Setelah Aksi

571 35 8
                                    

Setelah aksi beberapa hari yang lalu mulai dari tanggal 24 september, 30 September, 16 Oktober, sampai tanggal 21 Oktober. Ini gak akan aku ceritakan akan memakan waktu dan kasihan authornya.

Persiapan aksi cukup melelahkan buatku. Tapi yang paling melelahkan buatku sendiri ya tanggal 24 september, gara gara aksi tanggal itu banyak korban berjatuhan termasuk aku sendiri.

Gas air mata yg masuk ke mataku waktu itu membuat mata iritasi dan ada beberapa masalah lainnya yg menyebabkan aku harus berkacamata lagi.

Dulu saat awal masuk SMK aku udh berhasil terlepas dari yang namanya kacamata sekarang harus memakainya lagi. Menyebalkan memang tapi mau gimana lagi.

Sekarang tanggal 28 Oktober, bertepatan dengan hari sumpah pemuda yang ke 91, aku dan kawan kawan kembali turun ke jalan melakukan Karnaval Demokrasi dan panggung rakyat.

Kita kumpul di bundaran UGM jam 2 siang nanti dan panggung rakyatnya di tugu pal putih dari jam 4 sore sampai 9 malam. Buat yang mau berkontribusi dalam karnaval demokrasi dan panggung rakyat, kalian bisa menyalurkan kreativitas kalian dengan musik, membaca puisi dan lain sebagainya.

Dan seperti biasa, akan ada oknum oknum yg menyebar hoaks seperti aksi yang lalu lalu. Ada mengirim SMS yang isinya kl karnaval hari ini dibatalkan karena ditunggangi oleh HTI.

Hoaks nya gak bermutu kl menurutku, bikin hoaks yang berkelas dikit kek wkwk.

Buat kalian yg ngefollow kak Fathur pasti lihat story kak Fathur tentang SMS itu. Jadi gak usah aku jelasin panjang lebar kali tinggi kaya rumus menghitung volume balok.

"Dek?" panggil seseorang dari belakangku, kl dari suara kayaknya aku kenal siapa yah?

"Waalaikumsalam bang." ucapku saat melihat kebelakang yg ternyata bang Farid. Oh ya setelah ini kalian jangan ketawa sama panggilan buat aku yg dikasih sama abang tingkat ku yg nyebelin ini.

"hehehe Assalamualaikum yan." ucapnya sambil garuk garuk tengkuk nya

"Waalaikumsalam bang, bisa gak sih sehari gitu gak manggil aku Yani. Pakai panggilan normal bisa gak? Kayak Nia atau Nisa gitu jangan Yani lah bang malu lah." rengek ku. Sebel gak sih nama bagus bagus di panggil Yani, dah gitu kadang di jadiin plesetan sama anak farma yang lain. Mau tau apa plesetannya, kalian tau film ny Roma irama kan? Kenal Ani? Nah bisa diledekin gitu deh. Ku harap kalian mengerti maksudku.

"Ya ngapain malu juga, jalan jalan ke Sunmorn pake celana pendek aja gak malu." kalian tau sunmorn? Itu loh yg kaya semacam pasar setiap minggu pagi yg ada di lingkungan  UGM.

Mulutnya bang Farid emang begitu. Gak bisa dijaga, kadang bisa lebih lemes dari madam ghibah di kelasku.

"Your mouth 'a." ucapku sambil menepuk bibir bang Farid dengan tempat pensil yang sedang ku pegang.

"Sakit tau, jangan suka asal mukul deh. Gak jadi idaman kamu Yan." ucapnya sambil misuh misuh setelahnya.

"Bodo amat bang, lagi pula abang bukan levelku. Levelku itu seenggaknya kaya kak Fathur gitu pinter ngaji, bukan kaya abang bisanya cuma ngebacot di Twitter dah gitu gak mutu lagi. Hahahahaha." ucapku dengan bahagianya mentertawakan bang Farid wkwkwk.

"Eh gini gini juga abang bisa bela diri tau. Emangnya kamu yg ketemu kecoa terbang aja lari. Hahahah." ucapnya gantian mentertawakan aku. Okelah kl begini.

Aku sama bang Farid akhirnya adu bacot sampai adhira teriak teriak, anak BEM suruh cepet kumpul.

Jangan pikir aku ada hubungan spesial sama bang Farid. Udah Biasa lah becanda soalnya aku sama bang Farid udah kaya adik kakak, ini bukan kakak-adik zone loh.

Soalnya aku juga punya pacar, dia ada di Tegal. Kuliah di UPS anak FE(fakultas Ekonomi). Jadi aku sama pacarku itu LDR, jarang ketemu, ya iyalah -_-

Dan alhamdulillahnya dia pengertian dan gak terlalu cemburuan soalnya dia tau, aku dekat sama laki laki cuma sebatas teman itu juga gara gara organisasi.

Aku juga coba ngertiin dia, soalnya dia juga punya beberapa teman perempuan. Selama dia bisa jaga hati itu gak masalah buatku, intinya saling percaya dan jaga komitmen aja.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
TBC
Part yang ini habis aku revisi ulang, soalnya gimana gitu ceritanya.

Agnia Divyanisa Where stories live. Discover now