Cloud

2.2K 299 36
                                    

Vote dulu yuks
.
.

"Liburan sudah di depan mata." Wendy menatap orang di depannya yang sedang memandang lurus kaca besar tembus pandang dihadapanya.

"Tidak apa jika Unnie ingin pulang, aku bisa menjaga diriku sendiri disini." Jawabnya tanpa menoleh sama sekali.

"Ya lalu ketika aku kembali maka aku hanya menemukan bangkai tubuhmu yang telah membusuk."

"Itu tidak akan terjadi, jangan berlebihan."

Wendy mengehela nafasnya setengah kesal, "Bagaimana caranya aku bisa percaya pada kata-katamu?"

"Kau hanya perlu percaya padaku, Unnie." Wendy menyerah, ia paksa Chaeyoung agar mau melihat kearahnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Ketika dilihatnya mata itu semakin kosong, membuat Wendy semakin yakin bahwa ia harus membawa Chaeyoung bersamanya.

"Apa aku pernah terlihat baik-baik saja?" Chaeyoung tersenyum miris, ia bahkan lupa bagaimana rasanya dapat bernafas secara normal setiap detiknya.

"Jika kau tau ini menyakitimu kenapa masih kau pilih jalan ini?"

"Aku juga ingin bahagia, Unnie. Aku pikir ini salah satu cara yang tepat. Aku tidak ingin merasa lebih tertekan karna Kim itu, aku juga ingin mereka tidak terganggu karnaku. Mengorbankan diri mereka lebih jauh lagi."

Ruangan itu semakin dingin seiiring dengan atmosfir yang barusan tercipta. Wendy tidak bermksud semakin menambah tangis yang sudah dianggap adiknya itu.

"Namun nyatanya apa kau bahagia disini?" Pertanyaan itu entah kenapa menimbulkan kembali rasa sakit yang coba ia padamkan.

Jawabnya sudah jelas, ia hanya mampu menggeleng, bahagianya ada disana, sesakit apapun dulu ia disana ia masih mampu bertahan karna nyatanya sumber bahagia dan kekuatannya adalah saudari-saudarinya. Dan ia telah melepaskannya untuk mecari kebahagiannya sendiri yang ternyata semu.

"Kau tidak merindukan mereka?"

"Bahkan rasanya aku mau mati karna rindunya sangat menyesekkanku."

"Aku tau kau kuat, bersabarlah sebentar lagi." Wendy menarik Chaeyoung dalam pelukannya.

Bertekad dalam hati untuk membantu Chaeyoung memperbaiki susunan puzle yang telah berserak itu.

.
.

Udara yang hangat menyambut kedatangan mereka. Keduanya berjalan seiringan menaiki taxi yang telah dipesan.

Wendy berulang kali meyakinkan Chaeyoung bahwa semuaanya akan baik-baik saja.

Diluar dugaan sebenarnya ketika Chaeyoung memutuskan untuk ikut pulang bersamanya setelah Chaeyoung lagi-lagi menangis hebat setelah perdebatan kecil mereka kemarin.

Wendy memutuskan untuk menuruti kemauan Chaeyoung untuk tidak perlu khawatir ketika akan meninggalkannya nanti.

Namun, besoknya ketika ia tengah menyusun barang yang akan ia bawa pulang, Chaeyoung datang, menundukkan kepala menyatakan ia ingin ikut dengannya, perasaannya tidak enak menyerangnya setelah mendapatkan mimpi yang membuatnya terjaga disisa sepanjang malam.

Setelah berpikir keras, ia juga ingin melihat saudari-saudarinya meski dari kejauhan. Berakhirlah ia disini sekarang.

"Kita tidak tinggal di rumahmu, Unnie?" Tanya Chaeyoung sembari mengamati ruang apartment Wendy yang tergolong mewah ini.

"Kita menginap disini dulu, besok baru kita ke rumahku. Tidurlah, kau pasti lelah." Tanpa membantah Chaeyoung menurut, segera berbenah diri agar dapat tertidur dengan nyaman.

Serene Where stories live. Discover now