Tonight

4.6K 431 0
                                    

Lisa mengerjapkan mata beberapa kali. Sedikit memijit keningnya yang terasa pusing, terbangun tiba-tiba karna gerakan orang disampingnya yang gelisah. Ia melirik jam besar di kamar itu yang masih menunjukkan pukul 15.40, yang artinya dia hanya tertidur kurang lebih selama 1 jam sejak mengikuti Chaeyoung yang tertidur saat mengobati lukanya.

"Chaeng-ah bangun," Lisa menepuk pelan pipi Chaeyoung yang terlihat gelisah dalam tidurnya, hal itulah yang membuat Lisa terbangun karna sedikit terusik dengan gerakan dan suara nafas memburu milik Chaeyoung, Lisa seketika gusar melihat banyaknya butiran keringat yang bersarang didahi dan leher Chaeyoung, bahkan beberapa helai rambut menempel disekitaran wajah yang kini terlihat pucat itu.

"Chaeyoungie.." Panggilan itu tak juga membuat Chaeyoung membuka mata.

Lisa buru-buru memeluk Chaeyoung, berharap pelukannya dapat menenangkankan tidur Chaeyoung yang semakin gelisah. Beberapa saat dapat ia rasakan nafas memburu Chaeyoung sedikit mulai berkurang. Lisa bersyukur pelukannya masih ampuh membuat Chaeyoung merasa aman dan tenang.

"Chaeyoung-aa," Akhirnya pada panggilan ketiga, mata coklat itu perlahan terbuka meski sayu.

"Kak Jisoo ada dimana? Dia baik-baik saja kan?" Suara serak Chaeyoung dan matanya yang memerah membuat Lisa semakin khawatir.

"Tenanglah Chaeng, dia ada dikamarnya dan baik-baik saja. Kau yang sedang tidak baik-baik saja, apa mimpimu begitu buruk, huh?"

Lisa menyinggirkan helaian rambut yang menempel, menyapu keringat yang berada didahinya dengan tangannya yang bebas. Semakin prihatin melihat muka pucat Chaeyoung.

"Li-sa," Setelah itu suara isakan Chaeyoung memenuhi pendengarannya, direngkuhnya tubuh Chaeyoung yang bergetar hebat.

"Sssstt tenanglah, aku ada disini. Tidak akan ada yang bisa menyakitimu lagi sekarang. Aku berjanji." Lisa semakin memperdalam pelukannya sembari tangannya terus mengusap lembut punggung dan kepala Chaeyoung.

.
.

Lisa memberi tahu keadaan Chaeyoung ketika ia hendak mengambil baskom dan air hangat untuk mengompres Chaeyoung lalu mendapati kedua kakaknya itu sedang menonton televisi berdua disofa ruang tengah. Jennie lah paling panik dan lantas langsung melompat dari sofa dan segera berlari ketempat dimana Chaeyoung berada.

" Langsung kompres saja nanti, atau apa perlu aku menelpon dokter Kim sekarang?" Tanya Jisoo yang tak kalah khawatir namun ia berusaha untuk tetap tenang.

"Aku rasa tidak perlu dulu kak, Chaeyoung hanya demam biasa, jika besok sore tidak ada perkembangan baru lah kita membawanya ke dokter." Lisa dengan lancar menjawab, bisa gawat jika kakaknya tahu dan melihat tubuh Chaeyoung yang lebam dibeberapa tempat. Lisa benar-benar menepati janjinya.

Jadilah malam ini Jisoo yang menjaga Chaeyoung. Dipandanginya adiknya itu yang telah dibaluti oleh selimut tebal.

"Unnie, jangan melihatku seperti itu." Jisoo yang duduk dipinggir ranjang adiknya itu langsung mengacak gemas rambut pirang Chaeyoung.

"Memangnya aku salah melihat adikku sendiri?"

"Aku tau maksud tatapanmu itu, ini bukan salahmu jika aku jatuh sakit. Maaf aku me-- aduh!" Chaeyoung meringis ketika sebuah jentikan dari jari panjang Jisoo menyentuh dahinya.

"Apa yang sedang kau bicarakan Rosie, aish dasar anak ini." Jisoo semakin mengacak rambut adiknya itu, lalu ikut berbaring disampingnya, dengan posisi keduanya saling berhadapan. Jisoo kemudian menyentuh wajah Chaeyoung dengan sebelah tangannya dan mengusap-usap pipi chipmunknya yang sudah mulai berkurang.

"Lihatlah, pipimu bahkan langsung menyusut karna kau tidak menghabiskan makananmu tadi." Jisoo tertawa ketika didengernya adiknya yang merutuk.

"Lebih baik aku tidur sendiri saja, kak. Kau menyebalkan sekali." Ujar Chaeyoung dengan wajah yang masam.

Serene Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang