一個承諾 [ZilFre]

1.3K 66 117
                                    

Malam berselimutkan pelita kejora di langit, bumi tengah terlelap meskipun penghuninya selalu terjaga. Dunia sedang tidak damai. Perang selalu terjadi di seluruh negara dan banyak korban yang berjatuhan.

Terutama prajurit-prajurit yang berjuang demi hak mereka. Mereka rela memasang badan mereka demi melindungi tempat tinggal, keluarga juga orang-orang yang mereka cintai.

Bulan purnama sedang bersinar terang dari tempatnya bersantai dengan secangkir teh kamomil hangat. Seorang gadis dengan zithernya sedang memainkan benda tersebut, memetik menjadi tangga nada yang lembut hingga penghuni kuil miliknya merasa nyaman.

"Padahal aku baru saja mengajarimu memainkannya, sepertinya kau bisa langsung menguasainya dengan baik ya."

Masih dengan zither di hadapannya, ia melihat seseorang hadir di taman kolam miliknya. Orang itu sedang tersenyum dengan baju zirahnya, armor kepala miliknya berada di rangkulan tangannya sambil mendekati sang gadis.

"Kau tahu, aku benci jika halaman kuilku kotor." Freya menggumam masih memetik zithernya malas, tetapi tetap terdengar sejuk didengar.

"Bagaimana bisa kau masih memedulikan itu?"

Yun Zhao, duduk di hadapannya, dengan cengiran tengilnya meletakkan helmet di sisinya. Dia sama sekali tidak memedulikan ucapan Freya bahwa gadis itu menyindir baju zirahnya yang kotor.

Mendadak Freya merasakan penyesalan teramat besar karena telah menyelamatkan ksatria ini. Seharusnya ia tinggalkan saja lelaki ini di medan perang dan membiarkannya mati. Semakin lama sikap lelaki ini membuatnya gatal ingin memarahinya. Sebab, ini bukan pertama kalinya Yun Zhao menghadiri kuilnya dalam keadaan kotor bekas perang.

Freya memilih tidak menjawab pertanyaannya. Keinginannya memetik zither pemberian Yun Zhao pun dihentikannya karena merasa kesal.

"Ah, dasar sensitif." Yun Zhao segera menyadari perasaan Freya ketika lantunan zither itu terhenti."Kau seharusnya merasa terhormat karena kuil mengerikanmu telah kukunjungi."

"Aku tidak memintamu berkunjung." Perasaan sang dewi berubah memburuk karena kuilnya dilihat seperti itu. Bagi Freya, kuil miliknya masih bisa dilihat normal dan tidak terlihat mengerikan.

Mungkin Yun Zhao sempat mengalami cidera mata saat berperang. Freya segera mengiyakan perkataan itu di dalam hatinya sambil beranjak masuk ke dalam kuilnya.

"Jangan masuk dulu, hari ini bulannya indah." Yun Zhao menahan tangannya seraya tersenyum meminta maaf."Aku tidak suka melihatnya sendirian."

Freya harus menghukum Kaja karena telah berani melalaikan tugasnya gagal menjemput arwah prajurit yang telah mati sedang tersesat. Kelalaiannya itu mengakibatkan Freya segera turun ke medan perang mencari arwah tersebut dan menemukan Yun Zhao yang sekarat.

Mungkin saat itu pikiran Freya sempat dikutuk untuk berbaik hati pada manusia sehingga tanpa pikir panjang, ia menolong ksatria yang merupakan anak didik dari sang Great Dragon. Yun Zhao. Hingga berakhirlah pria itu seringkali mengunjunginya ketika tahu bahwa Freya merupakan sang dewi, yang tugasnya menjemput dan mengantarkan arwah-arwah tenang melalui jembatan yang melintasi sungai akhirat.

Kini pria yang telah ia selamatkan itu tengah memohonnya dengan iris mata kecoklatannya yang sulit Freya tolak. Gadis itu memilih menurunkan egonya demi memenuhi permintaan Yun Zhao. Pria itu sendiri sekarang telah tersenyum lebar karena Freya sama sekali tidak menolaknya.

"Kau tahu? Aku punya misi di dunia ini sebagai manusia." Yun Zhao memandangi bulan penuh di langit menyinari bumi bersama Freya disisinya.

"Misi?" tanya Freya cukup penasaran.

Oneshots [MLBB Fanfiction]Where stories live. Discover now