa membuatnya patah hati kembali. Jika diibaratkan adonan maka patah hati ini sudah pas apabila membaca buku itu. Ya, walau ceritanya sedikit berbeda. Selama hampir satu jam ia membaca buku itu dengan tenang. Ia lalu menutup bukunya dan berjalan mencari mushola untuk sholat ashar.

Selesainya sholat ashar membuat hatinya lebih tenang. Ia kembali lagi duduk di bangku itu. Sambil membaca itu kembali. Menikmati lagu-lagu patah hati kembali. Dia harus berpikir positif tapi otaknya tak berhenti berfikir kemungkinan-kemungkinan yang tidak akan pernah terjadi. Dalam otaknya terlintas cara menggagalkan pernikahan Kila tapi ditepis begitu saja. Kata orang jika melihat orang yang kamu cintai bahagia maka kamu akan ikut bahagia. Tapi apakah akan selalu bahagia jika orang yang kamu cintai tidak bahagia denganmu?

Bolehkan sekali lagi Nata egois. Ini kesalahan masa lalu. Dimana ia mengenalkan Arkan teman satu klub-nya pada Kila. Dia hanya beradai-andai. Penyesalan selalu ada di akhir cerita. Begitu katanya. Untuk membuka hati sepertinya tidak mungkin. Hatinya terlalu hancur untuk ditempati kembali. Mungkin suatu saat nanti. Semoga saja.

Brak.

Ia melihat seorang gadis menaruh koper berwarna hitam tepat di samping Nata. Tentu saja Nata terlonjak kaget begitu pula gadis itu. Aneh. Itu pikir Nata. Dia yang melempar dia juga yang kaget. Gadis dengan balutan jilbab merah jambu itu tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Bangsat memang," umpat gadis itu.

"Iya sih namanya Satria tapi nggak usah bangsat kali. Bisa-bisanya ia memintaku ke sana. Nggak tahu aja ini hati lagi patah. Huh. Kenapa harus sih? Kenapa nggak di Jakarta aja nikahnya? Gak tahu aja ini jiwa raga lagi capek," gerutu gadis itu yang membuat Nata risih.

"Kasihan jodohnya nanti. Amit-amit jabang bayi," batin Nata sambil mengelus perut dan memukul kepalanya.

"Mas kenapa?" tanyanya pada Nata yang diam dan tidak melanjutkan kegiatan mengelus perutnya.

Aku Kamu dan Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang