Only time

2.3K 307 16
                                    

Vote dulu yuks
.
.
Pikiran Irene melayang kembali pada saat terakhir ia bertemu Chaeyoung.

Ketika bawahannya mengatakan detak jantungnya masih terasa, Irene segera menyuruh mereka cepat membawanya ke rumah sakit agar cepat mendapatkan pertolongan karna bagaimanapun sekali lagi ia tekankan Chaeyoung bukanlah tujuan utamanya.

Dengan catatan terserah bawahannya menyebut kejadian apa yang menimpa Chaeyoung jangan pernah membawa dirinya masuk ke dalam kejadiaan itu.

Bagaimanapun Irene merasa dirinya masih memiliki hati untuk melihat keadaan Chaeyoung, malamnya ia memutuskan mengecek keadaan Chaeyoung namun yang ia dapatkan hanyalah kabar bahwa Chaeyoung telah dibawa pergi oleh orang tuanya untuk dirawat jalan.

Ia sendiri tidak tau bagaimana bisa orang tua Chaeyoung tau namun mengingat kekuasaan yang dimiliki serta Rumah Sakit tempat dimana Chaeyoung dibawa, Irene tidak terlalu kaget.

Awalnya ia takut kalau sampai hal ini terkuak, lalu ia menjadi tersangka dan dendamnya tidak jadi terbalaskan. Namun nyatanya sampai saat ini ia begitu bebas berkeliaran dan menunda rencana awalnya sampai ia melihat Chaeyoung kembali, keinginan itu muncul lagi.

"Kali ini kau tidak akan lolos, Kim. Tunggulah kehancuranmu." Ujarnya dengan marah yang tertahan sembari menatap rumah mewah yang terkesan sepi itu.

.
.

Wendy telah berdiri di luar rumah kediaman Kim bersaudara itu, iya telah membulatkan tekatnya untuk segera membeberkan semua kebusukan orang tua mereka akan apa saja yang telah mereka lakukan pada Chaeyoung.

Dengan sedikit bantuan Irene untuk meminta alamat rumah Jisoo.

Wendy beralasan waktu itu Jisoo pernah hampir menjadi adik tingakatnya ditempat ia kuliah sekarang namun tidak jadi karna suatu alasan tertentu, Wendy mengatakan bahwa ia sangat senang waktu itu karna ada yang berasal sama dari tempatnya. Wendy juga bercerita ia beberapa kali telah bertukar pesan dengan Jisoo tetapi setelah Jisoo memutuskan tidak jadi mengambil kuliahnya itu Jisoo juga ikut menghilang.

Jadi ia ingin melihat Jisoo aslinya bagaimana dan mengingat Irene dan Jisoo pernah berada di satu sekolah yang sama jadi ia meminta bantuan Irene akan hal itu. Maka disinilah ia sekarang.

.
.

Chaeyoung menatap langit kamar Wendy dengan perasaan tak karuan. Pertemuannya dengan Lisa dan Irene beberapa hari yang lalu meninggalkan luka yang dalam di hatinya.

Sangat jelas ia begitu merindukan saudaranya itu bahkan sangat namun bukan berarti mereka harus bertemu juga, karna itu sama saja membuatnya semakin membenci keputusannya saat itu.

Ia hanya belum siap jika ia benar-benar ditolak kehadirannya. Pikiran buruk terus menghantuinya sepanjang hari.

Bukannya Chaeyoung tidak merasa lelah, hanya saja ia tidak tau harus memulai dari mana. Rasa penyesalan semakin dalam ia rasakan saat dirinya menolak kesempatan yang ditawarkan Lisa.

"Kenapa aku tidak mati saja dari pada membuat semua orang terluka karna kehadiranku."

"Apa yang harus aku lakukan?" Bisiknya lirih pada angin. Sampai akhirnya ia tersadar ia tak mungkin terus menghindar, ia tidak apa jika harus dibenci namun tidak dengan kesalah pahaman yang telah ia ciptakan.

Chaeyoung dengan keadaannya yang kurang sehat memaksakan diri untuk bangkit. Keputusan yang mendadak tanpa persiapan apapun. Ia hanya ingin meluruskan tentang keputusannya pada saudara-saudaranya itu.
.
.

Jisoo menatap aneh perempuan asing di depannya yang memperkenalkan dirinya sebagai Wendy..

Tentu saja Jisoo sempat menolak jika ia mengenal gadis berambut pirang ini namun ketika gadis itu menyebutkan nama orang yang ia benci ia mengurungkan niatnya.

Melihat gadis itu berkata bahwa Chaeyoung dalam masa tersulitnya hatinya tergelitik untuk mengetahui lebih lanjut tentang keadaannya.

Hati kecilnya masih tersisa untuk peduli pada salah satu adik bungsunya tersebut.

"Aku sungguh tidak bermaksud untuk merusak kebahagian keluargamu yang sekarang. Tapi aku juga tidak bisa tinggal diam melihat salah satu keluargamu menjadi orang pesakitan di luar sana."

"Itu pilihannya, biarkan ia menanggung pilihannya tersebut." Ada amarah yang mengahantam perasaan Wendy dengan perkataan Jisoo teresebut.

"ITU SEMUA KARNA PAKSAAN DARI ORANG TUAMU SIALAN." Wendy sudah mencoba tenang namun mendengar perkataan Jisoo yang kelewat tenang dan terkesan dingin serta tidak peduli. Ia begitu marah.

"Apa maksudmu? Bukankan sudah jelas jika dia yang menginginkan untuk pergi tanpa sepatah kata pun? Kenapa kau membawa orang tuaku, bukankah sudah jelas orang tuaku mendukung setiap keputusan anak-anaknya begitu juga dengan keinginan adik sialanku itu, orang tuaku mengabulkannya." Jisoo tentu saja tidak terima orang tuanya yang sangat ia banggakan dan hormati itu menjadi alasan Wendy untuk menarik simpatinya dengan keadaan Chaeyoung yang sudah begitu egois.

"Dengarkan aku Jisoo, setelahnya terserah padamu. Apa kau pernah melihat orang tuamu membanggakan Chaeyoung sekali saja di depan kalian? Apa kau pernah mendegar pujian tulus yang dilayangkan orang tuamu padanya? Apa kau pernah tau alasan tangisan kesakitannya saat malam hari itu disebabkan oleh siapa? Bukankah beberapa kali ia pernah menangis, menahan sesaknya dihadapanmu? Chaeyoung hanya terlalu menyangi kalian, ia tidak ingin citra orang yang kelian kagumi itu rusak hanya karna dia. Memangnya kalian akan percaya begitu saja padanya?"

Wendy menjeda sejenak perkatannya. Ia bahkan ingin menangis sekarang mengingat aduan Chaeyoung padanya dengan tangis kesakitannya setiap waktu.

"Tentu saja pasti kalian akan menyebutnya mengada-ada. Chaeyoung di luar sana begitu menyedihkan. Cobalah buka pemikiran kalian, ketika kalian setiap hari dapat menguatkan satu sama lain. Ia harus berjuang sendiri agat tetap memiliki motivasi untuk melanjutkan hidup yang setiap harinya yang ia rasakan semakin menyedihkan." Air mata akhirnya mengalir dari pelupuk mata Wendy, bahkan hanya menceritakan kebenarannya saja membuatnya pedih bagamainan dengan Chaeyoung yang harus menjalaninya?

Keduanya terdiam, Jisoo yang mengeraskan hatinya agar tidak percaya begitu saja pada gadis asing di depannya ini. Tentu bisa saja bukan orang dihadapannya ini adalah musuh bisnis orang tuanya? Lalu ia menghancurkan keluarganya dimulai dengan bualan kosong seperti sekarang.

Demi apupun Jisoo bersumpah tidak akan termakan bualan ini meski diawal ia sedikit ragu karna orang di depannya tau persis tentang permasalahannya dengan Chaeyoung.

"Sudah cukup, sekarang keluarlah. Terima kasih atas penjelasan omong kosongmu itu."

Wendy mengepalkan tangannya kuat. Ia sekarang mengerti mengapa Chaeyoung begitu keras kepala untuk menutupi ini semua.

Di tengah ketegangan itu, dengan suara pintu yang terbuka mengalihkan pandangan semua orang yang ada disana.

Sebetunya Jennie dan Lisa sudah lumayan lama berada disana, keduanya penasaran dengan keributan yang terjadi di rumah mereka. Dan akhirnya memilih untuk bungkam saja setelah mengetahui permasalahannya. Mereka percaya pada kakak tertuanya itu untuk menyelesaikannya.

Lisa ingin sekali ikut menyuarakan suaranya namun lidahnya begitu kelu bahkan hanya untuk berucap satu kata.

Lisa memang beberapa kali mendapati orang tuanya yang memarahi Chaeyoung yang berakhir dengan Chaeyoung yang menangis, namun ia pikir itu hanya kemarahan orang tua biasa yang hanya ingin anaknya berusaha lebih keras.

Maka dari itu ia juga sempat beberapa kali melindungi Chaeyoung dengan berinteraksi seminim mungkin saat orang tuanya datang. Dan dengan fakta yang baru saja disebutkan Wendy ia sangat menyesal sekarang.

.
.

Irene tertawa di dalam mobilnya ketika melihat seseorang memasuki rumah yang telah ia pantau sejak tadi. Ia hanya memiliki firasat jika Wendy akan datang dan betul saja. Ia tau Wendy pasti memiliki rencana lain, mengingat Wendy ternyata mengenal Chaeyoung. Ia sungguh tidak sabar melihat drama yang akan terjadi setelah kedatangan orang itu.

.
.

.
.

Jika ada yang ingin ditanyakan akan dijawab.

Saran dan komentar terbuka lebar.

Serene Where stories live. Discover now