Epilog

29 12 0
                                    

Aku mencapai akhir. Hal-hal mengambil waktu dengan cepat. Hidup tanpa memiliki kekuatan. Berpura-pura tidak mengetahui apapun walaupun kebenaran bahwa mata melihat dan hati merasakan. Bersembunyi di bawah nauangan kota mimpi milik sang iblis. Tetapi itu adalah takdir ke dalam muka tak terselubung siapapun. Aku melihat tanda bukan milikku. Sebuah tanda yang indah dan bermartabat menandakan cinta dan kehidupan ketika aku mencoba keluar dari dalam sana.

Pada awalnya aku  melukis gunung setelah pembukaan yang begitu indah dan tak terjelaskan. Perlahan-lahan dengan pena jiwaku melukiskan peta yang mulai tertutup dengan jerat dunia dan isinya. Hadiah terakhir yang diharapkan menjadi penerang jalan mengikuti peta, berbalik menjadi hal berharga yang membingungkan. Seakan-akan merupakan hadiah yang bukan milikku. Seperti membuka kotak pandora. Terlarang, gelap, tetapi indah dan memabukan.

Dengan sarkasme yang sulit dipahami dan diterima, dunia terasa menindasku. Dia yang akhirnya pergi dan menjadi kenangan di dalam ingatan. Meninggalkan sejuta rasa. Tidak sadar bahwa kenyataan dan kebenaran menghimpit dan menekanku. Semua hal dengan cahaya gelap, jatuh seperti hujan tepat menghujam kepalaku. Membasahi seluruh tubuhku dengan rasa pahit yang bahkan lebih pahit dari kegelapan dan rasa pahit itu sendiri. Kecupan iblis, begitu dunia menamainya. Hujaman itu membuatku semakin menjauh dari kebenaran dan kenyataan yang awalnya, walaupun menyakitkan, tetap menjadi pegangan dantempatku bertahan dan berpijak.

Tetapi sia-sia. Aku semakin jauh tenggelam. Dan akhirnya aku terseret masuk kedalam kota mimpi. Kota yang jauh dari kebenaran. Di sana semua hal untukku. Dan hanya untukku. Aku terikat. Aku seperti memiliki sebuah hak kepemilikan mutlak yang tidak akan pernah lepas. Di sana semua gelap dan terasa salah. Tetapi seperti menjalani takdir. Sekali lagi aku terikat di dunia yang memabukan seperti wiski. Membakar dan menghanyutkan jiwa. Semua yang terbayang di dalam otakku, yang mustahil dilakukan di dalam dunia yang penuh kebenaran yang sarkasme, menjadi nyata di sini. Semua jawaban yang tidak bisa kudapatkan di sana dapat kutemukan di sini. Hingga muncul bayangan misterius, Gantara. Bayangan mimpi dari kota mimpi.

Penutupan dengan sebuah tanda tanya besar. Tidak semua teori bisa dipaparkan. Tidak semua masalah bisa dan dapat dipecahkan. Peta jiwaku masih terus melukis dan bersamaan masih terus tertutup walaupun lebih pelan daripada ketika melukis. Memperlihatkan wilayah- wilayah dari bagian diriku yang tidak pernah terungkap.

Selanjutnya, peta jiwaku akan menjadi setengah kegelapan dan menjadi bagiannya. Ini belum berakhir. Kota mimpi bukan penyelesaian akhir.

MAP OF THE SOUL: City of Dream (END)Where stories live. Discover now