Akhir

781 25 11
                                    

Waktu berputar begitu cepat. Sudah satu tahun terhitung umur pernikahanku dengan Mas Fathur. Semua baik-baik saja, entah aku yang merasa sehat atau tubuhku sudah berangsur membaik.

Hari ini aku ke rumah sakit untuk kesekian kalinya dengan didampingi mas Fathur.

---

Hasil pemeriksaan hari ini cukup menguras air mataku. Ya aku menangis tapi bukan kesedihan melainkan tangis haru. Aku sudah sembuh, ya sudah tak ada lagi sel sel yang menggerogotiku semacam waktu itu.

Padahal pemeriksaan sebelumnya kanker rahim yang kudera sudah hampir memasuki stadium akhir. Tapi semua bisa saja terjadi atas kehendakNya. Aku bersyukur atas nikmat yang telah Dia berikan ini.

Setelah puas menangis, aku dan mas Fathur pulang ke rumah kami yang letaknya tak jauh dari rumah kak Hafiz. Kami berdua segera memberitahu kabar bahagia ini kepada keluarga besar baik keluarga yang di Tegal ataupun di Palembang tak lupa pula para sahabat baik aku ataupun mas Fathur.

Satu titik terang bagi keluarga kecilku dan mas Fathur.

♡♡♡

Satu tahun kemudian...

Beberapa hari ini perutku terasa mual sekali. Bahkan pagi ini setelah sarapan aku, memuntahkan semua isi perutku.

Lemas sekali rasanya. Sampai akhirnya mas Fathur menyuruhku cek ke dokter.

"Ndak usahlah mas. Paling cuma masuk angin."Ucapku mengindahkan perkataan mas Fathur. Dan melenggang pergi ke kamar mandi lagi, untuk muntah.

Setelah muntah.

"Mas?" Ucapku pada mas Fathur yang tengah bersiap-siap memakai kemejanya.

"Iya sayang."

"Pengin soto Betawi deh mas, beliin ya?" Ucapku dengan wajah memelas. Please jangan dibayangkan.

"Tumben minta soto betawi sih? Jangan jangan.." Ucap mas Fathur yang cukup ambigu.

"Jangan-jangan apa? Ish pokoknya pulang nanti beliin titik gak pake koma." Rajukku dengan menyilangkan kedua tangan di dada.

"Iya iya sayangku. Mas berangkat dulu ya."Ucap mas Fathur mencium pucuk kepalaku dan aku mencium punggung tangannya.

"Pulang bawa soto betawi loh."

--
Sore harinya mas Fathur benar benar membawakanku soto Betawi.

Baru satu sendok, perutku langsung bereaksi. Muntah lagi.

"Dik, mas curiga deh. Besok ikut mas cek ke dokter, harus mau!" Ucap mas Fathur setelah aku keluar dari kamar mandi.

"Ish gak mau mas, Nia muak nyium bau rumah sakit." Tolakku.

"Gak ada penolakan sayang, nurut sama suami."

"Iya iya." Ucapku langsung masuk kamar. Rasanya malas memakan soto itu lagi, biar mas Fathur saja yang menghabiskan.

***

Pagi ini mas Fathur benar benar menyeretku ke rumah sakit.

'Huaaa bunda, Nia benci rumah sakittt' Batin berteriak demikian.

Agnia Divyanisa Where stories live. Discover now