Sadar

298 20 0
                                    

Hampir dua bulan aku terbaring di ranjang pesakitan. Yap aku koma selama itu.

Benturan yang cukup keras pada kepalaku membuatku harus koma selama itu. Selain itu, aku juga mengalami fraktur tertutup pada beberapa titik yang mengharuskanku sering sering menyambangi fisioterapi.

"Assalamualaikum auntie." Ucap anaknya Kak Hafiz yang baru berumur 2 tahun, setengah berteriak. Eh aku udah bilang belum sih, kalau kak Hafiz punya dua peri kecil  yang bungsu masih bayi dan yang sulung baru berumur 2 tahun.

"Waalaikumsalam peri kecilku." ucapku sambil tersenyum

Naura, putri sulung kak Hafiz ini langsung memelukku (dengan bantuan kak Hafiz untuk naik ke ranjangku).

"Naula, kangen auntie." Ucapnya dengan suara yang menggemaskan terlebih dia belum bisa melafalkan huruf 'r'  dengan sempurna.

"Auntie juga kangen Naura, ada cerita apa hari ini?" Ucapku sembari menoel-noel pipi tembab Naura.

Setelah aku bertanya demikian, mulut mungil Naura langsung tak bisa diam. Dia menceritakan banyak hal, termasuk saat dia merengek-rengek pada Papahnya untuk dibelikan permen loli tapi tidak boleh.

"Iya? Papah jahat ya?"

"Ndak, soalnya tadi papah bilang kalau makan pelmen nanti gigi Naula jadi jelek, jadi Naula nulut sama papah ndak makan pelmen." Ucap Naura yang menurutku berbelit-belit sekali haha. 

Entahlah berapa lama aku bermain main dengan Naura, sampai aku dan Naura sama sama terlelap dengan posisi Naura didekapanku. 

"Naura yuk pul-" Ucap mbak Nis terhenti saat melihat Naura tertidur nyenyak di dekapanku.

"Syutt, biar Naura di sini dulu mbak. Kasian kalau bangun nanti, nyenyak banget tidurnya." Ucapku dengan suara lirih, agar peri kecil yang didekapanku ini tak terbangun.

"Tapi udah sore dik, kamu juga butuh istirahat. Sini biar Naura sama mbak, nanti sehabis maghrib katanya si Adhira mau ke sini." Ucap mbak Nis, memindahkan Naura dari dekapanku kedekapannya.

"Mas Dharma ndak ke sini mbak?" Tanyaku, jujur aku rindu padanya. Sejak aku siuman 5 hari yang lalu dia belum sekalipun menjengukku jangankan menjenguk kabarnya pun belum terdengar.

"Ntah dik, belum ada kabar. Sudah dulu ya, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam Warahmatullah."

***

Tepat jam 18.30 alias selepas maghrib. Adhira menyambangiku, aku rindu dia makhluk cerewet yang sudah kukenal sejak menjadi maba.

"Assalamualaikum Nia." Ucap Adhira dengan mata yang berbinar

"Waalaikumsalam Ra."

"Niaa, gue kangen sama lu. Gila aja lu dua bulan gak bangun dari tidur nyenyak lu itu. Lu udah ngingkarin janji lu." Ucap Adhira memelukku dengan air mata yang membanjiri pipi. Ah Adhira mendramatisir keadaan saja.

"Maaf Dhira, aku juga kangen kamu." Hanya itu yang sanggup kukatakan, suaraku tercekat di tenggorokan. Dan air mata pun turut membanjiri pipiku.

"Udah stop jangan nangis lagi Nia, gue cuma pengin ngeliat senyum lu bukan air mata. Setelah dua bulan suram tanpa ada cahaya yang asalnya dari senyum lu itu." Ucap Adhira menghapus air mataku dengan kedua ibu jarinya. Dia kembali mendekapku dan berbisik, "Gue rindu banget sama lu, banget nget. Please jangan buat gue khawatir lagi"

Ah selain makhluk yang cerewet dia juga melankolis ternyata. Aku rasa dia terlalu sering dijejali drama korea.

Membalas pelukannya. "Aku lebih rindu, maaf untuk kekhawatiranmu."

Kami berdua larut dalam nostalgia semasa kuliah. Hingga akhirnya aku bertanya soal pengajuannya.

"Semua beres, tinggal akad dan resepsi. Ah iya ini undangan buat lu, semoga lu bisa dateng dan satu lagi cepet nyusul ok." Ucapnya menyerahkan undangan pernikahannya, eh bentar ini undangan apa karya tulis ilmiah? Ada segala pendahuluan, kata pengantar.

Saatku bertanya tentang bentuk undangannya kok begini. Adhira cuma terkenal dan bilang 'Ini rahasia Nona'

Aku butuhnya jawaban bukan teka teki, dasar sok misterius sekali Adhira ini.

"Eh btw, Dharma dah jengguk lu?"

Hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Tuh orang gak tau apa gak peduli sih? Udah lu kabarin belum?"

"Udah tapi hasilnya nihil nomernya udah gak aktif. Udahlah Ra, aku gak mau bahas ini."

"Oh oke lah."

Entah seberapa lama kami berbincang kesana kemari tahu-tahu sudah jam 9 malam yang artinya adhira harus pulang.

Cepika-cepiki mengakhiri pertemuan kali ini.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
TBC
Setelah menghilang cukup lama hehehe.

Bye 👋

Agnia Divyanisa Where stories live. Discover now